5 Fakta Unik Gion Matsuri di Kyoto yang Jarang Diketahui

Gion Matsuri bukan hanya sekadar festival musim panas di Kyoto yang meriah dan penuh warna. Di balik prosesi kendaraan hias dan keramaian di jalanan kota, tersimpan sejarah dan makna yang sudah bertahan lebih dari seribu tahun. Festival ini bukan hanya tentang hiburan, tapi juga tentang spiritualitas dan warisan budaya.
Bagi yang tertarik pada budaya Jepang, memahami Gion Matsuri secara lebih dalam akan membuka perspektif baru tentang cara masyarakat Jepang memadukan tradisi dan kehidupan modern. Yuk, kita bahas lima fakta unik tentang Gion Matsuri yang mungkin belum banyak diketahui, tapi justru menjadi inti dari pesona festival ini.
1. Bermula sebagai upacara keagamaan

Gion Matsuri bermula sebagai upacara keagamaan pada tahun 869 M, ketika wabah besar melanda Kyoto dan masyarakat memohon perlindungan dari para dewa. Saat itu, ritual pemurnian Shinto yang disebut Gion Goryo-e diadakan sebagai bentuk permohonan agar roh-roh jahat penyebab penyakit dapat ditenangkan.
Dalam upacara tersebut, 66 tombak diarak mewakili seluruh provinsi di Jepang sebagai simbol pengusiran wabah. Kuil Yasaka menjadi pusat dari ritual ini, dengan dewa Susanoo-no-Mikoto yang dipercaya sebagai pelindung dari bencana.
Meskipun kini festival ini telah berkembang menjadi acara besar yang menarik ribuan wisatawan, akar spiritualnya masih terasa kuat.
2. Merupakan festival kendaraan hias

Gion Matsuri dikenal sebagai festival kendaraan hias yang megah, dengan parade besar yang disebut Yamaboko Junko sebagai sorotan utamanya. Kendaraan hias yang disebut yama dan hoko ini dihiasi secara detail dan rumit, menampilkan permadani klasik serta ornamen tradisional yang memesona.
Beberapa kendaraan di antaranya menjulang hingga 25 meter dan bisa mencapai berat beberapa ton, menjadikannya simbol keterampilan dan dedikasi komunitas lokal. Prosesi besar ini berlangsung pada dua hari penting, yaitu 17 Juli dan 24 Juli, yang menarik ribuan penonton dari dalam dan luar negeri.
3. Menggunakan dua jenis kendaraan hias

Festival ini menggunakan dua jenis kendaraan hias, yaitu yama dan hoko. Kendaraan hias hoko berukuran besar menjulang sekitar 25 meter dan beratnya mencapai 12 ton, sehingga membutuhkan tenaga 30 hingga 40 orang untuk menariknya. Di sisi lain, kendaraan yama lebih kecil dengan tinggi sekitar 6 meter dan berat 1,2 hingga 1,6 ton, serta dapat ditarik atau dipikul oleh 14 hingga 24 orang. Bersama-sama, keduanya disebut yamaboko dan menjadi inti dari prosesi utama pada dua tanggal penting di bulan Juli.
Pada 17 Juli, sebanyak 23 kendaraan hias tampil dalam parade, sementara 10 kendaraan hias lainnya mengikuti prosesi pada 24 Juli. Masing-masing kendaraan menampilkan kekayaan simbolik.
4. Berlangsung sepanjang bulan juli

Tidak seperti festival musiman lainnya yang hanya berlangsung beberapa hari, Gion Matsuri merentang sepanjang bulan Juli. Festival ini terdiri dari berbagai acara, mulai dari ritual keagamaan, pertunjukan budaya, hingga pasar malam. Puncak acaranya adalah parade besar kendaraan hias pada tanggal 17 dan 24 Juli, yang dikenal sebagai Yamaboko Junko.
Menjelang parade tersebut, masyarakat menikmati malam-malam yoiyama, di mana jalan-jalan ditutup untuk kendaraan dan dipenuhi kios makanan serta atraksi tradisional. Yoiyama menjadi momen yang sangat dinantikan karena suasananya yang semarak dan penuh interaksi antar pengunjung.
5. Memiliki hubungan dengan Dewa

Festival Gion Matsuri tidak bisa dilepaskan dari akar spiritualnya yang kuat, terutama hubungan eratnya dengan para dewa dalam kepercayaan Shinto. Sejak awal, festival ini merupakan bentuk upacara untuk menenangkan para dewa saat wabah melanda Kyoto pada tahun 869 M.
Sebuah elemen penting dari festival ini adalah mikoshi, kuil portabel yang dipercaya menampung roh para dewa dan diarak keliling kota untuk menyebarkan berkah. Prosesi mikoshi menjadi simbol pembersihan spiritual dan harapan bagi keselamatan masyarakat.
Gion Matsuri bukan sekadar parade meriah atau pameran budaya, melainkan representasi hidup dari sejarah spiritual dan budaya Kyoto yang telah berlangsung lebih dari seribu tahun. Jadi, jika suatu hari kamu punya kesempatan ke Kyoto di bulan Juli, jangan lewatkan pengalaman ini yang akan membawamu ke masa lalu penuh makna.