Nvidia Sebut Larangan Ekspor AS ke China Gagal Total

- Larangan AS terhadap ekspor chip kecerdasan buatan (AI) memperkuat ekosistem teknologi China
- Perusahaan lokal China semakin mandiri dan agresif dalam pengembangan teknologi AI
Jakarta, IDN Times – CEO Nvidia, Jensen Huang menyebut larangan ekspor chip kecerdasan buatan (AI) oleh AS justru memperkuat China. Berbicara di forum teknologi Computex di Taipei, Huang menyatakan, pembatasan ekspor chip kecerdasan buatan dari AS ke China adalah kegagalan.
Menurutnya, kebijakan itu malah memicu kebangkitan teknologi dalam negeri China yang makin pesat.
“Perusahaan lokal sangat berbakat dan sangat gigih, dan kontrol ekspor memberi mereka semangat, energi, serta dukungan pemerintah untuk mempercepat pengembangan,” kata Huang, dikutip dari The Guardian, Rabu (21/5/2025).
Ia menambahkan, tujuan awal AS untuk menahan kemajuan militer China justru berbalik arah karena perusahaan China makin mandiri dan agresif dalam pengembangan teknologi AI.
1. China kian mandiri lewat chip dan software buatan sendiri

Huang menyebut, ekosistem teknologi China sangat kuat dan produktif. Saat ini, setengah dari peneliti AI di dunia berasal dari negara tersebut, yang juga unggul dalam pengembangan perangkat lunak.
Karena larangan AS, perusahaan China mulai bergantung pada teknologi lokal. Mereka kini banyak menggunakan semikonduktor buatan sendiri, seperti yang diproduksi oleh Huawei.
Kondisi ini mendorong terbentuknya rantai pasok baru yang tidak terlalu bergantung pada produsen asing. Hal itu dianggap sebagai dampak tak langsung dari kontrol ekspor yang semula ditujukan untuk membatasi perkembangan China.
2. Pangsa pasar Nvidia di China anjlok akibat larangan AS

Huang mengungkapkan, Nvidia kehilangan miliaran dolar AS akibat kebijakan pembatasan tersebut. Pangsa pasar chip AI mereka di China turun drastis dari hampir 95 persen di awal pemerintahan Biden menjadi hanya 50 persen.
Larangan terbaru dari AS terhadap GPU pusat data Nvidia seri H20 makin mempersempit ruang gerak mereka. Produk itu dirancang agar lolos dari batasan sebelumnya, namun tetap terkena blokir.
“Dengan larangan H20, para pesaing kami di China kini hampir sepenuhnya terlindung dari kompetisi AS dan bebas memanfaatkan pasar senilai 50 miliar dolar AS itu untuk membangun ekosistem AI yang kuat,” kata seorang juru bicara Nvidia, dikutip dari Global Times.
3. China balas kecam dan siapkan langkah hukum

Meski AS sempat melonggarkan sebagian aturan setelah protes dari negara lain, ketegangan tetap tinggi. Huang menyambut perubahan itu dan menilai Presiden AS Donald Trump sadar teknologi AI tidak hanya dimiliki oleh perusahaan Amerika.
Namun di saat bersamaan, AS mengeluarkan pedoman baru yang memperingatkan agar perusahaan tidak menggunakan chip AI buatan China, terutama Ascend milik Huawei. AS menganggap hal itu bisa melanggar batasan ekspor yang berlaku.
China langsung membalas dengan keras. Kementerian Perdagangan menyebut peringatan itu sebagai bullying sepihak dan proteksionisme, serta menuduh AS merusak stabilitas rantai pasok semikonduktor global.
Dikutip dari DW, kementerian juga memperingatkan perusahaan mana pun yang menegakkan kebijakan tersebut bisa dianggap melanggar hukum China. Mereka mengecam AS karena dianggap mengingkari kesepakatan dagang yang sebelumnya dicapai di Jenewa dan mengancam akan mengambil langkah tegas bila Washington terus merugikan kepentingan China.