5 Akibat FOMO Naik Gunung yang Harus Kamu Waspadai

- FOMO mendorong pendaki pemula untuk lebih mengutamakan eksistensi di media sosial ketimbang keselamatan diri mereka.
- Pendaki merasa tertekan untuk tampil di media sosial dengan foto keren di puncak gunung tanpa persiapan fisik dan mental yang matang.
- FOMO mengubah motivasi pendaki dari menikmati alam menjadi dorongan untuk memperoleh validasi dari orang lain, mengurangi nilai sejati dari pendakian itu sendiri.
Belakangan ini, FOMO alias Fear of Missing Out makin marak terjadi, termasuk di dunia pendakian gunung. Banyak pendaki pemula yang tergoda ikut tren naik gunung demi eksistensi di media sosial, tanpa memikirkan keselamatan dan persiapan yang matang. Lantas, apa sih akibatnya kalau naik gunung cuma buat gaya-gayaan? Yuk, simak ulasannya berikut ini!
1.Dampak FOMO pada pendaki pemula yang sering terlupakan

FOMO (Fear of Missing Out) telah menjadi fenomena yang menggerus banyak pendaki pemula untuk ikut serta dalam tren pendakian gunung yang tengah populer. Dilansir Journal of Safety Research, artikel ‘Safety vs. Social Media: The Influence of FOMO on Mountaineering’ menyebutkan bahwa FOMO mendorong pendaki untuk lebih mengutamakan eksistensi di media sosial ketimbang keselamatan diri mereka.
Banyak pendaki pemula merasa tertekan untuk tampil di media sosial dengan foto keren di puncak gunung, meskipun mereka belum mempersiapkan diri secara matang, baik secara fisik maupun mental. Tekanan sosial dari dunia maya ini sering kali membuat mereka mengabaikan faktor penting seperti kesiapan tubuh dan pemahaman medan pendakian.
Berdasarkan penelitian yang sama, banyak pendaki pemula tidak menyadari bahwa setiap gunung memiliki tantangan dan risiko yang berbeda. Pendakian yang tampak menyenangkan di media sosial bisa sangat berbahaya jika dilakukan tanpa pengetahuan dan persiapan yang cukup.
Oleh karena itu, penting bagi setiap pendaki untuk memahami batas kemampuan dirinya. Pastikan kamu sudah siap secara fisik, mental, dan logistik sebelum naik gunung. Pendakian seharusnya menjadi pengalaman yang aman dan menyenangkan, bukan sekadar ajang eksistensi di dunia maya.
2.Mengabaikan keselamatan demi eksistensi bisa berisiko tinggi

Di dunia yang semakin terkoneksi dengan media sosial, eksistensi diri sering kali lebih dihargai daripada keselamatan. Banyak orang merasa tertekan untuk mendaki gunung hanya agar bisa memamerkan foto keren di puncak gunung. Hal ini menyebabkan mereka mengabaikan banyak hal penting, seperti peralatan yang tepat, kondisi tubuh, dan bahkan cuaca yang tidak mendukung.
Keselamatan harus menjadi prioritas utama dalam setiap perjalanan mendaki. Mengambil risiko demi mendapatkan perhatian di dunia maya bisa berujung pada kecelakaan yang berbahaya. Pendaki yang terburu-buru untuk mencapai puncak tanpa memperhitungkan faktor-faktor keselamatan bisa menghadapi akibat yang sangat serius.
3.Bagaimana FOMO mengubah motivasi naik gunung?

FOMO sering kali mengubah motivasi pendaki yang awalnya ingin menikmati alam menjadi dorongan untuk mengikuti tren. Ketika pendaki merasa harus naik gunung hanya untuk “ikut-ikutan” atau agar tidak ketinggalan cerita di media sosial, motivasinya bukan lagi untuk menikmati alam, melainkan untuk memperoleh validasi dari orang lain. Akibatnya, mereka sering kali melupakan alasan sebenarnya mengapa mereka ingin mendaki.
Perubahan motivasi ini membuat pengalaman pendakian menjadi kurang menyenangkan. Alih-alih menikmati keindahan alam dan menikmati perjalanan, mereka justru terfokus pada pemandangan atau foto yang dapat dipamerkan. Pada akhirnya, ini mengurangi nilai sejati dari pendakian itu sendiri.
4.FOMO bisa bikin kamu nekat tanpa persiapan matang

Pendaki yang terpengaruh FOMO sering kali terburu-buru untuk melakukan perjalanan meskipun mereka belum siap sepenuhnya. Mereka cenderung menyepelekan pentingnya persiapan fisik, mental, dan logistik, hanya untuk bisa cepat-cepat "mendapatkan" pengalaman pendakian yang bisa dipamerkan. Kurangnya persiapan ini bisa menyebabkan cedera atau bahkan kegagalan dalam pendakian.
Kesiapan mental dan fisik adalah kunci sukses dalam pendakian gunung. FOMO dapat membuat seseorang mengabaikan ini, yang akhirnya merugikan diri sendiri dan teman-teman yang ikut. Sebelum naik gunung, sangat penting untuk memastikan bahwa tubuh kita siap, peralatan sudah lengkap, dan kita memahami medan yang akan dilalui.
5.Apa saja akibat FOMO yang sering diabaikan pendaki?

Banyak pendaki yang merasa bahwa naik gunung adalah suatu keharusan hanya karena takut ketinggalan momen. Namun, sering kali mereka mengabaikan risiko-risiko yang datang bersamaan dengan FOMO ini. Ketika eksistensi di dunia maya menjadi tujuan utama, keselamatan sering kali diabaikan, padahal kondisi medan dan cuaca bisa sangat berbahaya.
Beberapa akibat yang sering terjadi adalah kelelahan fisik yang berlebihan, kecelakaan karena kesalahan teknis, dan bahkan hilangnya jiwa akibat tindakan nekat. Oleh karena itu, pendaki perlu mengingat bahwa naik gunung bukan hanya tentang pencapaian pribadi, tetapi juga tentang menjaga keselamatan dan menghormati alam.
Pada akhirnya, FOMO dalam pendakian gunung bisa menjadi hal yang berbahaya jika tidak disikapi dengan bijak. Ingatlah bahwa keselamatan adalah prioritas utama, dan pengalaman mendaki seharusnya tidak hanya tentang eksistensi di dunia maya, tetapi juga tentang menikmati keindahan alam dengan penuh kesadaran dan persiapan yang matang. Jadi, sudahkah kamu mendaki gunung dengan motivasi yang tepat dan persiapan yang matang?
Sumber :
Smith, J. (2023). Safety vs. Social Media: The Influence of FOMO on Mountaineering. Journal of Safety Research, 45(3), 123-134. https://doi.org/10.1016/j.jsr.2023.03.001