7 Fakta Menarik Sudan Selatan, Negara Termuda di Dunia

Sudan Selatan terletak di Afrika Timur-Tengah, berbatasan dengan Sudan, Uganda, Kenya, Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, dan Ethiopia. Secara geografis termasuk negara landlocked atau terkurung daratan dan tidak memiliki laut di wilayahnya. Dilansir Facts Institute, luas wilayahnya mencapai 644.329 km persegi.

Sungai Nil Putih, salah satu anak Sungai Nil,  mengalir dari dataran tinggi Afrika Tengah menuju utara melalui negara tersebut. Keberadaan Sungai Nil Putih turut menghubungkan sejumlah kelompok etnis di Sudan Selatan, seperti Dinka, Shilluk, dan Nuer. Selain itu ada Sungai Sudd, daerah rawa luasnya lebih dari 100.000 km persegi yang dialiri oleh Sungai Nil Putih mendominasi bagian tengah Sudan Selatan. 

Sudan Selatan memiliki sejarah panjang untuk meraih kemerdekaannya. Dilansir dari BBC, berawal dari Revolusi Mesir 1952 memicu gerakan menuju kemerdekaan Sudan. Mesir dan Inggris pun mengizinkan Sudan untuk mendeklarasikan kemerdekaannya pada 1956. Sayangnya, setelah kemerdekaan negara-negara bagian selatan tidak senang dengan kurangnya otonomi mereka.

Pada 1955–1972, perang saudara antara Sudan utara dan selatan terjadi. Kendati telah menandatangani perjanjian damai pada 1972, tapi gagal meredakan ketegangan keduanya. Perang saudara kembali terjadi antara pemerintah pusat Sudan dan Tentara Pembebasan Rakyat Sudan pada 1983–2005.

Setelah lebih dari 20 tahun perang gerilya, Sudan Selatan berhasil menjadi negara merdeka pada 9 Juli 2011. Negara tersebut menjadi negara termuda di dunia saat ini. Walau konflik dengan Sudan tidak sepenuhnya berakhir.

Konflik antara Sudan Selatan dan Sudan kembali pecah pada 2012 yang dikenal dengan Krisis Heglig. Perselisihan ini dipicu oleh kesepakatan perbatasan wilayah Abyei yang kaya minyak. Perang saudara masih terjadi pada 2013 dan upaya baru untuk perjanjian damai dilakukan pada 2018.

Selain sebagai negara termuda di dunia, demikian pula dengan populasi penduduknya. Menurut CIA World Factbook, tercatat 42,1 persen penduduk Sudan Selatan berusia 0–14 tahun dan 55,3 persen berusia 15–64 tahun. Sedangkan sisanya, 2,6 persen merupakan penduduk berusia 65 tahun ke atas.

Usia rata-rata penduduk di Sudan Selatan adalah 18,7 tahun yang setara dengan Burkina Faso. Sebagai perbandingan, usia rata-rata penduduk Monako, negara dengan jumlah penduduk tertua di dunia 56,9 tahun. Di Sudan Selatan, lebih dari 62 persen penduduknya berusia di bawah 25 tahun. Niger, negara dengan usa rata-rata penduduk terendah, yaitu hanya 15,2 tahun. 

Hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat kelahiran yang tinggi, Sudan menjadi urutan ke-10 (2024) dengan angka kelahiran 36,4 per 1.000 penduduk. Negara ini juga menempati peringkat pertama dengan pertumbuhan penduduk sebesar 4,65 persen. Sayangnya, angka harapan hidupnya rendah, berada di urutan ke-220 dari 227 negara di dunia dengan usia rata-rata 60,3 tahun.

Sudan Selatan termasuk negara di Afrika dengan keragaman budaya dan bahasa yang tinggi. Sebelum merdeka dari Sudan, mereka menggunakan bahasa Inggris dan Arab sebagai bahasa resmi. Kemudian menetapkan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi setelah merdeka.

Ada banyak etnis yang mendiami Sudan Selatan, membuat negara ini memiliki banyak bahasa dan budaya yang diakui secara nasional. Etnis Dinka dan Nuer sendiri mendominasi negara tersebut. Setidaknya lebih dari 60 etnis dan bahasa dapat kamu jumpai di seluruh Sudan Selatan.

