Mengenal Ringin Contong, Landmark Bersejarah di Jombang 

Pohon beringinnya pertama kali ditanam pada 1910

Hampir setiap kota memiliki landmark atau tetenger tanahnya masing-masing, termasuk Kabupaten Jombang. Kota Santri ini, punya landmark di pusat kota dan gak jauh dari Stasiun Jombang, disebut Ringin Contong. Landmark ini berupa pohon beringin dengan water toren atau menara penampung air di dekatnya.

Lokasinya di Jalan KH. Wahid Hasyim Nomor 1, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang. Tepat di lokasi yang sama, juga terdapat Taman ASEAN yang tidak luas tapi menjadi salah satu spot penting bagi kota tersebut.

Masih penasaran dengan Ringin Contong? Yuk, simak ulasan berikut ini!

1. Namanya tidak berkaitan dengan water toren yang ikonik

Mengenal Ringin Contong, Landmark Bersejarah di Jombang Ringin Contong (instagram.com/agafirdaus93)

Water toren yang menjulang tinggi di tengah jalan protokol tampak lebih mencolok daripada pohon beringin di dekatnya. Namun, tahukah kamu kalau nama Ringin Contong tidak mengacu pada water toren tersebut? Dari namanya saja, kamu bisa menebak bahwa sebutan itu untuk pohon beringin yang berdiri di dekatnya.

Ringin Contong berasal dari dua kata dalam Bahasa Jawa. Ringin yang berarti pohon beringin. Sedangkan contong secara harfiah seperti wadah makanan berbentuk kerucut, mirip cone. Terkait landmark ini, contong (nyontong) merujuk pada lahan yang menjorok dari jalan.

Jika diamati, Jalan Surabaya–Madiun (sekarang Jalan Gus Dur dan Jalan A. Yani) tanahnya menjorok. Sehingga, orang Jawa menyebutnya nyontong. Kini, Bundaran Ringin Contong mempertemukan 4 jalan berbeda, yakni Jalan Gus Dur, Jalan A. Yani, Jalan KH. Wahid Hasyim, dan Jalan Seroja.

2. Pohon beringin pertama kali ditanam pada 1910

Mengenal Ringin Contong, Landmark Bersejarah di Jombang Ringin Contong (commons.wikimedia.org/Crisco_1492)

Pohon beringin di Ringin Contong, pertama kali ditanam oleh Raden Adipati Arya Soeradiningrat V, Bupati Jombang Pertama pada 21 Oktober 1910. Penamaan tersebut bertujuan untuk menandai berdirinya Pemerintah Kabupaten Jombang setelah memisahkan diri dari Mojokerto pada zaman kolonial Belanda. 

Keberadaan pohon beringin tersebut sempat disakralkan dan memiliki peran penting bagi masyarakat. Pada zaman kerajaan, tempat ini dianggap strategis karena berada di tepi jalan utama dari Majapahit ke Mataram Kuno. Jadi, masyarakat kala itu menjadikannya tempat istirahat.

Dahulu, diyakini tidak hanya ada pohon beringin yang rimbun dan teduh, namun juga terdapat mata air di bawahnya. Seperti yang diketahui selama ini bahwa akar pohon beringin dapat menahan air dan menjadi salah satu pohon penting untuk pelestarian lingkungan.

Kemudian, mata air itu diberi dinding pembatas supaya air tidak meluber ke mana-mana. Penampungan air itu pernah menjadi sumber air utama di Jombang. Menurut orang Jawa, cara ini disebut air dicontongi dari sumbernya.

Baca Juga: 5 Fakta Sate Kampret, Kuliner Malam Jombang yang Legendaris

3. Pada 1928 dibangun menara air di dekatnya

Mengenal Ringin Contong, Landmark Bersejarah di Jombang Ringin Contong (instagram.com/ryandadamar37)

Sekitar 18 tahun berselang sejak penanaman pohon beringin pertama kali, dibangunlah menara air atau water toren. Pembangunan ini berlangsung di bawah penanganan Dinas Pekerjaan Umum Belanda, Burgerlijke Openbare Werken (BOW) pada 24 Agustus 1928. Sedangkan arsiteknya, yakni Ir. Snuyf dari Belanda. 

Konstruksi menara air ini membutuhkan waktu 1 tahun, sebelum mulai beroperasi pada 1929. Bangunan ini berfungsi untuk menampung air yang bersumber dari Ngampungan, Bareng, Jombang. Kemudian, digunakan air tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jombang kota.

Ada pula yang menyatakan bahwa warga kota Jombang dan sekitarnya mendapatkan pasokan air bersih dari Jubel, Pacet, Mojokerto. Kemudian, dimasukkan ke water toren Ringin Contong. Selanjutnya, didistribusikan ke pemukiman pegawai Pabrik Gula Jombang, penduduk dalam kota, dan kawasan pecinan dekat pasar sebagai pusat ekonomi.

Menara air itu berfungsi untuk membantu mencukupi kebutuhan air warga Jombang hingga 1990. Saat itu masih dikelola oleh Badan Pengelola Air Minum (BPAM) Provinsi Jawa Timur. Kemudian, tidak difungsikan lagi sejak tahun 1993.

Kini, menara air tersebut menjadi aset PDAM Jombang. Namun, keberadaannya tetap dijaga dan dirawat sebagai ikon daerah seperti pengecatan, mempercantik bangunan, dan sekitarnya.

4. Dilakukan penanaman ulang setelah pohon beringin tumbang

Mengenal Ringin Contong, Landmark Bersejarah di Jombang Taman ASEAN di samping Ringin Contong (instagram.com/semanggi_neotriso)

Selain water toren yang masih dipertahankan, demikian pula dengan pohon beringinnya. Pohon beringin yang pertama kali ditanam sempat dianggap sakral oleh penduduk setempat. Sehingga, tidak ada yang berani memangkasnya.

Pada tahun 1964, pohon beringin yang ditanam pada 1910 tumbang. Beringin berusia 54 tahun itu akhirnya digantikan dengan pohon baru yang ditanam pada 1989. Pohon yang dapat dilihat sekarang ini, bukanlah beringin yang pertama kali ditanam dan berusia 35 tahun.

Beringin tersebut kini dirawat dan dipangkas secara berkala supaya tidak terlalu rimbun dan tidak mudah tumbang. Beringin ini masih tampak teduh meski di sekitarnya sudah berubah menjadi ruko dan pemukiman padat penduduk.

5. Jadi inspirasi motif batik khas Jombang

Mengenal Ringin Contong, Landmark Bersejarah di Jombang motif batik ringin contong (instagram.com/batiknewcolet)

Ringin Contong bukan sebatas landmark dengan segudang sejarah bagi warga Jombang. Keberadaannya juga menginspirasi lahirnya motif batik Ringin Contong. Salah satu motif batik khas Jombang yang terkenal, selain motif Candi Arimbi.

Motif batik tersebut dirintis oleh maestro batik Jombang sekaligus pensiunan guru, bernama Maniati. Pada 2013, ia bersama anaknya membuat batik yang memadukan motif Candi Arimbi dan Ringin Contong. Kini digunakan sebagai seragam PKK.

Ringin Contong, landmark Jombang yang sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Keberadaannya begitu penting bagi warga setempat, bahkan menjadi inspirasi karya seni. Oleh sebab itu, pemerintah setempat tetap menjaga dan melestarikan pohon beringin maupun water toren yang tampak lebih mencolok.

Baca Juga: 6 Tempat Wisata di Dekat Stasiun Jombang, Cukup Jalan Kaki!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Febrianti Diah Kusumaningrum

Berita Terkini Lainnya