5 Fakta Gambang Semarang, Kesenian Khas Ibu Kota Jawa Tengah

Kenalan dengan seni gado-gado ini, yuk!

Pluralisme yang dimiliki Indonesia membuat bangsa ini menyimpan berbagai kekayaan budaya dan tradisi. Budaya memiliki beberapa unsur, salah satunya ialah kesenian rakyat.

Setiap daerah memiliki seni yang coraknya mencerminkan karakteristik masyarakatnya. Begitu pun Semarang yang memiliki kesenian rakyat bernama Gambang Semarang.

Bagi kamu wong Semarangan, Gambang Semarang merupakan kesenian yang sudah sangat akrab dengan hidupmu, bukan? Kesenian bergenre tradisional ini telah dianggap sebagai ikon Ibu Kota Jawa Tengah sejak tahun 1930.

Gambang Semarang memiliki daya tarik tersendiri dilihat dari pertunjukannya. Buat kamu yang masih asing dengan kesenian ini, kenalan yuk!

1. Gambang Semarang merupakan ikon budaya masyarakat Semarang 

5 Fakta Gambang Semarang, Kesenian Khas Ibu Kota Jawa Tengahilustrasi Gambang Semarang (instagram.com/fiqifarchadhimas)

Kesenian Gambang Semarang mungkin sudah familiar bagi kamu yang berdomisili di ibu kota Jawa Tengah. Sebab, kesenian yang menampilkan unsur musik, vokal, tari, dan lawakan ini sudah menjadi identitas kota Semarang. Setiap pertunjukan digelar dengan tahapan tertentu, mulai dari pembukaan hingga penutup.

Gambang Semarang biasa dibuka dengan lagu Cepret Payung, Kicir-kicir, dan Jangkrik Genggong. Selanjutnya, ditampilkan seni tari dengan iringan lagu Empat Penari. Kesenian ini memiliki unsur gerak yang disebut lambeyan, genjot, ngondek, dan ngeyek.

Selingan lawak akan diselipkan di tengah pementasan yakni dengan menyelipkan kata-kata lucu, mengejek, menyindir, atau bermuatan kritik dalam syair lagu. Oh ya, tema lawakan disesuaikan dengan kondisi aktual.

Gambang Semarang diakhiri dengan lagu-lagu penutup atau lagu-lagu yang memuat kata “pamit” seperti Walang Kekek , Keroncong Kemayoran, dan Jali-jali.

2. Terdapat dua versi sejarah kemunculan kesenian Gambang Semarang 

5 Fakta Gambang Semarang, Kesenian Khas Ibu Kota Jawa Tengahpotret Stasiun Tawang (instagram.com/wiedtaslim)

Ada dua pendapat tentang asal muasal Gambang Semarang. Pendapat pertama menyebutkan bahwa kesenian ini berasal dari Gambang Kromong (Jakarta) yang dibawa oleh seorang Tionghoa bernama Lie Ho Sun pada awal 1930.

Tak lama kemudian, seorang Tionghoa lain bernama Oe Yok Siang menciptakan sebuah lagu berjudul Ampat Penari yang menjadi trademark Stasiun Tawang. Sejak saat itu, Gambang Semarang dijuluki kesenian “gado-gado”. Komunitas seni Gambang Kromong di Semarang juga terbentuk di era tersebut.

Pendapat kedua justru berpandangan sebaliknya. Gambang Semarang-lah yang mengilhami terbentuknya kesenian Gambang Kromong (Jakarta). Hal ini dibuktikan bahwa terdapat seniman-seniman tua yang mengenal irama-irama Gambang Semarang.

Baca Juga: Wisata Simpang Lima Semarang: Info Lokasi, Tarif, dan Aktivitas Seru

3. Gambang Semarang menduduki fungsi dan peran penting dalam kehidupan masyarakat 

5 Fakta Gambang Semarang, Kesenian Khas Ibu Kota Jawa Tengahilustrasi kesenian Semarang (instagram.com/ahmadsamsudin_03)

Tak hanya berfungsi sebagai hiburan semata, Gambang Semarang memiliki kedudukan yang penting di mata masyarakat. Kesenian ini berkedudukan sebagai ikon atau identitas budaya. Oleh sebab itu, Gambang Semarang telah menyatu pada darah dan daging masyarakatnya.

Selain itu, seni “gado-gado” ini juga berfungsi sebagai media edukasi untuk memperkenalkan kebudayaan daerah kepada generasi penerus. Tak heran bila aktivis dan praktisi seni berupaya melestarikan sehingga Gambang Semarang dapat terus terdengar gaungnya.

4. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan Gambang Semarang 

5 Fakta Gambang Semarang, Kesenian Khas Ibu Kota Jawa Tengahilustrasi tari modern (pexels.com/redhaste)

Mencapai puncak ketenaran pada tahun 1970-an, Gambang Semarang mulai kehilangan animo masyarakat pada dekade 1990-an.  Kemunduran perkembangan kesenian ini mulai terlihat pada tahun 1980 ketika pertunjukkannya tak digelar semasif dulu. Pada era ini, Gambang Semarang hanya dipentaskan secara insidental saja.

Perkembangan Gambang Semarang mengalami kemunduran karena tergeser oleh kesenian modern atau asing yang lebih di minati oleh generasi muda. Selain itu, tahun 1990-an muncul pandangan negatif terhadap kebudayaan Cina.

Karena Gambang Semarang merupakan akulturasi kebudayaan Cina dan Indonesia, maka pandangan tersebut juga turut menyumbang hilangnya minat masyarakat terhadap seni “gado-gado” ini.

5. Beberapa upaya perlu dilakukan agar Gambang Semarang tetap lestari 

5 Fakta Gambang Semarang, Kesenian Khas Ibu Kota Jawa Tengahilustrasi pelestarian kesenian oleh masyarakat (instagram.com/lareajilaras)

Untuk mengantisipasi hilangnya Gambang Semarang, berbagai usaha perlu digencarkan agar kesenian ini dapat diwariskan pada generasi berikutnya. Pertama, melakukan inovasi terhadap kesenian Gambang Semarang. Kedua, mengakrabkan kesenian Gambang Semarang terhadap generasi muda. Salah satunya dengan menjadikannya kegiatan ekstrakulikuler di sekolah atau UKM di kampus.

Masyarakat pun harus turut serta dalam menjaga kelestarian Gambang Semarang. Misalnya dengan mendirikan komunitas pecinta Gambang Semarang. Dengan adanya komunitas ini, militansi pelaku kesenian dapat diwadahi. Upaya lainnya yaitu diadakannya pertunjukkan Gambang semarang secara rutin, serta membangun sanggar kesenian.

Sebagai kesenian khas daerah yang menjadi ikon kota Semarang, sudah seharusnya Gambang Semarang dijaga dan dilestarikan sehingga tidak musnah digerus zaman.

Kalau kamu berkunjung ke ibu kota Jawa Tengah, jangan lupa menyaksikan pertunjukan ini, ya! Dengan melakukan apresiasi, kamu turut menjaga Gambang Semarang tetap lestari.

Baca Juga: Jalan-jalan ke Semarang, Wajib Cicipi 15 Kuliner Legendaris Ini!

Himatul Aliyah Photo Verified Writer Himatul Aliyah

Anak mbarep yang lahir otodidak

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Dwi Rohmatusyarifah

Berita Terkini Lainnya