Bagaimana Aturan Mendaki Gunung saat Musim Hujan?

Mendaki gunung saat musim hujan memang menawarkan tantangan yang berbeda. Bagi sebagian orang, kabut tebal, hujan yang turun terus-menerus, hingga jalur licin justru menambah keseruan tersendiri. Tapi tanpa persiapan dan pemahaman yang matang, aktivitas ini bisa berubah menjadi risiko yang berbahaya. Terutama jika mengabaikan aturan-aturan dasar yang seharusnya jadi pegangan utama para pendaki.
Kondisi cuaca yang tak menentu bisa memperbesar kemungkinan kecelakaan, tersesat, bahkan hipotermia. Itu sebabnya, sebelum melangkah lebih jauh, penting memahami apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat mendaki gunung di musim hujan. Berikut penjelasan lengkap yang perlu kamu ketahui agar tetap aman dan bertanggung jawab.
1. Pendaki wajib memahami karakter gunung tujuan

Setiap gunung punya karakter yang berbeda, baik dari jalurnya, kondisi tanah, vegetasi, hingga intensitas curah hujan di sekitarnya. Gunung dengan jalur terbuka, misalnya, akan terasa jauh lebih berbahaya saat hujan karena rentan longsor. Sebaliknya, gunung yang jalurnya tertutup hutan lebat bisa jadi sangat licin dan mudah membuat pendaki kehilangan pijakan.
Memahami kondisi dasar gunung membantu kamu menyiapkan strategi pendakian yang lebih matang. Informasi ini bisa diperoleh dari catatan pendakian sebelumnya, petugas basecamp, atau komunitas pendaki. Semakin lengkap informasi yang kamu miliki, semakin kecil kemungkinan menghadapi situasi tak terduga. Musim hujan bukan waktu yang tepat untuk mendaki secara impulsif atau tanpa riset mendalam.
2. Perlengkapan harus disesuaikan dengan kondisi hujan

Memilih perlengkapan yang tepat bukan soal kenyamanan saja, tapi juga menyangkut keselamatan. Saat musim hujan, perlengkapan tahan air seperti jas hujan, flysheet tambahan, dan tas dengan pelindung hujan adalah keharusan. Sepatu juga harus memiliki sol anti-selip karena jalur gunung sangat licin saat basah.
Selain itu, penting membawa baju ganti kering dalam kantong kedap air. Kedinginan karena pakaian basah adalah penyebab umum hipotermia. Pastikan sleeping bag dan matras cukup tebal agar tubuh tetap hangat di malam hari. Banyak pendaki menyepelekan detail ini, padahal justru hal-hal kecil seperti ini yang menentukan keselamatan selama perjalanan.
3. Waktu pendakian perlu diatur lebih bijak

Mendaki saat hujan artinya kamu perlu waktu lebih lama untuk menempuh jalur yang biasanya bisa dilalui lebih cepat saat kering. Karena itu, pendakian di musim hujan sebaiknya dimulai lebih pagi. Dengan begitu, kamu bisa mencapai pos tujuan atau lokasi camp sebelum kabut turun atau hujan semakin deras menjelang sore.
Menghindari pendakian malam hari juga penting. Selain visibilitas rendah, malam di musim hujan biasanya lebih dingin dan berisiko membuat tubuh cepat lemas. Kalau perlu, susun rencana perjalanan dengan cadangan waktu ekstra, agar tidak terburu-buru dan bisa menyesuaikan langkah saat menghadapi hambatan seperti pohon tumbang atau jalur tergenang air.
4. Kondisi fisik pendaki harus benar-benar prima

Mendaki gunung di musim hujan menuntut stamina dan konsentrasi lebih besar dibandingkan musim kemarau. Jalur yang licin, beban tas yang lebih berat karena peralatan ekstra, dan suhu dingin bisa menguras tenaga lebih cepat. Karena itu, kondisi fisik harus benar-benar fit sebelum memulai pendakian ke gunung yang akan dituju.
Kalau sedang sakit atau kurang tidur, lebih baik tunda rencana mendaki. Bahaya dehidrasi, kelelahan, atau cedera akan lebih besar kalau tubuh tidak dalam kondisi prima. Latihan ringan sebelum mendaki juga disarankan, seperti jogging atau naik-turun tangga secara rutin agar tubuh terbiasa menghadapi medan berat.
5. Etika lingkungan tetap harus diutamakan

Hujan membuat ekosistem gunung menjadi lebih sensitif. Tanah menjadi mudah terjadi erosi, tanaman bisa rusak hanya karena terpijak sepatu gunung, dan aliran air mudah tercemar oleh sampah. Pendaki harus lebih hati-hati saat berpindah jalur dan tidak asal menginjak sembarang titik demi menjaga keseimbangan alam.
Jangan membuang sampah termasuk tisu basah atau plastik makanan karena butuh waktu sangat lama untuk terurai. Bawa kembali semua sisa logistik, termasuk yang sudah basah atau kotor. Ingat, mendaki itu bukan sekadar mengejar puncak, tapi juga bentuk penghargaan terhadap alam yang sedang kamu kunjungi. Etika seperti ini jadi bukti bahwa kamu bukan hanya pendaki, tapi juga penjaga kelestarian alam.
Mendaki gunung saat musim hujan memang bukan hal yang mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin dilakukan. Dengan persiapan yang matang, perlengkapan yang sesuai, serta kesadaran terhadap risiko dan tanggung jawab, pendakian tetap bisa dinikmati dengan aman. Jangan buru-buru mengejar puncak, utamakan keselamatan dan nikmati setiap langkahmu.