Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi orang mendaki gunung
ilustrasi orang mendaki gunung (pexels.com/Andrei Tanase)

Intinya sih...

  • Mulai dengan mengurangi, bukan menghilangkan sekaligus. Evaluasi barang yang sering dipakai dan kurangi perlahan agar transisi terasa lebih natural.

  • Fokus ke sistem, bukan per item. Pendekatan ini membuat hiking ultralight terasa lebih logis dan aman serta membantu memahami pentingnya setiap gram berat.

  • Upgrade gear secara bertahap. Mulailah dari gear dengan bobot paling berat untuk memberi waktu bagi tubuh beradaptasi dan menyesuaikan budget tanpa tekanan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernah terpikirkan pindah ke gaya hiking ultralight tapi takut kaget di tengah jalur? Banyak pendaki yang penasaran karena ultralight terdengar simpel, tapi justru terasa menantang saat pertama dicoba. Tenang, kamu tak sendirian, dan transisi ini bisa dilakukan pelan-pelan tanpa drama.

Ultralight hiking bukan tentang asal mengurangi barang, tapi tentang mengubah cara berpikir saat mendaki. Kalau kamu terbiasa membawa barang untuk berjaga-jaga, konsep ini memang terasa asing di awal. Yuk, bahas tips transisi dari hiking biasa ke ultralight agar tetap aman, nyaman, dan tetap fun.

1. Mulai dengan mengurangi, bukan menghilangkan sekaligus

ilustrasi packing tas (pexels.com/Timur Weber)

Langkah awal menuju hiking ultralight sebaiknya dimulai dengan mengurangi perlengkapan, bukan langsung memangkas ekstrem. Coba evaluasi barang mana yang benar-benar sering dipakai dan mana yang hanya ikut naik gunung tanpa fungsi jelas. Cara ini bikin tubuh dan mental kamu lebih siap menerima perubahan.

Dengan mengurangi perlahan, kamu tetap merasa familiar dengan sistem barang bawaanmu. Transisi hiking ke ultralight jadi terasa lebih natural. Selain itu, kamu bisa belajar dari pengalaman langsung di jalur.

2. Fokus ke sistem, bukan per item

ilustrasi sleeping bag (unsplash.com/Frank Holleman)

Pendaki ultralight selalu berpikir dalam sistem, bukan barang satuan. Contohnya, sistem tidur terdiri dari shelter, sleeping pad, dan sleeping bag yang saling mendukung. Kalau satu bagian terlalu berat, sistem keseluruhan jadi kurang efisien.

Dengan pendekatan ini, kamu bisa mengatur ulang perlengkapan tanpa mengorbankan kenyamanan. Sistem yang tepat membuat hiking ultralight terasa lebih logis dan aman. Ini juga membantu kamu memahami kenapa setiap gram berat itu penting.

3. Upgrade gear secara bertahap

ilustrasi tas untuk mendaki gunung (pexels.com/Ravindra rawat)

Tidak perlu langsung ganti semua perlengkapan ke versi ultralight yang mahal. Mulailah dari gear dengan bobot paling berat, seperti carrier, shelter, atau sleeping system. Mengganti satu item berat saja sudah terasa dampaknya di jalur.

Upgrade bertahap memberi waktu bagi tubuh untuk beradaptasi. Kamu juga bisa menyesuaikan budget tanpa tekanan. Pendekatan ini membuat transisi ke ultralight hiking terasa lebih realistis.

4. Latih skill, bukan hanya ringankan beban

ilustrasi orang mendaki gunung (pexels.com/Guduru Ajay bhargav)

Ultralight menuntut skill yang lebih matang dibanding hiking biasa. Kamu perlu memahami manajemen cuaca, pemilihan jalur, dan pengaturan logistik yang lebih presisi. Tanpa skill yang cukup, bawaan ringan justru bisa jadi bumerang.

Mulailah dengan meningkatkan pengetahuan dan latihan dasar di gunung yang familiar. Skill yang baik membuat kamu lebih percaya diri meski membawa perlengkapan minimal. Di sinilah esensi ultralight benar-benar terasa.

5. Uji coba di jalur pendek dan aman

ilustrasi mendaki gunung (pexels.com/Ali Kazal)

Jangan langsung menerapkan konsep ultralight di jalur panjang atau ekstrem. Uji terlebih dahulu di jalur pendek dengan risiko rendah agar kamu bisa mengevaluasi sistem barang bawaanmu. Dari sini, kamu bisa tahu apa yang kurang dan apa yang justru berlebihan.

Uji coba ini membantu membangun kepercayaan diri secara bertahap. Kamu juga bisa memperbaiki kesalahan tanpa konsekuensi besar. Transisi hiking ke ultralight pun jadi lebih menyenangkan.

Berubah ke gaya ultralight itu seperti belajar bahasa baru di dunia pendakian. Semakin sering dipraktikkan, semakin terasa ringan bukan cuma di punggung, tapi juga di pikiran. Siapa tahu, sekali coba kamu justru ketagihan dengan sensasi bebasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAgsa Tian