Saham Nvidia Tembus Rekor, Kapitalisasi Lampaui Microsoft

- Saham Nvidia melonjak lebih dari 4 persen pada Rabu (25/6/2025), dengan mencetak rekor penutupan tertinggi sejak Januari 2025, dengan ditutup pada level 154,31 dolar Amerika Serikat (AS)
- Nvidia kini resmi menjadi perusahaan terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar, yakni mencapai 3,77 triliun dolar AS. Angka ini sedikit di atas Microsoft.
Jakarta, IDN Times – Saham Nvidia melonjak lebih dari 4 persen pada Rabu (25/6/2025) waktu setempat, dan mencetak rekor penutupan tertinggi sejak Januari 2025. Harga saham ditutup pada level 154,31 dolar Amerika Serikat (AS), melewati rekor sebelumnya 149,43 dolar AS yang tercatat pada 6 Januari 2025.
Nvidia kini resmi menjadi perusahaan terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar, yakni mencapai 3,77 triliun dolar AS. Angka ini sedikit di atas Microsoft.
Meski menjadi pemimpin pasar chip grafis atau GPU yang vital untuk kecerdasan buatan (AI), kekuatan reli Nvidia tergolong mengejutkan. Hal ini karena perusahaan sempat mengaku kehilangan akses ke ekonomi terbesar kedua di dunia.
“Pasar Tiongkok senilai 50 miliar dolar AS secara efektif tertutup untuk industri AS,” kata CEO Nvidia Jensen Huang bulan lalu, dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (26/6).
1. Aturan ekspor AS tutup akses Nvidia ke China

Pada April 2025 lalu, pemerintahan Presiden AS Donald Trump memberlakukan aturan baru yang melarang penjualan prosesor AI H20 milik Nvidia ke China. Chip tersebut sebelumnya dikembangkan khusus untuk mematuhi pembatasan sebelumnya yang lebih longgar. Nvidia menyampaikan kebijakan baru ini diperkirakan memangkas penjualan mereka hingga 8 miliar dolar AS dan memaksa penghapusan inventaris senilai 4,5 miliar dolar AS.
Saat ini, Nvidia tidak lagi mengandalkan penjualan produk apa pun ke China, seiring pasar tersebut yang tertutup total bagi perusahaan teknologi AS. Meski begitu, larangan ekspor chip AI diperkirakan masih akan diperluas ke depannya. Pejabat pemerintahan Trump sebelumnya menyebut ada serangkaian aturan baru yang sedang disiapkan terkait pembatasan ekspor chip.
2. Pendapatan Nvidia melonjak di tengah valuasi realistis

Dalam laporan keuangan Mei lalu, Nvidia membukukan kenaikan pendapatan tahunan sebesar 69 persen. Lonjakan signifikan itu ditopang oleh pertumbuhan 73 persen di bisnis pusat data mereka yang terkait layanan AI. Menurut data LSEG, total pendapatan Nvidia tahun fiskal ini diprediksi meningkat 53 persen menjadi mendekati 200 miliar dolar AS.
Saat ini, valuasi saham Nvidia diperdagangkan sekitar 30 kali proyeksi pendapatan analis untuk 12 bulan ke depan. Angka ini jauh di bawah rata-rata lima tahun terakhir sekitar 40 kali pendapatan, menurut LSEG. Valuasi yang terbilang rendah ini menunjukkan bahwa kenaikan pendapatan Nvidia terus melampaui reli harga sahamnya yang agresif.
3. Optimisme investor didukung lonjakan AI dan robotika

Dalam rapat pemegang saham tahunan Rabu kemarin, Huang menyebut robotika sebagai area pertumbuhan besar berikutnya setelah AI. Sentimen pasar semakin positif setelah Loop Capital menaikkan target harga Nvidia menjadi 250 dolar AS dari sebelumnya 175 dolar AS, dengan tetap memberi peringkat “beli”.
Analis Loop Capital, Ananda Baruah, mengatakan dalam catatannya bahwa Nvidia berada di garis terdepan lonjakan permintaan AI Generatif.
“Pekerjaan kami menunjukkan bahwa kami sedang memasuki Gelombang Emas berikutnya dari adopsi AI Generatif dan NVDA berada di ujung depan dari lonjakan permintaan yang lebih kuat dari yang diantisipasi,” tulis Baruah, dikutip dari The Economic Times, Kamis (26/6).
Saham Nvidia kini telah rebound lebih dari 60 persen sejak penurunan pada 4 April lalu akibat pengumuman tarif global Presiden Trump. Saham-saham AS, termasuk Nvidia, mulai pulih seiring ekspektasi adanya kesepakatan perdagangan yang bisa melunakkan dampak tarif tersebut.
Indeks teknologi S&P 500 terakhir tercatat naik 0,9 persen ke rekor tertinggi dan sudah naik hampir 6 persen sepanjang 2025. Menurut laporan Live Mint, saham Nvidia sendiri naik 17 persen sejak awal tahun, melanjutkan reli 170 persen pada 2024 dan lonjakan hampir 240 persen pada 2023.