Basilica Menore del Santo Niño (commons.m.wikimedia.org/Patrickroque01)
Filipina merupakan negara di Asia Tenggara dengan presentase penganut Kristen terbanyak yaitu mencapai lebih dari 85 persen. Hal ini tak terlepas dari kedatangan bangsa Spanyol di tanah Filipina pada abad 16.
Pada tahun 1565, pendeta asal Spanyol bernama Fray Andres de Urdaneta menemukan patung Santo Niño di sebuah gubuk yang setengah terbakar di wilayah Cebu. Patung Santo Niño merupakan representasi Yesus sebagai the Holy Child.
Patung tersebut diyakini berasal dari hadiah Ferdinand Magellan untuk Rajah Humabon sebagai peringatan 40 tahun momen pembaptisan mereka. Rajah Humabon merupakan penguasa Cebu di tahun 1521 sekaligus pemeluk awal Kristen di wilayah Filipina.
Pada saat penemuan patung Santo Niño, penjelajah Spanyol bernama Miguel Lopez de Legazpi telah sampai di Cebu dan mulai mendirikan pemukiman bagi bangsa Spanyol. Diyakini sebagai sebuah keajaiban karena tidak ikut terbakar, sebuah gereja didirikan di bekas rumah tempat ditemukannya patung Santo Niño.
Gereja tersebut mulai dibangun oleh Fray Diego de Herrera dengan material kayu dan daun nipah dan diberi nama San Augustin Church. Meski gereja tersebut beberapa kali terbakar dan mengalami pembangunan ulang berkali-kali, patung Santo Niño masih tetap utuh.
Bangunan gereja yang berdiri saat ini berasal dari proses konstruksi yang selesai di tahun 1739. Nama Basilica Minore ditetapkan sebagai nama resmi gereja tersebut pada tahun 1965 oleh Paus Paulus VI. Oleh Paus Paulus VI, Basilica Minore del Santo Niño dijuluki sebagai simbol lahirnya agama Kristen di Filipina.