Meskipun para pendayung biasanya laki-laki, kamu tidak boleh mengabaikan peran penting perempuan dalam tradisi ini, lho. Perempuan terlibat dalam pembuatan kostum, penyelenggaraan acara, penyediaan makanan, hingga ritual adat sebelum perlombaan. Mereka adalah penjaga nilai dan identitas budaya kampungnya, yang meneruskan kisah-kisah pacu jalur dari generasi ke generasi.
Masyarakat secara keseluruhan pun memegang peran aktif dalam menjaga dan mempromosikan tradisi ini. Anak-anak sejak kecil diajarkan tentang pentingnya pacu jalur melalui sekolah dan kegiatan adat. Pemerintah daerah juga terus memberikan dukungan dalam bentuk dana, pelatihan, dan promosi pariwisata. Ini menjadi bukti bahwa budaya dapat terus hidup jika dirawat bersama.
Dari penjelasan di atas, kamu bisa melihat bahwa asal-usul pacu jalur bukan hanya soal sejarah panjang sebuah perlombaan perahu, tetapi tentang bagaimana budaya, nilai, dan identitas dijaga secara kolektif oleh masyarakat. Sebagai generasi masa kini, kamu bisa turut berperan dalam pelestariannya, entah dengan mengenalkannya melalui media sosial, berkunjung ke festivalnya, atau bahkan melakukan riset lebih lanjut. Karena budaya bukan untuk dikagumi dari jauh, tapi untuk dihargai dan dijaga bersama-sama, ya. Setuju?
Referensi:
“Sejarah Pacu Jalur”. Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi. Diakses Juli 2025.
“PACU JALUR DAN SOLIDARITAS SOSIAL MASYARAKAT KABUPATEN KUANTAN SINGINGI (Kajian Terhadap Tradisi Maelo)”. UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Diakses Juli 2025.
“TRADISI PACU JALUR MASYARAKAT RANTAU KUANTAN (Studi Nilai-nilai Budaya Melayu dalam Olahraga Tradisional di Kabupaten Kuantan Singingi). FKIP Universitas Islam Indragiri. Diakses Juli 2025.
“MENGUNGKAP NILAI-NILAI FILOSOFIS DALAM TRADISI PACU JALUR DAN UPAYA
MEMPERTAHANKAN BUDAYA LOKAL DI KUANTAN SINGINGI”. UIN SUSKA RIAU. Diakses Juli 2025.