5 Culture Shock Tinggal atau Liburan di Luar Negeri, Pernah Mengalami?

Salah satunya keterbatasan toilet dengan bidet

Mendapatkan pengalaman baru dengan tinggal atau liburan di luar negeri adalah peluang yang menarik, tetapi seringkali juga dapat menjadi tantangan besar bagi banyak orang. Ketika kamu terbiasa dengan budaya, bahasa, dan norma-norma tertentu, hal-hal yang dianggap sepele di rumah dapat menjadi sesuatu yang mengejutkan dan membingungkan di tempat baru. Inilah yang disebut sebagai "culture shock."

Culture shock adalah hal yang umum terjadi ketika kamu berada di lingkungan baru yang memiliki budaya yang berbeda. Namun, agar kamu tidak terlalu shock dengan situasi ini ada beberapa hal yang harus kamu ketahui, nih.

Berikut adalah lima culture shock yang mungkin kamu alami ketika tinggal atau liburan di luar negeri.

1. Perubahan cuaca dan suhu

5 Culture Shock Tinggal atau Liburan di Luar Negeri, Pernah Mengalami?ilustrasi musim dingin (pexels.com/Vika Glitter)

Salah satu hal pertama yang mungkin kamu perhatikan saat tiba di negara baru adalah perubahan drastis dalam cuaca dan suhu. Jika kamu berasal dari negara tropis seperti Indonesia, kamu mungkin akan terkejut dengan suhu yang lebih dingin atau panas di tempat baru. Hal ini bisa menjadi tantangan, terutama jika kamu tidak terbiasa dengan perubahan cuaca yang ekstrem.

Selain itu, musim yang berbeda-beda juga dapat memengaruhi aktivitasmu sehari-hari. Misalnya, kamu mungkin harus menyesuaikan diri dengan mengenakan pakaian yang sesuai dengan musim.

Solusinya, cobalah untuk melakukan riset sebelum berangkat dan membawa pakaian yang sesuai dengan cuaca di negara yang akan kamu kunjungi. Selain itu, pastikan kamu selalu mempersiapkan diri dengan jaket atau payung jika cuaca tiba-tiba berubah.

Mengikuti perkembangan cuaca setempat juga bisa membantumu untuk lebih siap menghadapi perubahan yang terjadi.

2. Keterbatasan bidet di kamar mandi

5 Culture Shock Tinggal atau Liburan di Luar Negeri, Pernah Mengalami?ilustrasi bidet toilet (vecteezy.com/cobalt32)

Bagi sebagian besar orang Indonesia, penggunaan bidet di kamar mandi merupakan hal yang biasa dan dianggap sebagai standar kebersihan. Namun, di banyak negara di luar Asia, kamar mandi yang dilengkapi dengan bidet tidaklah umum. Ini bisa menjadi culture shock bagi banyak orang Indonesia yang terbiasa dengan standar tersebut.

Salah satu solusi praktis untuk mengatasi keterbatasan bidet di kamar mandi adalah dengan mencari alternatif lain untuk menjaga kebersihan, seperti menggunakan tisu basah atau shower toilet jika tersedia. Atau, kamu bisa membawa bidet portabel dari tanah air.

Selain itu, beberapa hotel atau tempat umum di beberapa negara telah mulai menyediakan fasilitas bidet atau shower toilet sebagai tanggapan terhadap kebutuhan pengunjung dari berbagai budaya.

Baca Juga: 9 Culture Shock saat Liburan ke Bali Pertama Kali, Kamu Merasakannya?

3. Transportasi umum yang berbeda

5 Culture Shock Tinggal atau Liburan di Luar Negeri, Pernah Mengalami?ilustrasi transportasi umum (pexels.com/Zeynep Sude Emek)

Di Indonesia, penggunaan kendaraan pribadi masih menjadi pilihan utama bagi banyak orang untuk berpergian. Namun, di negara-negara maju seperti di Eropa, penggunaan transportasi umum seperti kereta api, bus, atau tram sangat umum dan seringkali lebih efisien daripada menggunakan kendaraan pribadi. Jadi, jangan kaget kalau saat di luar negeri kamu akan lebih sering naik transportasi umum atau berjalan kaki dibanding menggunakan kendaraan pribadi.

Adaptasi terhadap sistem transportasi umum yang berbeda ini dapat menjadi tantangan, terutama bagi mereka yang terbiasa dengan kenyamanan dan kepraktisan kendaraan pribadi. Namun, dengan membiasakan diri dengan jadwal dan rute transportasi umum yang tersedia, serta memanfaatkan teknologi seperti aplikasi peta dan jadwal transportasi, kamu dapat meminimalkan ketidaknyamanan dan meningkatkan efisiensi perjalanan.

