Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengapa Nilai Uang Berubah dari Masa ke Masa?

ilustrasi uang (vecteezy.com/Suriyawut Suriya)
Intinya sih...
  • Pemerintah mengendalikan peredaran uang
  • Harga barang dan jasa terus mengalami perubahan
  • Teknologi mengubah cara kita menilai uang

Nilai uang bukan sekadar angka yang tertulis di lembaran kertas atau tampilan digital di layar ponsel. Nilai itu merepresentasikan seberapa besar daya tukar, kepercayaan publik, dan stabilitas ekonomi yang menyertainya. Ketika harga-harga barang naik atau gaji terasa tidak cukup meskipun nominalnya besar, itu pertanda bahwa nilai uang tidak lagi sama seperti dulu.

Perubahan ini bisa terasa lambat atau tiba-tiba, tapi dampaknya menyentuh setiap aspek kehidupan sehari-hari. Dari kebutuhan pokok sampai tabungan masa depan, semuanya dipengaruhi oleh bagaimana uang dihargai dari waktu ke waktu. Maka wajar kalau banyak yang bertanya, kenapa uang zaman sekarang terasa “lebih kecil” nilainya dibandingkan dulu? Berikut penjelasan dari berbagai sudut yang membantu memahami mengapa nilai uang terus berubah dari masa ke masa.

1. Pemerintah mengendalikan peredaran uang

ilustrasi uang (vecteezy.com/ Karin chantanaprayura)

Setiap negara memiliki lembaga yang mengatur berapa banyak uang yang beredar di masyarakat. Di Indonesia, misalnya, Bank Indonesia memegang kendali atas pencetakan dan distribusi uang rupiah. Ketika uang dicetak terlalu banyak tanpa dibarengi pertumbuhan ekonomi yang sepadan, nilai uang akan melemah dikarenakan daya beli masyarakat menurun. Ini yang dikenal dengan istilah inflasi, kondisi ketika harga barang naik, sementara uang di tangan tidak bertambah nilainya.

Di sisi lain, jika jumlah uang yang beredar terlalu sedikit, masyarakat bisa kesulitan bertransaksi dan aktivitas ekonomi melambat. Oleh karena itu, pengendalian jumlah uang yang beredar di pasaran menjadi tanggung jawab penting bagi pemerintah. Keputusan-keputusan seperti menaikkan suku bunga, mengatur kredit, hingga menarik uang lama dari peredaran adalah cara untuk menjaga agar nilai uang tetap stabil dan tidak merugikan masyarakat secara umum.

2. Harga barang dan jasa terus mengalami perubahan

ilustrasi harga barang (pexels.com/Wendy Wei)

Setiap tahun, harga barang kebutuhan pokok, jasa, dan fasilitas umum cenderung mengalami kenaikan. Perubahan harga ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari biaya produksi, upah tenaga kerja, ketersediaan bahan baku, sampai kondisi politik dan iklim. Ketika harga-harga naik tapi pendapatan tetap, nilai uang akan terasa mengecil karena barang yang bisa dibeli menjadi lebih sedikit.

Efek domino dari naiknya harga satu barang, bisa memicu kenaikan harga barang lainnya. Misalnya, saat harga bahan bakar naik, ongkos transportasi meningkat dan berdampak pada harga distribusi barang secara keseluruhan. Dalam situasi seperti ini, masyarakat akan merasakan bahwa uang yang dimiliki tidak cukup untuk membeli kebutuhan seperti sebelumnya. Perubahan ini membuat nilai uang menjadi relatif terhadap waktu dan kondisi pasar.

3. Teknologi mengubah cara kita menilai uang

ilustrasi e-wallet (pexels.com/Julio Lopez)

Perkembangan teknologi finansial secara tidak langsung mengubah cara pandang masyarakat terhadap nilai uang. Dengan hadirnya e-wallet, transfer instan, dan sistem digital lainnya, uang menjadi semakin mudah diakses dan dibelanjakan. Namun, kemudahan ini sering kali menurunkan kesadaran akan nilai sebenarnya dari uang yang dikeluarkan.

Transaksi non-tunai membuat uang terasa seperti angka belaka. Ketika tidak melihat uang secara fisik, seseorang cenderung tidak merasa kehilangan saat membayar. Efek psikologis ini bisa memicu konsumsi berlebihan dan ilusi bahwa uang tetap cukup padahal telah banyak berkurang. Di sinilah perubahan nilai uang tidak hanya dilihat dari sisi ekonomi, tapi juga dari cara teknologi membentuk perilaku dan kebiasaan keuangan manusia.

4. Gaya hidup mendorong perubahan nilai uang

ilustrasi televisi tabung (pexels.com/ Huỳnh Đạt)

Nilai uang tidak hanya ditentukan oleh pasar atau pemerintah, tapi juga dipengaruhi oleh gaya hidup yang sedang berkembang di masyarakat. Ketika standar hidup meningkat dan ekspektasi sosial berubah, kebutuhan pun ikut naik. Dulu, memiliki televisi tabung sudah dianggap mewah, sekarang tidak sedikit orang merasa perlu mengganti gadget setiap tahun agar tetap “relevan”.

Kebutuhan yang terus bertambah ini membuat pengeluaran naik dan uang terasa tidak pernah cukup. Nilai uang menurun karena tuntutan konsumsi masyarakat semakin tinggi. Meski pendapatan naik, sering kali pengeluaran naik lebih cepat. Dalam konteks ini, perubahan nilai uang bukan karena uangnya berubah, tapi karena tolok ukur kebutuhannya terus bergeser. Masyarakat pun perlu lebih bijak membedakan antara kebutuhan dan keinginan agar tidak terjebak dalam ilusi kekurangan yang diciptakan oleh gaya hidup.

5. Ketidakpastian global mempengaruhi nilai uang lokal

ilustrasi perang (pexels.com/Pixabay)

Kondisi global seperti perang, krisis energi, pandemi, atau fluktuasi pasar internasional sangat memengaruhi nilai mata uang suatu negara. Ketika situasi global tidak stabil, investor juga akan cenderung menarik uang mereka dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing jadi melemah kemudian memicu naiknya harga barang impor.

Ketika barang-barang impor menjadi lebih mahal, dampaknya akan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat karena banyak produk lokal yang tergantung pada bahan impor. Akibatnya, biaya produksi dalam segala bidang akan meningkat dan harga jual ikut naik, sehingga nilai uang dalam negeri menurun. Situasi ini mencerminkan bahwa nilai uang bukanlah entitas yang berdiri sendiri, melainkan sangat bergantung pada dinamika global yang tidak bisa diprediksi sepenuhnya.

Perubahan nilai mata uang dari masa ke masa adalah hasil dari banyak faktor yang saling berkaitan, mulai dari kebijakan pemerintah hingga situasi global. Tidak ada satu penyebab tunggal yang bisa dijadikan patokan kenapa nilai mata uang berubah dari masa ke masa. Oleh karenanya, pemahaman yang lebih luas dan menyeluruh tentang bagaimana uang bekerja bisa membantu kamu membuat keputusan keuangan yang lebih bijak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us