Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Fakta Menarik Sigiriya, Batu Raksasa yang Jadi Situs Warisan Dunia

potret Sigiriya (unsplash.com/Daniele Franchi)

Kalau suatu saat kamu liburan ke Sri Lanka lalu bertanya ke warga lokal, tempat wisata apa yang harus dikunjungi, mereka mungkin akan kompak menjawab Sigiriya. Berlokasi di Distrik Matale, Sigiriya merupakan salah satu destinasi paling populer di negara ini.

Dari jauh, Sigiriya hanya terlihat seperti batu raksasa di tengah hutan belantara. Well, Sigiriya memang berukuran luar biasa besar dengan tinggi. Namun yang membuat batu raksasa ini begitu istimewa bukan hanya soal tinggi dan ukurannya aja. Gak banyak yang tahu kalau dulu, Sigiriya pernah menjadi lokasi paling penting di Sri Lanka.

Dilansir Facts, berikut beberapa fakta menarik Sigiriya yang jarang orang tahu. Kamu pasti salah satunya!

1. Sigiriya berusia sangat tua

potret Sigiriya dari kejauhan (unsplash.com/Daniele Franchi)

Dengan tinggi mencapai 200 meter ditambah lokasinya yang ada di tengah hutan, kamu pasti beranggapan kalau Sigiriya gak pernah dikunjungi oleh manusia sebelumya. Nyatanya, Sigiriya justru dihuni oleh banyak orang sejak ribuan tahun yang lalu.

Beberapa penelitian menemukan bahwa  orang-orang yang hidup di Periode Mesolitikum menjadikan gua-gua di wilayah ini sebagai rumah sekitar 5.000 tahun yang lalu. Pada abad ke 3 Masehi, gua-gua di sekitar Sigiriya menjadi tempat berlindung para biksu Buddha.

2. Sebuah istana kerajaan pernah berdiri di puncaknya

potret reruntuhan istana dan benteng pertahanan di Sigiriya (unsplash.com/Dylan Shaw)

Meski sudah menghuni daerah ini sejak lama, para biksu hanya menggunakan gua di sekitar batu Sigiriya sebagai tempat berlindung. Perubahan masif Sigiriya baru terjadi ketika raja dari kerajaan Sri Lanka kuno, Kashyapa I berkuasa tahun 477 Masehi.

Sang raja bukan hanya menjadikan wilayah sekitar Sigiriya sebagai ibukota, namun mendirikan sebuah istana lengkap dengan benteng pertahanan di puncak batu Sigiriya. Dengan mendirikan benteng pertahanan di atas batu raksasa, Kashyapa I bisa dengan mudah melihat serangan yang mungkin dilakukan oleh musuh.

3. Sempat jadi biara biksu Buddha sebelum ditinggalkan

potret Sigiriya dari samping (pexels.com/Symeon Ekizoglou)

Sayangnya, kejayaan Sigiriya hanya bertahan selama belasan tahun. Setelah Kashyapa I meninggal dunia pada 495 Masehi, raja selanjutnya memindahkan ibukota kerajaan ke Anuradhapura. Sigiriya dibiarkan begitu saja hingga berubah kembali jadi biara para biksu Buddha dan akhirnya ditinggalkan pada abad ke 14. 

Dua abad ditinggalkan, Kerajaan Kandy menjadikan Sigiriya sebagai stasiun pemerintahan selama beberapa tahun. Baru pada tahun 1831, tempat ini ditemukan kembali oleh seorang mayor angkatan darat Inggris yang bernama Jonathan Forbes. Namun penelitian mengenai Sigiriya baru dimulai pada tahun 1890.

Setelah puluhan tahun, akhirnya Sigiriya diakui oleh UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 1982.

4. Butuh perjuangan untuk bisa mencapai puncak Sigiriya

potret tangga menuju puncak Sigiriya (pexels.com/Андрей Марченко)

Untuk bisa melihat penampakan batu raksasa Sigiriya, kamu perlu membayar tiket sebesar 30 dollar Amerika. Namun untuk sampai ke puncaknya dan melihat sendiri reruntuhan istana Kashyapa I, kamu butuh lebih dari sekadar tiket. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, Sigiriya adalah batu raksasa dengan ketinggian 200 meter. 

