"Jadi, es sirup atau setrup ini dulunya hanya bisa dinikmati oleh bangsawan, orang-orang Belanda saja," ujar Muhammad Azhar Lazuardy, Manager Pabrik Siropen, kepada IDN Times, Selasa, 9 Desember 2025.
Pabrik Siropen Surabaya: Warisan Kolonial yang Bertahan hingga di Era Kekinian

- Pabrik Siropen didirikan pada 1923 oleh J.C. Van Drongelen, pengusaha Belanda, dan kini berada di bawah naungan PT Moya Kasri Wira Jatim.
- Pabrik ini melakukan adaptasi dengan mengembangkan varian sirup premium sejak tahun 2000-an dan merambah segmen hotel, restoran, dan kafe.
- Meski menambah varian dan memperluas pasar, pabrik ini tetap berpegang teguh pada prinsip awal yang membuatnya bertahan sejak 1923 dengan cara pembuatan yang masih manual.
Di tengah ramainya spot wisata Kota Lama Surabaya yang kerap dipadati pencari konten Instagramable, ada satu destinasi yang justru menarik perhatian karena kesederhanaannya, yakni Pabrik Siropen. Pabrik sirup pertama di Indonesia ini berusia lebih dari seabad dan masih beroperasi dengan cara manual. Bertahan dengan sistem tradisional di tengah gempuran modernisasi.
Tidak ada mural warna-warni atau dekorasi viral di sini, yang ada hanyalah aroma gula asli yang mendidih, rak botol kaca yang tertata rapi, dan pekerja yang tetap mengemas sirup seperti di masa kolonial. Justru karena keautentikan itulah, Pabrik Siropen mulai dipilih para wisatawan yang ingin merasakan perjalanan yang lebih bermakna atau dikenal sebagai purposeful travel.
Konsep purposeful travel menekankan pada aktivitas yang lebih bermanfaat dan kontribusi nyata sebagai pengunjung, bukan sekadar mengikuti tren viral alias FOMO (Fear of Missing Out) semata. Dengan mengunjungi Pabrik Siropen ini, kita jadi ikut belajar memahami sejarah, proses, dan cerita di balik sebuah produk lokal yang mampu bertahan sejak 1923. Apalagi harga tiket yang kita bayarkan akan didonasikan penuh kepada yayasan panti asuhan.
Selengkapnya, simak ulasannya di bawah ini, ya!
1. Sudah ada sejak zaman kolonial

Pabrik Siropen didirikan pada 1923 oleh J.C. Van Drongelen, seorang pengusaha Belanda yang merintis usaha sirup dan limun di kawasan Kota Lama Surabaya. Pada masa itu, wilayah tersebut merupakan pusat aktivitas perdagangan dan industri, sehingga kehadiran pabrik minuman manis ini cepat mendapat tempat di kalangan masyarakat.
Produksinya dikenal karena menggunakan bahan alami seperti gula asli dan perisa buah, sehingga menghasilkan sirup beraroma segar yang menjadi favorit orang-orang Belanda serta bangsawan atau priyayi.
Menurut Ardi, sapaan akrabnya, pabrik ini sempat pindah tangan beberapa kali, tetapi akhirnya beralih sepenuhnya ke tangan Indonesia pada akhir 1950-an berkat program nasionalisasi Pemerintah Indonesia. Kini, Siropen berada di bawah naungan PT Moya Kasri Wira Jatim yang merupakan salah satu anak usaha dari PT Panca Wira Usaha Jawa Timur, BUMD Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Pabrik ini terus melanjutkan produksi dengan tetap mempertahankan metode tradisionalnya. Mesin-mesin lama, teknik perebusan, proses pencampuran, hingga pengemasan yang manual masih diterapkan. Bisa dibilang pabrik sirup tertua di Indonesia ini tetap berjalan dengan sistem yang hampir tidak berubah sejak awal berdirinya.
"Kita mempertahankan apa yang ada, warisan dari dulu, yaitu siropen telasih botol kaca, termasuk resepnya juga tidak berubah," tutur pria yang kerap dipanggil Ardi tersebut.
Menariknya lagi, bangunan pabrik ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya melalui Surat Keputusan Wali Kota Surabaya Nomor 188.45/75/436.1.2/2015. Penetapan ini menegaskan bahwa bangunan Pabrik Siropen wajib dijaga keasliannya dan tidak boleh mengalami perubahan bentuk sedikit pun. Status tersebut membuat keberadaan pabrik ini tidak hanya penting sebagai pelaku industri, tetapi juga sebagai bagian dari warisan sejarah Kota Surabaya yang harus dilestarikan.
2. Usaha dan strategi bertahan dari dulu sampai sekarang

Saat ditanya apa saja usaha dan strategi apa yang membuat pabrik ini, Ardi menyebut Pabrik Siropen melakukan berbagai langkah adaptasi tanpa meninggalkan ciri khas utamanya. Salah satu strategi pentingnya adalah mengembangkan varian sirup premium sejak tahun 2000-an.
Jika dulu pilihan rasanya hanya beberapa saja, kini pabrik ini menawarkan hingga 19 varian rasa yang lebih beragam dan disesuaikan dengan kebutuhan pasar modern. Inovasi ini dilakukan agar produk Siropen tetap relevan dan mampu menjangkau konsumen yang lebih luas.
Varian telasih hadir dalam tujuh pilihan klasik seperti mawar, cocopandan, frambosen, leci, hingga vanila. Harganya dibanderol Rp28 ribu per botol. Ada pula varian premium dengan 19 rasa kekinian seharga Rp35 ribu.
"Jadi, sirupnya sama sebenarnya, cuma beda kemasan, isi, dan varian rasanya lebih banyak," ucap Ardi.
Selain menjual produk untuk pasar ritel, Pabrik Siropen juga mulai merambah segmen hotel, restoran, dan kafe dengan membuatkan sirup khusus untuk campuran kopi dan lainnya . Dengan masuk ke pasar kuliner yang terus berkembang, Siropen tidak hanya bertahan, tetapi juga berkompetisi di tengah meningkatnya tren minuman kekinian.
"Untuk tetap relevan, kami selalu cek media sosial dan mendengarkan saran dari pelanggan kami, biasanya mereka datang, terus bilang bikin rasa ini dong, rasa itu dong," tuturnya.
3. Cara pembuatan masih manual dan tidak tersentuh modernisasi

Meski menambah varian dan memperluas pasar, pabrik ini tetap berpegang teguh pada prinsip awal yang membuatnya bertahan sejak 1923. Resep dasarnya tidak berubah, bahan utamanya tetap menggunakan gula asli, dan proses pembuatannya masih mengikuti metode tradisional. Konsistensi inilah yang membuat rasa Siropen dianggap khas dan tidak bisa disamai produk lain yang lebih modern.
Dalam tahap awal, gula asli direbus di dalam wajan besar hingga larut sempurna. Kemudian, cairan gula didiamkan selama satu hari di dalam guci yang usianya juga sama dengan berdirinya pabrik.
Ini gucinya sudah ada sejak dulu, kita juga ganti sampai sekarang untuk menjaga rasa dan kualitasnya," kata pria asal Surabaya ini.
Setelah didiamkan dan melalui proses pencampuran rasa, para pekerja mengemas sirup dengan cara manual, yakni dengan memasukkannya ke dalam botol dan menyegel botol dengan uap air dari teko yang dipanaskan di atas kompor. Penulis pun turut mencoba proses ini dan benar-benar menjadi pengalaman yang berkesan karena tidak ditemui di tempat lain.
Komitmen untuk tidak tersentuh modernisasi inilah yang akhirnya membuat Pabrik Siropen memiliki ciri khas yang sulit ditiru. Rasa sirupnya tetap stabil dan proses pembuatan yang tradisional yang diwariskan sejak 1923 tetap terjaga hingga hari ini.
4. Menjadi salah satu daya tarik Kota Lama Surabaya

Pabrik Siropen bukan sekadar tempat produksi sirup, ia sudah menjadi destinasi wisata heritage yang memiliki daya tarik unik di tengah kawasan Kota Lama Surabaya. Banyak wisatawan datang, karena ingin melihat langsung bagaimana sebuah pabrik berusia lebih dari satu abad tetap beroperasi dengan cara tradisional.
Beberapa walking tour dan mobil wisata setempat menjadikan pabrik ini sebagai salah satu check point atau titik pemberhentian para turis. Mereka bisa membeli langsung produk sirup dan mencicipi segelas es sirup siap minum seharga Rp8.000 saja.
Penulis sempat mencicipi segelas es sirup rasa frambosen di tempat. Rasanya begitu berdimensi, manis, segar, dan sedikit masam sekaligus. Cocok sekali diminum di tengah panasnya Kota Surabaya. "Kalau bisa ngerasain bedanya, pasti tahu kita pakai gula asli, tidak pakai gula-gula lainnya," kata Ardi.
Tak hanya soal rasa, kunjungan ke pabrik Siropen sering dinilai sebagai pengalaman edukatif. Banyak pengunjung yang merasa perjalanan ini membuka wawasan tentang pentingnya melestarikan warisan kuliner dan sejarah lokal. Dengan perpaduan sejarah dan cita rasa klasik, Parbrik Siropen terus menjadi salah satu daya tarik autentik di kawasan Kota Lama Surabaya.
5. Dampak restorasi Kota Lama dan pengaruhnya pada pabrik

Restorasi besar-besaran kawasan Kota Lama Surabaya dalam beberapa tahun terakhir membawa dampak signifikan bagi keberadaan Pabrik Siropen. Lingkungan yang semakin tertata, bangunan tua yang diperbaiki, serta promosi kawasan heritage yang lebih masif membuat arus wisata meningkat pesat.
Jika dulu Pabrik Siropen lebih dikenal oleh generasi tua atau warga lokal saja, kini pabrik bersejarah ini kembali naik daun dan menarik perhatian berbagai kalangan. Anak muda yang sebelumnya mungkin tak familier dengan merek legendaris ini mulai mengenalnya melalui kunjungan heritage tour, konten media sosial, hingga berbagai acara komunitas.
Peningkatan jumlah pengunjung ini berdampak positif pada brand awareness sekaligus penjualan produk. Banyak yang awalnya sekadar mampir untuk berfoto, lalu pulang membawa beberapa botol sirup sebagai oleh-oleh. Restorasi ini pada akhirnya menghidupkan kembali relevansi Pabrik Siropen sebagai bagian penting dari identitas Kota Surabaya dan membuktikan bahwa warisan kuliner klasik masih bisa bersaing di era modern.
"Harapannya, kami ingin teman-teman segala usia tahu kalau pabrik sirup tertua di Indonesia ini masih eksis dan produk kami menyebar secara nasional, bukan hanya di Jawa Timur saja."


















