ilustrasi paspor (pexels.com/Gustavo Fring)
Data biometrik yang berisi sidik jari dan foto wajah termasuk informasi pribadi yang sangat sensitif, lho. Ketika data ini disimpan dan dikirimkan secara nirkabel melalui RFID, risiko penyalahgunaan semakin besar. Jika data ini jatuh ke tangan yang salah, mungkin saja dipakai untuk tindak kejahatan identitas, lho.
Selain itu, penggunaan teknologi seperti ini menimbulkan kekhawatiran akan pengawasan massal. Tanpa pengawasan dan regulasi yang ketat, pemerintah atau pihak lain bisa saja menyalahgunakan akses terhadap data biometrik untuk tujuan yang gak transparan. Hal ini tentu bisa mengancam kebebasan individu dalam jangka panjang, terutama jika gak ada kontrol yang memadai.
Ternyata meski lebih canggih daripada paspor biasa, paspor elektronik pun memiliki kekurangan. Jadi, sebelum memutuskan untuk beralih ke paspor elektronik, ada baiknya kamu mempertimbangkan baik-baik kebutuhan perjalananmu, lokasi kantor imigrasi yang tersedia, serta sejauh mana kamu merasa nyaman dengan potensi risiko privasi. Semoga informasi di atas bisa jadi pertimbangan bagi kamu yang akan bikin paspor ya!