ilustrasi ramadan di luar negeri (unsplash.com/ Samura Silva)
Di negara dengan populasi muslim yang lebih sedikit, ngabuburit hampir tidak ada karena Ramadan bukan bagian dari budaya mayoritas. Tidak ada perubahan signifikan dalam aktivitas masyarakat umum, sehingga umat Islam menjalani ibadah dengan lebih privat. Banyak yang mengisi waktu sore dengan tetap bekerja atau bersekolah seperti biasa.
Beberapa memilih untuk berkumpul di komunitas kecil agar tetap merasakan kebersamaan dalam menjalankan ibadah puasa. Sebagian restoran atau masjid menyediakan tempat berbuka bersama bagi mereka yang ingin merasakan suasana Ramadan lebih hangat. Meskipun lebih sepi, Ramadan tetap bisa dinikmati dengan cara yang berbeda tanpa kehilangan esensi spiritualnya.
Ngabuburit adalah tradisi khas Indonesia yang sulit ditemukan di luar negeri. Meskipun umat Islam di berbagai negara tetap menunggu berbuka, cara mereka menghabiskan waktu berbeda-beda. Tidak ada ngabuburit bukan berarti suasana Ramadan berkurang, karena setiap tempat punya cara sendiri dalam merayakan bulan suci ini.
Referensi:
"Celebrating Diversity in Ramadan: Traditions Around the World". Muslim Aid. Diakses pada Maret 2025.
"Do You Know? The Term ‘Ngabuburit’ is Derived from Sundanese". Universitas Pasundan. Diakses pada Maret 2025.