Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Desa di Gunung Bromo yang Dihuni Suku Tengger, Damai dan Tenteram

Gunung Bromo (unplash.com/Kevin Zhang)
Gunung Bromo (unplash.com/Kevin Zhang)

Suku Tengger tinggal di kawasan Pegunungan Bromo Tengger Semeru sejak ratusan tahun lalu. Menurut sejarah, Suku Tengger awalnya penduduk Kerajaan Majapahit, lalu memutuskan pindah ke Gunung Bromo untuk mencari tempat baru yang damai.

Suku yang mayoritas penduduknya beragama Hindu ini kemudian mendiami beberapa tempat di Gunung Bromo. Tempat yang mereka diami semakin berkembang, akhirnya berubah menjadi desa dengan suasana damai.

Suasananya sejuk dan tenteram banget, berikut beberapa desa di Gunung Bromo yang menjadi tempat tinggal para Suku Tengger.

1. Desa Wonokitri

Desa Wonokitri (instagram.com/bromokan.id)
Desa Wonokitri (instagram.com/bromokan.id)

Desa Wonokitri terletak di Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Desa ini dihuni sekitar 3 ribu jiwa dengan mayoritas penduduk beragama Hindu.

Kebudayaan lokal tetap teguh dipertahankan di samping namanya sebagai desa wisata. Sehingga, adat kebudayaan tetap lestari dan mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke desa ini.

Desa Wonokitri memiliki taman konservasi bunga edelweiss, lho. Dengan adanya tempat tersebut, diharapkan kelestariannya tetap terjaga. Wisatawan tak perlu memetik di alam, cukup membeli dari pedagang bunga edelweiss hasil konservasi. Bisa jadi oleh-oleh, deh.

2. Desa Ngadisari

Desa Ngadisari (instagram.com/budi_jeep)
Desa Ngadisari (instagram.com/budi_jeep)

Desa Ngadisari masuk ke dalam wilayah Kabupaten Probolinggo, tepatnya di Kecamatan Sukapura. Dibandingkan desa lainnya, Desa Ngadisari menjadi desa yang paling dekat dengan Gunung Bromo. Bersama Desa Wonokitri, Desa Ngadisari juga dipilih sebagai tempat konservasi bunga edelweiss, lho.

Desa Ngadisari juga jadi tempat pemberhentian terakhir bagi kendaraan wisatawan yang ingin berkunjung ke Bromo dari arah Probolinggo. Kendaraan akan berhenti di Terminal Cemorolawang sebelum melanjutkan perjalanan ke Gunung Bromo dengan jeep.

3. Desa Ngadas

Desa Ngadas (instagram.com/explorengadas)
Desa Ngadas (instagram.com/explorengadas)

Desa Ngadas menjadi satu-satunya desa di Kabupaten Malang yang dihuni oleh Suku Tengger. Suasana sejuk khas pegunungan dengan kehangatan penduduk khas pedesaan akan menemanimu selama berkunjung ke desa ini.

Ada peraturan unik yang berlaku di Desa Ngadas, yaitu tanah yang dimiliki oleh Suku Tengger tidak boleh diperjualbelikan. Tak heran jika seluruh penduduk di desa ini merupakan orang asli Suku Tengger dan tidak satu pun yang pendatang.

4. Desa Ranu Pani

Ranu Pani (isntagram.com/ranupani_indonesia)
Ranu Pani (isntagram.com/ranupani_indonesia)

Desa Ranu Pani sudah tidak asing lagi bagi para pendaki. Desa yang termasuk ke wilayah Kabupaten Lumajang ini  tempat pendaftaran dan menjadi titik awal pendakian Gunung Semeru.

Pada 2016, Desa Ranu Pani mengadakan festival untuk pertama kalinya. Festival tersebut bertujuan memperkenalkan budaya warisan leluhur Suku Tengger kepada pengunjung. Tak heran jika Desa Ranu Pani memberikan kesan baik yang membekas di hati pengunjung.

5. Desa Argosari

Desa Argosari (instagram.com/ekosumartopo)
Desa Argosari (instagram.com/ekosumartopo)

Satu lagi desa yang dihuni Suku Tengger, yakni Desa Argosari di Kabupaten Lumajang. Desa ini berada di ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut, sehingga menjadi salah satu desa yang dijuluki negeri di atas awan.

Kesan yang didapat dari Desa Argosari yaitu ketenangan, keramahan dan kedamaiannya. Gak heran jika siapa pun yang berkunjung ke sini merasa betah.

Selain itu, Desa Argosari juga terkenal sebagai penghasil sayuran terbaik karena kondisi tanahnya yang subur. Beberapa sayuran bahkan ditanam di lahan dengan kemiringan 60 derajat, cukup bikin ngeri bagi siapa pun yang baru melihatnya.

Lima desa di Gunung Bromo yang dihuni oleh Suku Tengger di atas mungkin bisa menjadi referensi tempat liburan kamu selanjutnya, nih. Tidak hanya pemandangannya yang indah, kamu juga mendapatkan kedamaian dan ketenteraman hati, lho.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us