Belanja Pemerintah Diharapkan Dongrak Kinerja Ekonomi Semester II

- Belanja pemerintah diharapkan dongkrak ekonomi semester II
- Perry Warjiyo memperkuat sinergi dan koordinasi kebijakan antarpemerintah untuk dorong pertumbuhan ekonomi.
- Belanja pemerintah diharapkan memberikan dukungan terhadap peningkatan kegiatan ekonomi domestik.
- Tarif resiprokal memperparah pelemahan ekonomi global
- Tarif resiprokal AS meluas dari 44 negara menjadi 70 negara, menimbulkan risiko semakin melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia.
- Pertumbuhan ekonomi dunia pada 2025 berpotensi lebih rendah dari prakiraan sebelumnya, yak
Jakarta, IDN Times – Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada semester II akan terus membaik, didukung kinerja ekspor yang tetap positif serta meningkatnya permintaan domestik seiring dengan ekspansi belanja pemerintah.
“Dengan capaian pada kuartal II 2025 tersebut, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi tahun 2025 diperkirakan berada di atas titik tengah kisaran 4,6–5,4 persen,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG, Rabu (20/8/2025).
1. Belanja pemerintah diharapkan dongkrak ekonomi semester II

Untuk mencapai batas atas target tersebut, Perry menegaskan komitmennya memperkuat sinergi dan koordinasi kebijakan antarpemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, sesuai dengan kapasitas perekonomian nasional.
“Dalam hal ini, belanja pemerintah, termasuk melalui implementasi program-program prioritas, diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap peningkatan kegiatan ekonomi domestik,” ujar Perry.
2. Tarif resiprokal memperparah pelemahan ekonomi global

Di sisi lain, perekonomian dunia diproyeksi melemah sejalan dengan meluasnya implementasi tarif resiprokal Amerika Serikat (AS). Sejak 7 Agustus 2025, tarif resiprokal AS meluas dari 44 negara menjadi 70 negara, dengan tarif kepada sebagian negara seperti India dan Swiss lebih tinggi dari pengumuman semula.
“Implementasi tarif resiprokal menimbulkan risiko semakin melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia,” ujarnya.
Dengan berbagai tantangan global, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2025 berpotensi lebih rendah dari prakiraan sebelumnya, yakni sekitar 3,0 persen.
3. Ekonomi AS, China, Jepang diproyeksi merosot

Di AS, prospek pertumbuhan ekonomi diperkirakan lebih rendah sejalan dengan melemahnya permintaan domestik. Ekonomi India juga melemah akibat dampak tarif AS yang lebih tinggi sehingga menekan kinerja ekspor dan sektor manufaktur.
Sementara itu, ekonomi Eropa, Jepang, dan China diperkirakan membaik seiring dengan kesepakatan tarif yang lebih rendah serta dukungan belanja fiskal.
“Kecenderungan pertumbuhan yang lebih rendah dan menurunnya inflasi mendorong sebagian besar bank sentral menempuh kebijakan moneter yang akomodatif, kecuali Jepang,” beber Perry.
Meski demikian, Di AS, tekanan inflasi yang cenderung menurun meningkatkan ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) ke depan. Namun dalam jangka pendek ketidakpastian pasar keuangan global masih berlanjut dan perlu diwaspadai guna menjaga ketahanan ekonomi domestik dari dampak rambatan global.