Untuk mencapai bagian atas, kamu perlu melewati 1.200 anak tangga. Dengan menaiki tangga terus menerus tanpa istirahat, kamu bisa mencapainya dalam waktu 1 jam. Tapi itu kembali lagi pada kekuatan masing-masing. Mayoritas orang biasanya baru bisa sampai di atas setelah mendaki selama 2 sampai 3 jam. 

5. Selain reruntuhan istana, Sigiriya juga terkenal dengan dinding cerminnya

potret Sigiriya dari ketinggian (instagram.com/lillagreen)

Mendaki 1.200 anak tangga bukanlah hal yang mudah, gak semua orang bisa melakukannya. Buat kamu yang enggan naik sampai ke atas, kamu tetap bisa menikmati pesona Sigiriya. Pasalnya selain reruntuhan istana dan benteng pertahanan di atas puncak, Sigiriya juga terkenal dengan dinding cerminnya.

Dinding cermin atau yang dikenal dengan nama Kasi Pita, merupakan salah satu sisi permukaan dari batu Sigiriya. Bukan permukaan batu biasa, Kashyapa I memoles permukaannya sedemikian rupa sehingga memberikan efek reflektif seperti cermin sehingga ia bisa melihat bayangannya sendiri saat berjalan melewati dinding tersebut.

Dinding cermin saat ini memang udah gak bisa lagi memantulkan refleksi diri kita. Sebagai gantinya kamu bisa melihat puisi dan catatan yang ditulis oleh para turis, termasuk turis yang datang ke Sigiriya seratus tahun yang lalu.

6. Kamu juga bisa menemukan lukisan kuno

potret Sigiriya dari kejauhan (pexels.com/Harsha Samaranayake)

Bukan cuma dinding cermin, kamu juga bisa melihat lukisan kuno yang dibuat selama masa pemerintahan Kashyapa I. Lukisan ini memiliki panjang 400 meter dengan tinggi 140 meter. Anehnya, kebanyakan objek dari lukisan ini adalah perempuan yang memiliki hubungan dengan raja.  Mulai dari istri raja sampai selir-selir yang tinggal di istana.

Selain perempuan kerajaan, lukisan ini juga menggambarkan upacara keagamaan yang dilakukan oleh para biksu saat itu. Lagi-lagi semuanya adalah biksu perempuan.

7. Sore hari adalah waktu terbaik untuk mengunjungi Sigiriya

potret pemandangan dari puncak Sigiriya di sore hari (instagram.com/lukas.katze)

Sebagai salah satu Situs Warisan Dunia, gak heran kalau Sigiriya selalu dipadati oleh pengunjung. Mereka bahkan rela antri sebelum loket pembelian tiket dibuka pada pukul 7 pagi waktu setempat. Namun waktu terbaik untuk mengunjungi Sigiriya sebenarnya bukan pagi, melainkan sore hari.

Di sore hari, udaranya udah gak sepanas seperti siang hari. Selain itu, kamu juga bisa menikmati indahnya matahari terbenam dari puncak batu. Namun fenomena ini akan lebih mudah dilihat saat musim kemarau. Di musim hujan, matahari jarang terlihat. Ditambah lagi, hujan yang mengguyur wilayah tersebut akan membuat anak tangga jadi makin sulit untuk dilewati.

Berkunjung ke Sigiriya memang gak mudah. Dari ibu kota Colombo, kamu perlu menempuh perjalanan selama 3-4 jam dengan menggunakan mobil. Belum lagi untuk sampai ke puncaknya, kamu perlu melewati lebih dari seribu anak tangga.

Tapi perjalanan panjang ini cukup worth it, kok! Selain mempelajari sejarah masa lalu kerajaan Sri Lanka kuno, pemandangan dari atas Sigiriya juga sama sekali gak mengecewakan, terutama ketika senja tiba.

 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siti Marliah
EditorSiti Marliah
Follow Us