Toko Oen Semarang, Resto Legendaris yang Tetap Eksis

Serasa makan di resto zaman kolonial

Toko Oen berada di Jalan di Pemuda No. 52 Semarang, Jawa Tengah. Bukan sembarang resto, karena resto ini sudah ada sejak tahun 1935. Toko Oen ini juga sering disebut sebagai resto kolonial karena selain dibangun pada masa penjajahan, bangunan toko pun bergaya loji dengan arsitektur Belanda.

Baca Juga: Menjajal Sentuhan Es Krim Warisan Belanda di Toko Oen Malang

1. Pertama kali berdiri di Yogyakarta pada tahun 1910

Toko Oen Semarang, Resto Legendaris yang Tetap EksisIDN Times/Ganug Nugroho

Bukan di Semarang, Toko Oen yang awalnya menjual kue kering ini didirikan oleh Liem Gien Nio pada tahun 1910  di Yogyakarta. Nama Oen diambil dari nama suami Liem, yaitu Oen Tjoen Hok.  Pada tahun 1922 Toko Oen mulai menjual menu tambahan berupa ice cream, serta masakan Indonesia, China, dan Belanda.

Selanjutnya tahun 1934 Toko Oen membuka cabang di Jakarta dan di Malang, sebelum akhirnya Semarang pada tahun 1935. Namun pada tahun 1958 Toko Oen di Jakarta dan Yogyakarta tutup karena anggota keluarga kerepotan mengelolanya. Sedangkan Toko Oen cabang Malang dikelola oleh pemilik baru.

2. Dari ice cream sampai nasi goreng semuanya bikin ketagihan

Toko Oen Semarang, Resto Legendaris yang Tetap EksisIDN Times/Ganug Nugroho

Menu utama di Toko Oen adalah bestik lidah sapi, steak, sate ayam, nasi goreng, spaghetti, BBQ King Prawn. Cobalah menu gaya Eropa seperti  bestik Hamburg, cordon bleu, bestik lidah, inner schnitzel, atau kakap ala meuniere. Untuk menu Indonesia,  sate ayam dan nasi gorengnya sangat spesial.

Untuk dessert, kamu bisa pesan Oen’s Symphony Ice Cream, Napolitaine Ice Cream, Tutti Frutti, Chipolata Ice Cream, dan Gevulde Kip. Ada juga sup, salad, dan pasta. Menu supnya sanagat variatif, kamu bisa pesan antara lain Chicken Cream Soup, Soup Capjay, dan Soup Buntut. Sedangkan untuk menu salad dan pasta, kamu bisa mencoba salad udang, gado-gado, macaroni schotel, dan tahu campur. Rasanya? Dijamin kamu akan ketagihan!

3. Kue kering Toko Oen sangat legendaris dan wajib dicoba

Toko Oen Semarang, Resto Legendaris yang Tetap EksisIDN Times/Ganug Nugroho

Jangan lupa mencicipi kue kering di toko ini. Pasalnya, kue kering ini merupakan menu  pioner yang resepnya tidak pernah berubah sejak awal Toko Oen berdiri tahun 1910 lalu. Menariknya, sebelum kamu memesan kue kering di sana, kamu bisa lho mencicipi kue kering legendaris yang tersedia di toples dengan gratis.

Nah, varian kue kering yang ada di Toko Oen antara lain Sprtis Coklat, Ananas, Kaasstengel, Shoes Kering, Sprits Strawberry, Bokkepotjes, Cocos, Schuimpjes Vanilla, dan Janhagel. Kue-kue kring tersebut sangat layak untuk kamu jadikan cemilan atau untuk oleh-oleh.

4. Masih mempertahankan resep awal

Toko Oen Semarang, Resto Legendaris yang Tetap EksisIDN Times/Ganug Nugroho

Menurut pengelola Toko Oen, Yenny Megaputri, dirinya tidak mengubah sedikit pun resep ice cream dan kue kering yang merupakan menu awal Toko Oen. Khusus untuk alat pembuat es krim, kata Yenny, Toko Oen mendatangkan langsung dari Italia pada awal 1920-an.

“Sampai sekarang, alat itu masih kami pakai. Kami juga mempertahankan resep seperti saat pertama kali toko ini dibuka. Konsepnya adalah memadukan cita rasa bumbu Eropa, Jawa, dan sedikit Tionghoa,” ujar Yenny juga cucu Liem Gien Nio, pendiri Toko Oen.

5. Bangunan dan interior bernuansa zaman kolonial

Toko Oen Semarang, Resto Legendaris yang Tetap EksisIDN Times/Ganug Nugroho

Tidak hanya bangunan luar yang bergaya Belanda, bagian dalam resto atau interiornya  pun bernuansa zaman kolonial. Misalnya adalah atap ruangan yang tinggi, khas bangunan Indische, dengan jendela dan pintu tinggi dan lebar.  Kursi-kursi rotan rendah ditata mengelilingi meja bundar. Foto-foto Kota Semarang masa silam menghiasi dinding dinding toko.

Di tengah era modern, Yenny sempat gamang antara mempertahankan keaslian atau mengubah Toko Oen menjadi resto modern. Namun, Yenny akhirnya memilih mempertahankan orisinalitas.

“Bagi kami Toko Oen bukan semata-mata bisnis, tapi ini peninggalan leluhur yang harus kami  rawat agar tidak hilang. Lagi pula, tempat ini banyak menyimpan kenangan kami. Sayang kalau diubah,” ujar Yenny.

Baca Juga: Dijamin Ngiler, 6 Jajanan Semarang yang Tidak Ditemukan di Kota Lain

Topik:

Berita Terkini Lainnya