Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Gunung di Jawa Timur yang Tidak Boleh Didaki, Sudah Tahu?

Gunung Baluran
Gunung Baluran (dok. pribadi/Fatma Roisatin N.)
Intinya sih...
  • Gunung Anjasmoro tidak boleh didaki karena merupakan kawasan konservasi dengan ekosistem utuh, topografi curam, dan banyak flora serta fauna dilindungi.
  • Gunung Batok tidak untuk didaki karena medan ekstrem, pelestarian lingkungan, dan tidak adanya jalur khusus pendakian yang stabil.
  • Pegunungan Iyang melarang pendakian di Gunung Piramid, Saeng, dan Gulgul karena medan terjal yang berbahaya dan sudah beberapa kali menelan korban jiwa.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jawa Timur punya deretan gunung yang populer di kalangan pendaki, mulai dari tingkat paling mudah hingga sulit bisa kamu jumpai. Buat para pemula, bisa mendaki beramai-ramai ala turis ke Gunung Ijen, kawasan Gunung Bromo, Kelud, atau Wilis. Jika sudah merasa berpengalaman, maka bisa menuju Gunung Butak, Arjuno, Semeru, Raung, atau Argopuro.

Kamu bisa menentukan gunung apa yang akan menjadi tujuan pendakian. Namun, tidak semua gunung di Jawa Timur boleh dijamah oleh pendaki umum, lho. Supaya gak salah, ini beberapa gunung di Jawa Timur yang tidak boleh didaki. Jangan coba-coba lewat jalur pendakian ilegal, ya!

1. Gunung Anjasmoro

Gunung Anjasmoro dan Argowayang terlihat dari puncak Gunung Arjuno
Gunung Anjasmoro dan Argowayang terlihat dari puncak Gunung Arjuno (commons.wikimedia.org/Suryabhinay)

Gunung Anjasmoro merupakan bagian dari komplek Gunung Argowayang dengan ketinggian mencapai 2.282 meter di atas permukaan laut (mdpl). Gunung ini meliputi wilayah administratif, Kabupaten Jombang, Mojokerto, Malang, dan Kota Batu. Letaknya masih berdekatan dengan Gunung Arjuno-Welirang.

Meski dekat dan lebih rendah dari komplek pegunungan Arjuno-Welirang, tapi bukan berarti kamu diizinkan masuk wilayahnya. Sudah sejak lama pihak Taman Hutan Rakyat (Tahura) Raden Soerjo tidak membuka Gunung Anjasmoro untuk aktivitas pendakian. Alasan utamanya karena termasuk kawasan konservasi dengan ekosistem masih utuh dan rentan, serta banyak flora maupun fauna dilindungi di gunung tersebut.

Tidak hanya itu, topografi gunung yang curam dan terjal menjadi pertimbangan lain untuk keselamatan pendaki. Sayangnya, masih muncul pendaki nakal yang membuat jalan tikus tanpa mempertimbangkan kondisi alam. Jalur pendakian ilegal paling sering dijumpai di Jalur Wonosalam menuju Cemoro Sewu yang menjadi bagian puncak dari Gunung Anjasmoro.

2. Gunung Batok

view Gunung Batok dari Gunung Bromo
view Gunung Batok dari Gunung Bromo (commons.wikimedia.org/Jakubhal)

Sedikit ke timur, kamu akan menjumpai Gunung Batok yang sering muncul dalam potret Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Gunung setinggi 2.440 mdpl ini merupakan batas tenggara Kabupaten Pasuruan. Letaknya yang berdekatan dengan Gunung Bromo, membuat banyak orang sering salah mengira.

Gunung Batok adalah bagian dari kaldera Gunung Tengger purba yang sudah tidak aktif. Oleh sebab itu, kamu tidak akan menjumpai kawah di gunung ini layaknya Bromo. Walau tampak mudah dijangkau dan pengunjung bisa mendekat ke kaki gunung, tapi Gunung Batok tidak untuk didaki.

