Apa Itu Sleep Tourism yang Diprediksi bakal Jadi Tren 2025?

Sleep tourism menjadi salah satu konsep liburan yang diprediksi akan populer dan menjadi tren pada tahun 2025 ini. Sesuai dengan namanya, konsep ini mengajak wisatawan untuk tidur. Wah, jauh-jauh liburan hanya untuk tiduran di hotel?
Tentu tidak sesederhana itu. Selain tidur, ada beberapa rangkaian aktivitas yang juga akan bermanfaat untuk kesehatan tubuh dan membuatnya kembali bugar setelah liburan nanti.
Kamu pasti penasaran apa itu sleep tourism dan apa saja manfaatnya? Simak penjelasan di bawah ini, yuk!
1. Pengertian sleep tourism

Saat liburan ke suatu wilayah atau negara lain, biasanya seseorang memiliki itinerary yang cukup padat dan ingin mengunjungi banyak destinasi wisata. Pagi hingga malam berada di luar dan melakukan berbagai aktivitas. Hal ini kerap membuat fisik dan pikiran jadi lelah.
Ditambah lagi kalau liburan di wilayah yang memiliki perbedaan zona waktu sangat jauh dengan Indonesia. Pola tidur jadi terganggu dan bisa jet lag berhari-hari. Akibatnya, badan jadi kurang fit pascaliburan, kelelahan, bahkan jatuh sakit. Pasti gak mau mengalami hal ini, kan?
Melihat fenomena tersebut, muncullah konsep sleep tourism. Dilansir Tom's Guide, sleep tourism merupakan tren wisata yang mengajak wisatawan mengunjungi destinasi atau tempat dalam upaya meningkatkan kualitas tidur atau merasakan tidur nyenyak.
Destinasinya tidak hanya hotel atau resor, tetapi juga tempat retreat atau wellness center (pusat kesehatan) yang menawarkan lingkungan dan aktivitas. Tujuannya untuk meningkatkan relaksasi dan mengatasi masalah tidur.
Psikoterapis dan ahli terapi tidur, Heather Darwall-Smith, mengatakan sleep tourism mencerminkan keinginan untuk beristirahat di dunia yang dipenuhi stimulasi berlebih.
"Kita biasanya ingin melarikan diri dari tuntutan kehidupan modern yang tiada henti. Otak dan tubuh kita seringkali berada dalam kondisi stres kronis, menjalankan banyak peran dan tanggung jawab tanpa waktu istirahat yang cukup untuk pemulihan,” ujar Darwall-Smith, seperti dilansir Tom's Guide pada Sabtu (9/11/2024).
Senada dengan yang disampaikan Heather Darwall-Smith, pemilik Sleep Solutions dan anggota American Board of Dental Sleep Medicine, Dr. Chelsea Perry, mengatakan tren sleep tourism ini semakin diminati. Penyebabnya karena meningkatnya stres dan tumbuhnya kesadaran akan pentingnya tidur bagi kesehatan.
"Setelah bertahun-tahun disibukkan dengan jadwal padat dan beban digital, orang-orang secara aktif mencari cara untuk memprioritaskan istirahat," ujarnya.
2. Manfaat sleep tourism

Ada banyak manfaat yang bisa didapatkan jika seseorang mengikuti sleep tourism ini. Secara keseluruhan, dampak yang didapatkan adalah pola tidur jadi lebih baik, nyenyak, dan kualitasnya pun meningkat. Orang-orang yang memiliki aktivitas harian padat, penuh tekanan, dan berpotensi stres cocok mengikutinya.
Secara langsung maupun tidak langsung, tidur yang berkualitas akan berpengaruh pada banyak hal. Mulai dari memulihkan fisik dan mental, meredakan stres dan kecemasan, meningkatkan produktivitas dan konsentrasi, hingga membantu menjaga kesehatan tubuh, terutama jantung, metabolisme, serta sistem kekebalan tubuh.
3. Destinasi yang menawarkan sleep tourism

Ada banyak destinasi di dunia yang menawarkan sleep tourism dan didominasi hotel-hotel mewah. Umumnya, hotel tersebut menyediakan fasilitas yang cukup lengkap dan melalui banyak riset untuk kenyamanan para tamu yang mengingap.
Di jaringan hotel Hilton, terdapat fasilitas power down, seperti kasur dengan pengatur suhu dan pencahayaan redup. “Kami tahu bahwa tidur yang baik dapat menentukan keberhasilan sebuah perjalanan, serta memberikan manfaat besar bagi kreativitas, suasana hati, dan kesehatan otak,” kata Wakil Presiden Wellness di Hilton, Amanda Al-Masri, melansir Fortune pada Sabtu (13/1/2024).
Beberapa properti Hilton juga memperluas layanan mereka. Rome Cavalieri, A Waldorf Astoria Hotel menawarkan menu bantal untuk tamu dan Conrad Bali memiliki pengalaman tambahan berbayar bernama SWAY, yakni tamu menikmati sesi terapi tidur selama 60 menit di hammock berbentuk kepompong.
“Wisatawan yang tertarik dengan sleep tourism mencari pengalaman unik, fasilitas, dan lingkungan yang dapat membantu mereka mencapai tujuan tidur dan relaksasi,” kata Al-Masri.
Sementara itu, di Marina Bay Sands, Singapura, juga menawarkan pengalaman tidur yang tak kalah nyaman. Berdasarkan pengalaman penulis menginap di sana, terdapat berbagai pilihan bantal yang bisa digunakan. Setiap bantal memiliki ukuran dan bahan berbeda dan terasa nyaman di kepala.
Duvet cover yang terbuat dari bulu angsa putih juga membuat tidur jadi nyenyak. Pencahayaan, suhu ruangan, dan tirai bisa diatur melalui layar IPORT. Jika ingin ada efek suara, seperti hujan atau api unggun, tamu bisa mengaturnya secara otomatis dari layar tersebut.
Pengalaman tidur di sini bakal makin seru dengan adanya layanan butler selama 24 jam. Menjelang tidur, butler akan mengatur tempat tidur, menyediakan sandal kamar atau slipper di sampingnya. Di bagian nakas, tersedia air minum dan gelas, eye mask, dan linen spray.
Menurut Fortune, hotel lain yang turut menawarkan fasilitas sleep tourism antara lain:
- Park Hyatt New York.
Menyediakan Bryte Restorative Sleep Suite, kamar seluas 900 kaki persegi dengan tempat tidur pintar berbasis AI yang dapat menyesuaikan tekanan kasur, diffuser minyak esensial, dan buku-buku tentang tidur. - Zedwell London.
Menawarkan kamar kedap suara tanpa gangguan, seperti TV dan monitor. - Sonesta’s Rest and Renew Program di Benjamin Royal, New York.
Menyediakan sleep kit yang meliputi penutup mata, perpustakaan musik pengantar tidur, mesin white noise, sepuluh pilihan bantal, dan perlengkapan untuk tidur siang. - Six Senses (berlokasi di Yunani, India, dan Fiji).
Menawarkan program tidur khusus yang mencakup meditasi sebelum tidur, pelacak tidur selama dua malam, serta bimbingan dari dokter tidur internal. Paket menginap lima malam di sini mulai dari US$1.000. Tamu dapat memilih durasi 3-10 malam.
Demikian pengertian sleep tourism yang diprediksi akan menjadi tren liburan selama 2025. Ternyata manfaatnya banyak banget, ya?
Liburan tidak melulu tentang jalan-jalan ke berbagai destinasi menarik, tetapi juga menjadi sarana meningkatkan kualitas tidur agar tubuh makin sehat. Apakah kamu tertarik mencobanya?