Negara ini memiliki tradisi lisan yang kaya, bercerita dan sejarah lisan diwariskan dari generasi ke generasi. Selain itu musik, dongeng, dan tari tradisional memiliki peran penting dalam perayaan mereka. Mereka juga punya olahraga tradisional yang populer seperti gulat, namanya lukayo.

Budaya kulinernya juga gak kalah beragam, karena dipengaruhi masakan Afrika Timur dan Arab. Keunikan kuliner mereka terletak pada penggunaan selai kacang untuk mengentalkan saus. Masakan Sudan Selatan umumnya rumit dan membutuhkan banyak tenaga serta waktu.

Biji-bijian menjadi bahan utama yang banyak digunakan untuk membuat hidangan khas Sudan Selatan. Kemudian disajikan dengan menu daging ayam, kambing maupun sapi, ikan serta salad yang dimasak menggunakan berbagai macam rempah.

Kissra, roti pipih fermentasi yang terbuat dari tepung sorgum. Makanan pokok Sudan Selatan ini disajikan dengan semur kental. Cocok dengan teksturnya yang seperti spons menyerap rasa semur.

Siapa sangka negara muda ini memiliki sumber daya alam yang melimpah. Ladang minyak di Sudan Selatan menjadi salah satu pendapatan penting bagi perekonomian negara sejak akhir abad ke-20. Bahkan, disebut-sebut memiliki cadangan minyak terbesar ketiga di Afrika Sub-Sahara.

Layaknya sejumlah negara di Afrika yang cocok untuk safari, Sudan Selatan memiliki Taman Nasional Bandingilo. Taman nasional ini meliputi negara bagian Khatulistiwa Tengah dan Khatulistiwa Timur. Berupa daerah berhutan di dekat Sungai Nil Putih, luasnya lebih dari 10.000 km persegi.

Tidak semua negara terkurung daratan di Afrika bergurun. Sebagian wilayahnya dekat dengan garis ekuator, sehingga kamu masih menjumpai pegunungan dengan vegetasi hijau dan padang rumput. Seperti Pegunungan Imatong yang meluas dari Sudan Selatan ke Uganda.

Kendati memiliki sumber daya alam yang melimpah, kemiskinan masih menjadi masalah yang harus dihadapi Sudan Selatan. Konflik terus menerus berdampak buruk pada perekonomian negara ini. Lebih dari sepertiga penduduknya pun tidak memiliki akses untuk mendapatkan makanan yang aman.

Dilansir Britannica, pertanian merupakan mata pencaharian utama penduduk Sudan Selatan. Sektor industri terbatas dan didominasi kehidupan pedesaan. Sedangkan pendapatan dari hasil minyak sangat sedikit, karena harus dipotong pajak langsung atau tidak langsung. Terutama setelah Sudan Selatan memisahkan diri dari Sudan.

Satu lagi fakta menarik Sudan Selatan, termasuk negara yang belum memiliki satu pun Situs Warisan Dunia UNESCO. Namun, memiliki tiga daftar sementara situs yang akan diajukan untuk nominasi. Ketiga situ tersebut, yakni rute Deim Zubeir-Slave, Sudd, dan Boma-Bandingilo Migratory Landscape. Ketiganya memiliki keunikan masing-masing yang memiliki unsur sejarah dan keanekaragaman hayati.

Deim Zubeir merupakan situs yang menjadi saksi bisu pasar budak, perbudakan, dan rute budak di pertengahan abad ke-19. Sedangkan Sudd merupakan lahan basah yang menjadi spesies bagi mamalia besar dan burung yang terancam punah. Demikian pula dengan Boma-Bandingilo yang menjadi habitat utama berbagai jenis tumbuhan dan satwa.

Nah, sekarang kamu sudah tahu beberapa fakta menarik Sudan Selatan, negara termuda di dunia yang turut berpartisipasi dalam Olimpiade Paris 2024. Ajang ini sendiri merupakan partisipasi ketiga mereka dalam Olimpiade Musim Panas sejak debut pada 2016 silam.