Medan yang ekstrem dan pelestarian lingkungan, alasan serupa yang membuat Gunung Batok tidak dibuka untuk pendakian umum. Keberadaannya menjadi bagian penting dari ekosistem kaldera Bromo yang rawan mengalami kerusakan. Selain itu, tidak ada jalur khusus pendakian yang bisa ditempuh untuk sampai puncak, sebab jalur sering hilang dalam waktu singkat karena hujan dan hembusan angin.

3. Gunung Piramid, Saeng, dan Gulgul (Pegunungan Iyang)

Alun-alun Kecil Pegunungan Iyang, Gunung Argopuro
Alun-alun Kecil Pegunungan Iyang, Gunung Argopuro (commons.wikimedia.org/Hifzhafadhlika)

Semakin ke arah timur dari TNBTS, kamu akan menjumpai Pegunungan Iyang. Pegunungan ini dapat dilihat dengan mudah dari Jalan Pantura di sekitar PLTU Paiton, Bondowoso, dan Jember. Beberapa gunung yang masuk dalam komplek pegunungan ini adalah Gunung Argopuro, Piramid, Saeng, dan Gulgulan.

Kalau Gunung Argopuro punya jalur terpanjang di Jawa, lain halnya dengan Gunung Piramid, Saeng, dan Gulgul. Sekitar bulan Mei 2025, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bondowoso melarang pendakian di ketiga gunung tersebut. Sebab, sudah beberapa kali pendakian di gunung tersebut menelan korban jiwa.

Kamu masih ingat seorang pendaki muda yang hilang di Gunung Piramid, Bondowoso tahun 2019 silam? Kemudian pada Mei 2025, giliran Gunung Saeng yang menjadi lokasi jatuhnya seorang pendaki ke jurang sedalam 150 meter hingga meninggal dunia. Beberapa kejadian menjadi segelintir bukti bahwa medan di ketiga gunung sangat terjal dan aksesnya sulit.

Perlu kamu tahu bahwa ketiga gunung tersebut bukan tempat wisata resmi dan kondisi medannya berbahaya untuk keselamatan. Meski jalurnya dapat diakses melalui lereng Pegunungan Argopuro. Namun, buat pendaki yang masih bandel, bisa kena sanksi hingga dibawa ke ranah hukum, lho.

4. Gunung Baluran

Gunung Baluran
Gunung Baluran (dok. pribadi/Fatma Roisatin N.)

Apa kamu pernah ke Taman Nasional (TN) Baluran, Situbondo? Jika pernah, maka kamu akan melihat sebuah gunung dari Savana Bekol atau menara pandang di dekat loket masuk. Gak terlalu populer, tapi kamu perlu tahu bahwa itu adalah Gunung Baluran.

Gunung Baluran tingginya hanya 1.247 mdpl, tapi bukan berarti kamu bisa sampai puncaknya dengan mudah. Gunung ini hanya dibuka untuk penelitian saja, bukan pendakian umum. Kamu harus melalui medan yang ekstrem, termasuk jalur terjal dan jurang, jika ingin sampai di puncak.

Selain itu, gunung ini menjadi tempat konservasi sejumlah flora langka. Oleh sebab itu, aktivitas manusia yang cukup sering, termasuk pendakian dapat merusak ekosistem. Ditambah lagi dengan kepercayaan masyarakat Wonorejo, desa yang sebagian wilayahnya menjadi bagian dari TN Baluran, meyakini bahwa pendatang yang berbuat tidak baik konon akan diganggu siluman kera.

Sekarang kamu sudah tahu gunung apa saja yang tidak boleh didaki di Jawa Timur. Kondisi medan dan kelestarian ekologi menjadi alasan utama untuk menerapkan larangan tersebut. Jadilah pendaki yang bijak tanpa merusak alam, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us