Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mendaki gunung sendirian
ilustrasi mendaki gunung sendirian (pexels.com/Luke Miller)

Buat kamu yang hobi naik gunung, pasti pernah dengar istilah simaksi, kan? Tapi ternyata masih banyak juga pendaki pemula yang belum tahu apa itu simaksi naik gunung dan kenapa surat ini penting banget.

Padahal tanpa simaksi, kamu bisa dianggap melakukan pendakian ilegal, lho! Nah, agar gak salah paham, yuk bahas tuntas tentang simaksi mulai dari arti, fungsi, sampai cara mengurusnya.

1. Apa itu simaksi naik gunung?

ilustrasi mendaki bersama guide lokal (pexels.com/Kamaji Ogino)

Simaksi adalah singkatan dari Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi. Surat ini diterbitkan oleh pihak pengelola kawasan konservasi alam seperti Balai Taman Nasional, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), atau Perhutani, tergantung siapa yang bertanggung jawab atas wilayah gunung tersebut.

Secara sederhana, simaksi berfungsi sebagai izin resmi untuk masuk dan beraktivitas di kawasan konservasi alam, termasuk mendaki gunung. Dokumen ini memastikan bahwa pendakian kamu terdata dan dilakukan sesuai aturan konservasi.

Jadi, sebelum berangkat, kamu wajib mengurus simaksi agar kegiatan pendakianmu legal dan aman. Tanpa simaksi, kamu bisa dianggap melanggar peraturan dan bahkan kena sanksi dari pihak berwenang.

2. Kenapa simaksi penting buat pendaki?

ilustrasi pendaki trekking (pexels.com/Nur Andi Ravsanjani Gusma)

Banyak orang masih menganggap simaksi itu cuma formalitas yang ribet. Padahal, simaksi punya peran besar dalam menjaga keselamatan pendaki dan kelestarian alam gunung.

Berikut beberapa alasan kenapa simaksi itu penting banget:

  • Sebagai data pendaki resmi. Semua pendaki yang masuk kawasan akan terdaftar namanya. Jadi, kalau ada kejadian darurat seperti tersesat atau kecelakaan, tim SAR bisa dengan cepat menelusuri dan melakukan pencarian berdasarkan data simaksi.

  • Mengontrol jumlah pendaki. Setiap gunung punya batas daya tampung (kuota pendaki) agar alamnya tetap lestari. Dengan simaksi, pihak pengelola bisa membatasi jumlah orang yang naik setiap hari supaya gunung gak rusak akibat overcapacity.

  • Mendukung konservasi. Uang dari biaya simaksi sebagian digunakan untuk merawat jalur pendakian, memperbaiki fasilitas, dan menjaga kebersihan kawasan konservasi. Jadi, dengan mengurus simaksi, kamu juga ikut berkontribusi menjaga alam.

  • Sebagai jaminan asuransi. Beberapa taman nasional menyertakan perlindungan dasar bagi pendaki yang punya simaksi. Jadi, kalau terjadi hal yang tidak diinginkan, kamu bisa mendapatkan bantuan asuransi dari pihak pengelola.

  • Melindungi kamu dari sanksi hukum. Pendaki tanpa izin bisa dikenai denda, diusir, atau bahkan masuk daftar hitam. Jadi lebih aman kalau kamu punya simaksi resmi.

3. Bagaimana cara mengurus simaksi?

ilustrasi pendaki (pixabay.com/NZKGB)

Setiap gunung punya sistem yang berbeda, tapi secara umum, langkah-langkah mengurus simaksi cukup mudah dan bisa dilakukan secara online maupun offline. Berikut panduannya:

  1. Daftar secara online. Banyak gunung populer seperti Gede Pangrango, Semeru, Rinjani, dan Prau sudah menyediakan website resmi untuk pendaftaran simaksi. Di situs itu, kamu bisa memilih tanggal pendakian, jumlah anggota, dan jalur pendakian.

  2. Isi data diri lengkap. Data yang diminta biasanya berupa nama lengkap, NIK, alamat, nomor darurat, serta perkiraan waktu naik dan turun gunung. Pastikan datanya benar dan sesuai dengan KTP.

  3. Unggah dokumen pendukung. Beberapa pengelola mewajibkan kamu mengunggah surat keterangan sehat dari dokter, foto diri terbaru, dan kartu identitas. Ini penting untuk memastikan kamu fit saat mendaki.

