TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sajian Nusantara hingga Kuliner Dunia Dihadirkan di Festival Ini

Perang aroma memenuhi ruangan terbuka

idntimes.com

Aroma masakan kebarat-baratan yang lekat dengan lada bubuk dan zaitun memekak penciuman. Tak berapa lama setelahnya, asap penganan bergaya oriental melintas, menyajikan wewangian yang lebih menggoda, mengalihkan pandangan.

Perang aroma memenuhi ruangan terbuka. Tak mau kalah, orang-orang dari dalam kedai-kedai non-permanen bersahut-sahutan menawarkan jajanannya yang beragam rupa itu. “Bibimbap,” kata seorang pedagang dari Kedai Korea. “Cwie mie,” kata pedagang lain dari kios makanan khas Tinghoa. Beberapa puluh meter di seberangnya, penjaja pasta khas Italia ikut unjuk gigi.

Pemandangan jelang petang di pelataran La Piazza, tempat nonkrong strategis di perbatasan timur dan utara Jakarta.

IDN Times/Kiasmagatra

Bukan di Eropa, Amerika, atau Cina. Memang, sejak pengujung Oktober lalu, tempat kumpul yang kesohor di kalangan anak muda dan keluarga ini disolek bak etalase dunia.

Selain kuliner di berbagai sudut, dihadirkan replika ikon-ikon sejumlah negara yang terkenal. Misalnya pajangan jam Big Ben, menara Eiffel, dan patung Liberty, juga lampion-lampion khas Tionghoa. Sekejap, suasana Kota London, Paris, New York, dan Shanghai langsung terasa kental.

Variasi penganan dari berbagai belahan dunia itu khusus dihadirkan untuk Jakarta Street Food Festival 2017.

IDN Times/Kiasmagatra

Festival ini telah berlangsung selama lima tahun berturut-turut. Kebetulan, tajuk yang diangkat kali ini ialah “Around The World”. Tak heran, suasana yang terbangun adalah atmosfer kembaran dunia.

Tak cuma makanan dan dekorasi yang disolek serupa festival budaya internasional. Musik yang dihadirkan pun demikian mendukung.

Seperti pada awal November lalu, saat IDN Times bertandang ke sana. Dendangan grup beraliran country-folk menghibur para pengunjung. Sesaat, spirit Mexican langsung membuncah.

Baca Juga: 7 Kuliner Paling Lezat di Kediri, Gak Bakal Rugi Nyobain Ini!

Kuliner yang dijual pun beragam. Mereka merepresentasikan jajanan khas masing-masing negara, meliputi Western, Japanese, Korean, Chinese, dan Middle East. Contohnya western hotdog, black kebab, tomio yakitori, cliff noodle bar, otaku, dan mie hopeng.

Jakarta Street Food Festival bisa dinikmati sejak 29 Oktober hingga 19 November mendatang.

IDN Times/Kiasmagatra

Setiap hari, menjelang petang, lebih dari 60 penjaja siap menawarkan beragam dagangannya. Mereka terbagi atas beberapa jenis tenant. Sebanyak 53  di antaranya menawarkan jajanan dalam bentuk booth. Lima lainnya gerobak, dua food truck, dan satu berupa lapak.

Tak cuma yang berbau mancanegara, kuliner khas Nusantara juga dihadirkan.

IDN Times/Kiasmagatra

Menu-menu autentik dari beragam daerah turut tampil. Semisal sate ayam bintang lima, seblak jeletet murni, dan mi khas Siantar. Ada juga pentol dan es Garut yang fenomenal.

Tak cuma pengunjung yang antusias untuk mencicipi beragam kuliner dan berkembara lidah. Penjaja pun merasakan euforia yang sama.

Vivi misalnya, pedagang kedai mi khas Siantar. Meski baru bergabung dengan festival kuliner ini di tahun kelima, kiosnya sudah ramai dikunjungi pelanggan.

“Minimal 30 mangkok habis semalam,” katanya, yang sehari-hari membuka warung di Teluk Gong, Bahkan, pelanggan tetapnya di Teluk Gong turut mendukung dengan hadir langsung ke festival, guna mengicipi jajanan Vivi di Jakarta Street Food Festival 2017 ini.

Begitu juga dengan King Mango, minuman khas Thailand yang tengah naik daun. Ini adalah tahun pertama mereka bergabung dalam festival kuliner tersebut.

Meski baru perdana, King Mango berhasil merebut perhatian pengunjung paling banyak. Di depan kios yang terletak di samping panggung pentas musik itu, ratusan orang mengular panjang, mengantre membeli jus mangga setiap sore sampai malam

Pengunjung bisa berfoto di spot-spot unik. Instagramable banget!

IDN Times/Kiasmagatra

Ada juga permainan House of Trap “Panic Bus”, Archery Battle, dan Mobil Gowes, yang dihadirkan sebagai komplemen pelengkap.

Rebecca Reifi (23 tahun), pengunjung yang tiap tahun rutin menyambangi Jakarta Street Food Festival, mengaku tak pernah bosan datang ke festival kuliner ini. Sebab, kata dia, temanya selalu berubah. “Selalu ada yang baru tiap tahun,” katanya.

Baca Juga: Begini Asal Usul Lontong Balap yang Jadi Kuliner Legenda Surabaya

 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya