Pulau Jawa memiliki banyak tempat wisata alam yang unik dan menarik. Uniknya, banyak pula tempat wisata di Pulau Jawa gak terlepas dari cerita mistis yang berkembang di penduduk sekitar.
Salah satu provinsi dengan banyak wisata horor, yakni Jawa Timur. Beberapa peninggalan bersejarah dan wisata alamnya dikenal sangat angker.
Penasaran di mana saja? Simak daftarnya di bawah ini!
Pantai Kenjeran di Surabaya ini dikenal dengan kerajaan siluman ular. Kabarnya, ada gudang senjata yang jadi saksi bisu kematian arek-arek Surabaya pada masa penjajahan.
Di Museum Brawijaya, Malang, ada Gerbong Maut yang sering dikaitkan dengan penampakan hantu putih. Bahkan, sering terjadi kesurupan di sekitar Gerbong Maut ini.
Mercusuar Sembilangan di Bangkalan, Madura, terkenal sering ada penampakan orang Belanda berpakaian zaman dulu. Berani ke sini?
Rowo Bayu sempat dikaitkan dengan kisah KKN Desa Penari, karena kemiripan tempatnya. Konon, tempat yang berada di Banyuwangi ini disinggahi macam jadi-jadian.
Alas Lali Jiwo bisa ditemui saat mendaki Gunung Arjuno, Malang. Terdapat pasar gaib dengan suara gamelannya di tengah hutan.
Menurut warga sekitar, Nusa Barong, pulau tak berpenghuni di Jember, ini dihuni ular besar dan harimau putih. Kamu harus ekstra hati-hati saat mengunjunginya.
Air Terjun Madakaripura, Pasuruan, ternyata dihuni harimau putih yang menjaganya. Selalu jaga etika saat mengunjunginya ya!
Konon, Telaga Sarangan, Magetan, menjadi tempat tinggalnya dua ekor naga raksasa. Kabarnya ada lubang besar tak kasat mata di tengah telaga yang jadi rumah naga.
Bagian barat Pantai Srau, Pacitan, terkenal sebagai kawasan paling horor. Ada sumber air yang dianggap angker, sehingga menyebabkan penginapan di kawasan tersebut ditutup.
Gunung Raung punya empat pondok yang menyeramkan, mulai dari sumur, mayit, dhemit, dan angin. Warga bertutur ada penampakan mayat, suara ramainya pesta, hingga harimau.
Nah, itulah beberapa wisata alam di Jawa Timur yang dikenal horor. Kira-kira kamu berani mengunjungi yang mana, nih?
Kisah ini ditulis berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat, pengalaman orang per orang, dan disampaikan dari mulut ke mulut. Pengalaman setiap orang terhadap mitos dan kesan mistis seperti di atas, akan berbeda-beda. Tak semua orang bisa merasakan hal yang sama.