Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi laptop terbuka (pexels.com/Mikael Blomkvist)

Di era perkembangan teknologi yang terus melaju pesat, digital marketing menjadi salah satu strategi paling penting untuk bisa menjangkau konsumen dengan lebih luas. Tren digital marketing ini pun terus mengalami perubahan dari tahun ke tahun menyesuaikan target market dan kemajuan teknologi yang ada. Bisa kita lihat di tahun 2024 ini, tren digital marketing 2024 mulai bergeser ke pemanfaatan teknologi AI.

Tren-tren dalam digital marketing yang dipengaruhi AI ini bisa kita lihat dari beberapa aspek, seperti dalam optimasi campaign hingga untuk layanan konsumen. Gak cuma didominasi penggunaan AI, tren digital marketing tahun ini juga memaksimalkan social commerce untuk menghubungkan konsumen secara langsung dengan produk yang dipasarkan. Buat penjelasan lebih lengkapnya, yuk, langsung saja simak sampai habis!

1. Optimasi campaign dengan bantuan AI

ilustrasi pemrograman komputer (pexels.com/luis gomes)

Dilansir Reportei, AI memiliki kemampuan untuk menganalisis data dalam jumlah besar dan mengenali pola-pola kompleks yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan strategi campaign. Dengan teknologi ini, brand bisa memahami perilaku konsumen secara lebih mendalam, seperti preferensi, kebiasaan berbelanja, hingga pola interaksi di platform digital. Data ini kemudian diolah untuk menghasilkan strategi pemasaran yang lebih personal dan relevan bagi target audiens.

Selain itu, AI juga membantu mengoptimalkan efisiensi dalam pengelolaan campaign iklan. Misalnya, AI bisa secara otomatis memberikan saran pengalokasian anggaran secara lebih cerdas dan memprediksi hasil dari berbagai strategi yang diterapkan. Dengan begitu, marketer bisa lebih menghemat waktu dan biaya, sekaligus meningkatkan peluang mencapai target pemasaran semaksimal mungkin.

2. Penggabungan media sosial dan e-commerce

ilustrasi aplikasi media sosial (pexels.com/Tracy Le Blanc)

Social commerce merupakan konsep penggabungan media sosial dan e-commerce dengan tujuan mempermudah konsumen dalam berbelanja dan berinteraksi melalui satu platform. Dilansir Hostinger, 82% konsumen menggunakan media sosial untuk mencari produk, dengan 55% Gen Z lebih suka memakai TikTok dan 52% Milenial lebih suka memakai Facebook. Adanya konsep ini, bikin konsumen lebih mudah untuk berinteraksi langsung dengan brand melalui komentar, ulasan, atau fitur live shopping.

Social commerce juga memberikan pengalaman belanja yang lebih personal dan interaktif. Di mana Brand bisa memanfaatkan algoritma media sosial untuk menampilkan produk yang sesuai dengan minat dan kebutuhan konsumen. Selain itu, adanya fitur seperti ulasan langsung dari pembeli juga berperan penting dalam meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap brand.

3. Dominasi konten video berdurasi pendek

ilustrasi aplikasi TikTok (pexels.com/cottonbro studio)

Dilansir Forbes, TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts kini menjadi platform terdepan dalam dunia digital marketing. Ketiga platform ini memungkinkan brand untuk menjangkau audiens dengan lebih cepat dan menarik melalui video pendek yang mudah dicerna. Dengan fitur yang memungkinkan interaksi langsung, seperti like, comment, dan share, video berdurasi pendek jadi pilihan tepat buat membangun brand awareness yang mudah diingat konsumen.

Selain itu, video pendek juga bisa digunakan untuk menampilkan produk secara lebih kreatif dan interaktif. Erat kaitannya dengan social commerce, video pendek juga memungkinkan brand untuk langsung mengarahkan konsumen ke halaman pembelian tanpa harus meninggalkan aplikasi. Fitur seperti link produk yang bisa diklik dan tag produk yang langsung terhubung ke etalase membuat proses pembelian jadi lebih seamless dan praktis. 

4. Pelayanan customer berbasis AI chatbot

ilustrasi chatting (pexels.com/Roman Pohorecki)

Chatbot merupakan program komputer yang dirancang untuk meniru percapakan manusia melalui interaksi teks maupun suara. Dengan menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Natural Language Processing (NLP), chatbot bisa merespon pengguna dengan bahasa yang ramah dan tetap nyambung. Dilansir ColorWhistle, teknologi ini bisa diintegrasikan ke platform chatting, mobile apps, dan website untuk memberikan pelayanan kepada customer sepanjang waktu.

Dengan kemampuan yang bisa aktif 24/7, chatbot bisa memberikan respons yang cepat dan efisien terhadap pertanyaan atau masalah customer, tanpa harus menunggu jam operasional. Teknologi ini juga memungkinkan pengalaman customer yang lebih personal. Hal ini karena chatbot bisa mengingat riwayat interaksi dan memberikan rekomendasi yang paling relevan untuk setiap customer.

5. Tren hyper-personalization

ilustrasi data konsumen (pexels.com/Pixabay)

Pernah gak, sih, kamu membuka aplikasi streaming musik kemudian mendapatkan rekomendasi lagu yang ternyata sesuai sama selera musik kamu? Atau lagi scroll media sosial tiba-tiba ada iklan produk yang lagi kamu incer? Itu semua bukan kebetulan, lho! Semua ini bisa terjadi berkat adanya hyper-personalization, yaitu teknologi yang memanfaatkan data dan AI untuk menciptakan rekomendasi sesuai preferensi personal kamu.

Dilansir iCert Global, hyper-personalization bisa dilakukan dengan segmentation strategy dan predictive analytcs. Segmentation strategy memungkinkan brand untuk membagi audiens berdasarkan preferensi, perilaku, atau demografi mereka, sehingga bisa lebih tepat sasaran. Sementara itu, predictive analytics memanfaatkan data historis untuk memprediksi apa yang mungkin dicari atau dibutuhkan konsumen di masa depan.

6. Menaikkan kepercayaan konsumen dengan User Generated Content

ilustrasi influencer (pexels.com/Liza Summer)

Saat mencari rekomendasi produk, tentu kita lebih percaya review dari pengguna dari pada harus melihat iklannya langsung dari brand yang bersangkutan. Hal inilah yang  dimanfaatkan oleh brand untuk menyusun strategi User Generated Content (UGC) dengan menggaet para micro-influencer untuk mempromosikan produknya lewat konten ulasan produk yang terkesan jujur dan apa adanya. Dengan begitu, brand bisa membangun kepercayaan dengan konsumen mereka.

Dilansir Gravital, UGC juga berpengaruh besar dalam penyebaran konten secara organik dengan audiens yang lebih luas. Hal ini karena konsumen cenderung lebih suka mengomentari dan membagikan konten ulasan produk yang dibuat oleh sesama pengguna. Berhubungan dengan social commerce, UGC juga kini sengaja dibuat dengan mencantumkan link produk dalam konten itu sendiri, sehingga memicu audiens untuk melakukan pembelian produk tanpa perlu beralih platform.

Keenam tren digital marketing 2024 ternyata cenderung memanfaatkan teknologi AI dan memaksimalkan social commerce. Adanya teknologi AI ini bisa mempermudah brand dalam menyusun strategi campaign, melakukan pelayanan customer, hingga untuk analisis personalisasi layanan. Sedangankan optimasi social commerce bisa dilakukan lewat video berdurasi pendek dan juga menggaet para micro-influencer untuk meningkatkan kepercayaan konsumen. Gimana, apakah kamu notice sama tren-tren marketing ini?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team