  4. Bayar biaya simaksi. Setelah semua data terisi, kamu akan diarahkan untuk membayar biaya simaksi melalui transfer bank atau sistem pembayaran digital.

  5. Terima bukti simaksi. Setelah pembayaran dikonfirmasi, kamu akan menerima surat izin atau barcode simaksi yang bisa dicetak dan dibawa saat registrasi ulang di basecamp.

Kalau gunung yang kamu tuju belum punya sistem online, kamu bisa langsung datang ke pos pendakian untuk mengurus simaksi secara manual.

4. Berapa biaya simaksi naik gunung?

ilustrasi pendaki gunung (pexels.com/Yaroslav Shuraev)

Biaya simaksi berbeda tergantung pengelola, status pendaki (lokal atau wisatawan asing), dan waktu pendakian (hari biasa atau libur nasional).
Berikut kisaran biaya simaksi di beberapa gunung populer:

  • Gunung Gede Pangrango: Rp 35.000 – Rp 50.000 per orang per hari.

  • Gunung Semeru: sekitar Rp 19.000 (hari biasa) dan Rp 24.000 (hari libur).

  • Gunung Rinjani: mulai dari Rp 20.000 untuk WNI dan bisa mencapai Rp 150.000 untuk wisatawan mancanegara.

  • Gunung Prau: Rp 25.000 – Rp 35.000 tergantung jalur pendakian.

Harga ini bisa berubah sewaktu-waktu tergantung kebijakan pengelola. Biasanya, biaya tersebut sudah termasuk asuransi dan dana konservasi lingkungan.

5. Apa yang terjadi kalau naik gunung tanpa simaksi?

ilustrasi pendaki gunung (unsplash.com/Austin Ban)

Naik gunung tanpa simaksi bukan cuma melanggar aturan, tapi juga bisa berisiko buat keselamatan kamu sendiri. Berikut beberapa konsekuensinya:

  • Kena sanksi dari petugas. Pendaki yang ketahuan naik tanpa izin bisa dikenai denda, disuruh turun, atau bahkan masuk daftar hitam pendaki di gunung tersebut.

  • Sulit dicari saat darurat. Kalau kamu tersesat, cedera, atau hilang, tim SAR gak akan punya data kamu di sistem karena gak terdaftar lewat simaksi. Ini bisa memperlambat proses pencarian.

  • Merusak reputasi komunitas pendaki. Aksi ilegal bisa bikin pandangan negatif terhadap para pendaki lain, padahal banyak yang sudah taat aturan.

  • Bisa kena pasal hukum. Dalam beberapa kasus, naik tanpa izin di kawasan konservasi bisa dikenai pelanggaran hukum sesuai undang-undang lingkungan hidup.

Jadi, sebaiknya urus simaksi dulu sebelum mendaki, karena selain melindungi kamu, juga bentuk tanggung jawab terhadap alam.

6. Tips agar proses simaksi lancar

ilustrasi pendaki gunung (unsplash.com/Getty Images)

Agar gak ribet dan gagal booking simaksi, kamu bisa ikuti beberapa tips berikut:

  • Daftar jauh-jauh hari. Kuota pendaki biasanya cepat penuh, apalagi di musim liburan. Jadi usahakan daftar minimal seminggu sebelum tanggal keberangkatan.

  • Selalu cek situs resmi. Jangan percaya dengan situs atau akun tidak resmi yang menawarkan jasa simaksi. Pastikan kamu daftar lewat website resmi pengelola gunung.

  • Simpan semua bukti. Cetak atau simpan salinan digital simaksi dan bukti pembayaran di ponsel. Ini akan mempermudah saat pengecekan di basecamp.

  • Jangan pakai jasa calo. Banyak calo yang menawarkan kemudahan tapi berisiko penipuan. Selain itu, praktik ini juga dilarang oleh pihak pengelola.

  • Pastikan kondisi fisik sehat. Beberapa gunung mewajibkan surat keterangan sehat, jadi periksa kesehatanmu sebelum berangkat.

Sekarang kamu udah paham kan apa itu simaksi naik gunung dan kenapa dokumen ini penting banget buat setiap pendaki? Simaksi bukan cuma sekadar surat izin, tapi juga bukti tanggung jawab kamu terhadap keselamatan diri dan alam. 

Jadi sebelum berangkat mendaki lagi, pastikan kamu sudah mengurus simaksi dengan benar. Ingat, pendaki sejati gak cuma kuat fisik, tapi juga taat aturan dan peduli lingkungan!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team