Perempatan Kayutangan atau juga yang dikenal sebagai perempatan Rajabally dahulu dan sekarang. Dok/resturespati/jelajahjejakmalang
Satu lagi tempat yang cukup memiliki sejarah panjang adalah wilayah Kayutangan Malang. Wilayah tersebut meliputi sepanjang Jalan Basuki Rahmat hingga pertigaan depan kantor PLN Kota Malang. Kawasan tersebut sejak dulu memang merupakan jalur utama yang menghubungkan wilayah Kota Malang menuju daerah luar pada masa kolonial.
Kawasan tersebut merupakan sentra bisnis pada masa lalu. Restu menambahkan, tepat pada perempatan Kayutangan terdapat satu ikon yang cukup legendaris yakni bangunan kembar. Kedua bangunan kembar tersebut diarsiteki oleh Karel Bos pada tahun 1936 dan dikembangkan oleh Herman Thomas Karsten pada Bouwplan V Kota Malang.
Bangunan kembar tersebut kemudian dikenal sebagai Gedung Rajabally. Begitu terkenalnya nama Rajabally, sampai perempatan di mana lokasi gedung tersebut berdiri dinamakan Perempatan Rajabally.
Perempatan Rajabally adalah lokasi yang sangat strategis untuk menjadi pusat bisnis pada masa itu. Perempatan Rajabally menghubungkan empat tempat yaitu Alun-alun Malang di sisi selatan, Alun-alun Bundar di sisi timur, Idjen Boulevard di sisi barat, dan Pasuruan di sisi utara. Perempatan Rajabally juga merupakan jalan yang membuka akses ke arah barat sebagai perkembangan kota mandiri yang baru.
"Filosofinya jika ditarik secara garis lurus, akan kelihatan bahwa mulai Stasiun Kereta Api Kota Baru Malang-Perempatan Rajabally-Idjen Boulevard merupakan satu kesatuan. Bangunan kembar Rajabally seolah merupakan pintu gerbang untuk menuju ke Ijen Boulevard sebagai kota mandiri yang baru. Kedua menara kembar pada bangunan ini seolah merupakan dua tangan yang menyangga pegunungan Putri Tidur yang berada di sebelah barat Kota Malang. Hal ini tentunya sudah direncanakan secara matang oleh Herman Thomas Karsten," sambung Restu.