Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret Gunung Fuji (unsplash.com/Nicholas Turner)

Intinya sih...

  • Gunung Fuji memiliki empat jalur pendakian utama: Yoshida, Subashiri, Gotemba, dan Fujinomiya.

  • Musim terbaik untuk mendaki adalah Juli—September karena cuaca lebih stabil dan jalur sudah dibersihkan dari salju.

  • Pendaki perlu mempersiapkan fisik, membawa logistik, dan menghindari altitude sickness saat mendaki Gunung Fuji.

Gunung Fuji bukan sekadar ikon wisata Jepang, tetapi juga simbol spiritual dan budaya yang memikat banyak orang dari seluruh dunia. Berdiri dengan megah setinggi 3.776 meter di atas permukaan laut (mdpl), gunung berapi ini menjadi destinasi utama bagi para pendaki dan pelancong yang ingin merasakan keindahan lanskap Jepang dari ketinggian.

Meski tampak anggun dari kejauhan, pendakian Gunung Fuji tetap memerlukan persiapan matang agar pengalaman yang dijalani bisa bermakna dan aman. Pendakian ke puncak Fuji bukan sekadar olahraga, tetapi juga perjalanan batin yang menguji fisik dan mental.

Banyak yang tertarik menaklukkan Gunung Fuji tanpa benar-benar tahu jalur mana yang paling cocok atau kapan waktu terbaik untuk mendaki. Faktor cuaca, kondisi fisik, serta kesiapan logistik sangat menentukan apakah pendakian akan terasa menyenangkan atau malah membahayakan.

Dalam artikel ini, pembahasan akan difokuskan pada jalur pendakian paling populer, musim yang direkomendasikan untuk mendaki, serta tips keamanan penting yang kerap diabaikan oleh pendaki pemula. Tujuannya jelas, yakni memberikan informasi wisata agar pendakian ke Gunung Fuji terasa lebih terarah dan mengesankan.

1. Jalur pendakian Gunung Fuji paling populer

Gunung Fuji (unsplash.com/Filiz Elaerts)

Gunung Fuji memiliki empat jalur pendakian utama yang dibuka untuk publik, yakni Yoshida, Subashiri, Gotemba, dan Fujinomiya. Dari keempatnya, Jalur Yoshida jadi yang paling ramai dan populer, karena aksesnya mudah dari Tokyo serta banyaknya fasilitas pendukung. Jalur ini dimulai dari Stasiun Kelima Fuji-Subaru Line dan menyediakan berbagai pondok peristirahatan hingga ke puncak. Pemandangan di jalur ini juga cukup menarik, terutama saat matahari terbit dari sisi timur yang disebut Goraikou.

Jalur Fujinomiya adalah jalur tertinggi dari semua titik awal, sehingga menjadikannya pilihan bagi pendaki yang ingin menempuh rute lebih singkat. Meski lebih cepat, medan di jalur ini cukup terjal dan menantang, sehingga gak cocok untuk pemula tanpa pengalaman mendaki gunung tinggi.

Gotemba dan Subashiri cenderung lebih sepi, cocok bagi yang mencari suasana tenang dan jauh dari keramaian. Jalur Gotemba dikenal sebagai jalur terpanjang, sedangkan Subashiri menawarkan kombinasi pemandangan hutan dan area berpasir vulkanik yang eksotis.

2. Musim terbaik untuk mendaki Gunung Fuji

Gunung Fuji (unsplash.com/Jay Wennington)

Musim resmi pendakian Gunung Fuji biasanya dibuka mulai awal Juli—September. Dalam periode ini, jalur-jalur pendakian sudah dibersihkan dari salju dan sebagian besar fasilitas, seperti pondok dan toilet umum, mulai beroperasi penuh.

Selain itu, cuaca relatif lebih stabil, sehingga membuat risiko badai atau suhu ekstrem jadi lebih kecil. Pendaki juga bisa memantau prakiraan cuaca dan jadwal bus yang lebih teratur selama musim ini.

Mendaki di luar musim resmi sangat gak disarankan, karena kondisi cuaca bisa berubah drastis dalam waktu singkat. Salju yang menutupi jalur membuat risiko tergelincir meningkat, belum lagi suhu yang bisa turun hingga minus derajat.

Pendaki yang nekat mendaki di musim dingin biasanya adalah profesional yang dilengkapi peralatan khusus dan pengalaman panjang. Demi keselamatan, waktu terbaik tetap berada di musim pendakian resmi yang sudah ditetapkan pemerintah setempat.

3. Tips agar pendakian tetap nyaman dan aman

ilustrasi mendaki Gunung Fuji (unsplash.com/Ryan)

Salah satu kesalahan umum pendaki pemula adalah meremehkan kondisi fisik dan mental sebelum mendaki Gunung Fuji. Padahal, meski terkesan mudah karena banyak jalur yang tersedia, kenyataannya mendaki ke ketinggian lebih dari 3.000 mdpl tetap membutuhkan stamina dan adaptasi oksigen.

Penting untuk melatih fisik terlebih dahulu minimal satu bulan sebelum pendakian. Selain itu, membawa logistik, seperti air minum, makanan ringan tinggi kalori, dan pakaian tahan angin adalah langkah yang gak boleh dilupakan.

Jangan terlalu memaksakan diri saat mulai merasa pusing atau mual, karena bisa jadi itu gejala altitude sickness atau mabuk ketinggian. Istirahatlah secara berkala dan jangan buru-buru sampai ke puncak. Selalu gunakan headlamp kalau memilih mendaki malam hari demi mengejar matahari terbit, karena jalur bisa sangat gelap dan berbatu. Paling penting, kabari orang terdekat soal rencana pendakian agar ada yang bisa dihubungi saat terjadi hal darurat.

Mendaki Gunung Fuji bukan cuma soal menaklukkan alam, tetapi juga menghormati budaya dan tradisi yang melekat erat pada gunung suci ini. Dengan persiapan matang, memilih waktu yang tepat, dan memperhatikan keselamatan, perjalanan ini bisa menjadi salah satu pengalaman terbaik dalam hidup. Jangan buru-buru mengejar puncak, nikmati setiap langkah sebagai bagian dari perjalanan yang penuh makna.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team