Dalam sesi G20 Digital Innovation Network di Bali pada 3 September kemarin, Google bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk berbagi ilmu dengan perusahaan startup yang tergabung dalam Gerakan Nasional 1000 Startup dan Startup Studio Indonesia.
"G20 Digital Innovation Network di Bali menggarisbawahi bahwa pentingnya kolaborasi berkelanjutan antara global digital platforms, startups, dan pemangku kepentingan lain dalam menciptakan transformasi digital yang membawa kebaikan bagi seluruh lapisan masyarakat," ujar Putri Alam, Direktur Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah, Google Indonesia, dalam pernyataan resmi pada Kamis (8/9/2022).
Saat itu, pakar Google Safety Engineering Center (GSEC) berkolaborasi dengan Google for Startups datang untuk menyediakan pelatihan, dan berbagi keahlian serta sumber daya bermanfaat mengenai privasi. Sesi ini melibatkan lebih dari 30 perusahaan startup dan mitra lokal Tanah Air.
"Karena itu, pakar GSEC kami akan memberikan workshop dan konseling privasi dengan startup dan mitra lokal untuk membantu mereka melindungi privasi penggunanya,” tambah Putri.
ilustrasi Google (pixabay.com/Lumapoche)
Google menyampaikan kepada seluruh startup bahwa seluruh proses berkenaan dengan perlindungan privasi harus digodok sedari proses pengembangan awal. Perlu disadari, peretasan dan serangan dunia maya tak mengenal usia atau ukuran instansi.
Menurut pakar GSEC, ada tiga prinsip yang perlu diemban semua perusahaan dalam menjaga privasi data pengguna, yaitu:
- Secure by Default: harus ada keamanan untuk membuat data tetap terjaga privasinya. Data di Google dipastikan tidak bisa diakses oleh pihak luar.
- Private by Design: memikirkan aspek privasi sejak pengembangan awal produk/layanan dengan memikirkan cara untuk tidak mengumpulkan data sensitif pengguna.
- You're in Control: bukan hanya soal menghapus data, Google memberi kuasa kepada pengguna untuk menentukan siapa yang bisa mengakses data.
Jadi, apa saja yang perlu dilakukan? Ini jawaban dari GSEC.