3 Pulau di Kepulauan Seribu yang Bisa Dikunjungi dalam Satu Hari untuk Wisata Sejarah

Nama asli pulau ini adalah Pulau Keurkof, berasal dari bahasa Belanda yang berarti pulau makam. Disebut demikian karena pulau ini dulunya digunakan untuk mengubur para tahanan. Kemudian setelah kemerdekaan Indonesia, pulau ini berganti nama menjadi Pulau Kelor.  

Sisa bangunan bersejarah yang  bisa kita lihat di Pulau Kelor adalah Benteng Martello. Benteng ini dibangun oleh VOC sekitar tahun 1850 untuk menghadapi serangan Portugis, sekaligus sebagai benteng pengawas kapal-kapal yang berlabuh. Pada tahun 1883 ketika Gunung Krakatau meletus, Benteng Martello dihantam gelombang pasang yang mengakibatkan sebagian besar struktur bangunan benteng hancur.

Saat ini Pulau Kelor tidak berpenghuni dan hanya terdapat beberapa pohon yang tidak begitu rindang. Sebaiknya kamu mengenakan pakaian lengan panjang, topi, atau payung untuk melindungi diri dari sinar matahari yang menyengat jika ingin mengunjungi pulau ini.

Dibandingkan Pulau Kelor, Pulau Cipir lebih teduh dengan banyaknya pepohonan. Pulau Cipir dikenal juga sebagai Pulau Kahyangan. Di era kolonial Belanda, pulau ini bernama Pulau Kuyper. Saksi bisu sejarah di Pulau Cipir adalah bongkahan meriam dan reruntuhan bangunan.

Pada tahun 1911 – 1933, Pulau Cipir bersama Pulau Onrust sempat digunakan sebagai rumah sakit untuk perawatan dan karantina penyakit menular bagi para jemaah haji. Selain itu, dulunya di pulau ini juga terdapat anjungan ke dermaga apung yang bentuknya memanjang ke arah Pulau Onrust.

Onrust dalam bahasa Belanda berarti tidak pernah beristirahat atau dalam bahasa Inggris unrest. Pada awal abad ke-17, Pulau Onrust selain menjadi gudang penyimpanan rempah-rempah dan perbekalan, juga merupakan galangan kapal untuk pembuatan kapal dan perbaikan kapal-kapal yang melintas. Pada saat itu peralatan berat digerakkan secara mekanis dengan kincir angin. Bisa dibayangkan kesibukan pulau ini saat itu.

Penjelajah berkebangsaan Inggris bernama James Cock pernah singgah di pulau ini dan menyebut Pulau Onrust sebagai lokasi galangan kapal terbaik di dunia yang pernah ada di masanya. Pulau ini juga menjadi benteng pertahanan awal untuk VOC. Setelah kemerdekaan Indonesia sampai awal tahun 1960-an, Pulau Onrust digunakan sebagai tempat karantina bagi penderita penyakit menular.

Selain benteng peninggalan VOC, sisa bangunan kuno lain yang bisa kita lihat di sini adalah rumah sakit, rumah dokter, barak haji dengan toilet umum dan tempat pencucian umum, serta beberapa makam termasuk penguasa terakhir Pulau Onrust yaitu Cornelis Vogel. Di pulau ini terdapat Museum Pulau Onrust yang menyediakan sejarah lengkap Pulau Onrust dan pulau-pulau kecil disekitarnya.

Pada tahun 2002, ketiga pulau di atas bersama sebagian Pulau Bidadari ditetapkan sebagai Taman Arkeologi Onrust oleh Pemprov DKI Jakarta. Dan pada tahun 2015 ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya. Tiket masuk ke Taman Arkeologi Onrust adalah Rp5.000.

Sedangkan harga tiket masuk ke Museum Pulau Onrust, berdasarkan informasi dari Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta adalah sebagai berikut :

• Selasa – Jumat : Rp10.000 (dewasa), Rp5.000 (mahasiswa/pelajar).

• Sabtu – Minggu : Rp15.000 (dewasa), Rp5.000 (mahasiwa/pelajar).

Jam operasional : Selasa – Minggu, pukul 08.00 – 15.00 WIB.

 Untuk menuju ketiga pulau di atas, kamu bisa menyewa kapal dari tiga pelabuhan berikut :

• Pelabuhan Muara Kamal

• Pelabuhan Marina Ancol

• Pelabuhan Tanjung Pasir, Tangerang 

Agar lebih mudah, kamu bisa ikut open trip dengan meeting point di tiga pelabuhan di atas. Ketiga pulau tersebut selain menawarkan wisata sejarah, juga menyuguhkan pemandangan laut yang bersih dan cantik. Bonusnya, kamu bisa mendapatkan banyak foto dan video yang intagramable. Yuk segera diagendakan liburan ke sana!