4. Norma sosial dan etiket yang berbeda

5 Culture Shock Tinggal atau Liburan di Luar Negeri, Pernah Mengalami?ilustrasi antrean (pexels.com/Jimmy Liao)

Setiap negara memiliki norma sosial dan etiket yang berbeda, dan memahami serta mengikuti norma-norma tersebut dapat menjadi tantangan tersendiri bagi orang Indonesia yang tinggal atau berlibur di luar negeri. Misalnya, aturan tentang antrean, cara berbicara dengan orang yang lebih tua, atau bahkan cara berpakaian bisa sangat berbeda antara satu budaya dengan budaya lainnya.

Di beberapa negara, seperti di Jepang misalnya, sangat dihargai untuk menunjukkan rasa hormat dengan membungkukkan tubuh saat bertemu dengan orang lain, terutama yang lebih tua atau yang memiliki status sosial yang lebih tinggi. Sedangkan di negara-negara Barat, seperti di Amerika Serikat, jabat tangan adalah cara yang umum dilakukan untuk menyapa orang baru.

Selain itu, ada juga norma-norma non-verbal yang perlu diperhatikan, seperti penampilan fisik dan ekspresi wajah. Misalnya, di beberapa negara Eropa, seperti di Inggris, ketika berbicara dengan orang lain, penting untuk menjaga jarak fisik yang cukup dan tidak terlalu mendekati lawan bicara, sementara di negara-negara di Timur Tengah, kontak fisik seperti berpegangan tangan atau mencium pipi sebagai tanda salam yang hangat sangatlah umum.

Untuk mengatasi tantangan ini, penting untuk bersikap terbuka dan mau belajar tentang budaya dan norma sosial di tempat yang kamu kunjungi. Melakukan riset sebelumnya tentang adat istiadat dan norma-norma lokal dapat membantu kamu untuk lebih mudah beradaptasi dan menghindari kesalahpahaman atau tindakan yang tidak pantas.

5. Perbedaan kuliner

5 Culture Shock Tinggal atau Liburan di Luar Negeri, Pernah Mengalami?ilustrasi smoothies bowl (pexels.com/Jane Trang Doan)

Ketika tinggal atau berlibur di luar negeri, kamu mungkin akan menghadapi perbedaan besar dalam jenis makanan yang tersedia dan gaya hidup makan yang berbeda.

Di banyak negara, terutama di Eropa dan Amerika Utara, gaya hidup makan seringkali lebih terstruktur dan fokus pada pola makan yang sehat, dengan penekanan pada konsumsi sayuran, protein nabati, dan mengurangi asupan gula dan lemak jenuh. Hal ini bisa menjadi tantangan bagi orang Indonesia yang terbiasa dengan pola makan yang lebih beragam dan mungkin lebih tinggi kalorinya.

Untuk mengatasi culture shock terkait perbedaan kuliner, penting untuk bersikap terbuka dan mencoba berbagai jenis makanan yang ditawarkan di destinasi yang kamu kunjungi. Selain itu, kamu juga dapat mencari restoran atau toko yang menyediakan masakan Indonesia atau makanan halal sebagai alternatif jika kamu merindukan cita rasa khas dari rumah.

Menyadari bahwa makanan adalah salah satu cara terbaik untuk memahami budaya suatu tempat, kamu juga dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk menjelajahi kuliner lokal dan belajar lebih banyak tentang kebiasaan makan setempat.

Menghadapi culture shock saat tinggal atau berlibur di luar negeri memang tidak selalu mudah, tetapi dengan sikap terbuka, kesiapan untuk belajar, dan kesabaran, kamu dapat mengatasi hal ini dengan lebih baik. Penting untuk ingat bahwa culture shock adalah bagian alami dari pengalaman beradaptasi dengan lingkungan baru dan dapat menjadi kesempatan untuk belajar.

Dengan mempersiapkan diri secara mental dan emosional, serta mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi tantangan-tantangan yang muncul, kamu dapat menjadikan pengalaman tinggal atau berlibur di luar negeri sebagai pengalaman yang berharga dan berkesan.

Baca Juga: 10 Culture Shock Liburan di Pakistan di Mata Wisatawan

Annisa Nur Fitriani Photo Verified Writer Annisa Nur Fitriani

She goes Boom!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Febrianti Diah Kusumaningrum

Berita Terkini Lainnya