Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Hasil Riset IFG: Kontribusi KUR ke Ekonomi Makro RI Masih Minim

Ilustrasi Kredit. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi Kredit. (IDN Times/Aditya Pratama)
Intinya sih...
  • IFG Progress menemukan peningkatan penyaluran KUR hanya berkorelasi dengan peningkatan kontribusi PDRB UMKM sebesar 0,2 persen. Dampaknya juga tidak signifikan di tingkat kabupaten.
  • Kredit komersial mengungguli KUR dalam memberikan pinjaman, terutama di tingkat rumah tangga dan desa. Peminjam KUR cenderung memiliki pengeluaran/pendapatan yang lebih rendah.

Jakarta, IDN Times - Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) masih terus dilanjutkan oleh pemerintah untuk mendongkrak kinerja usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Salah satu alasan pemberian KUR adalah besarnya kontribusi UMKM pada produk domestik bruto (PDB), yakni lebih dari 60 persen.

Kendati demikian, hasil riset lembaga think tank IFG, yakni IFG Progress menunjukkan dampak ekonomi program KUR terhadap ekonomi makro sangatlah minim.

1. Bantuan KUR hanya berdampak minim bagi PDRB

Ilustrasi Kredit. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi Kredit. (IDN Times/Aditya Pratama)

Dikutip dari laporan IFG Progress, Rabu (30/7/2025), meskipun UMKM berkontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dengan peningkatan kontribusi UMKM sebesar 1 persen menyebabkan peningkatan PDRB sebesar 1 persen, dampak KUR terhadap kontribusi itu relatif kecil. Peningkatan penyaluran KUR sebesar 1 persen hanya berkorelasi dengan peningkatan kontribusi PDRB UMKM sebesar 0,2 oersen.

Peningkatan penyaluran KUR sebesar Rp1 juta akan meningkatkan rata-rata pengeluaran bulanan rumah tangga pemilik usaha sebesar 0,3-1 persen, tetapi dampak itu akan berkurang dengan adanya kontrol tambahan dan dampak tetap secara tahunan.

Di tingkat kabupaten, dampak penyaluran KUR terhadap pengeluaran rumah tangga juga tidak signifikan, dengan kenaikan rata-rata pengeluaran per juta peningkatan penyaluran KUR kurang dari 0,01 persen.

2. KUR masih kalah dengan kredit komersial

Ilustrasi kredit (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi kredit (IDN Times/Arief Rahmat)

IFG Progress melihat kredit komersial mengungguli KUR dalam menyediakan pinjaman, baik di tingkat rumah tangga maupun desa. Peminjam KUR cenderung memiliki pengeluaran/pendapatan yang lebih rendah dibandingkan dengan peminjam kredit komersial.

Desa yang hanya memiliki fasilitas KUR, memiliki jumlah industri yang lebih rendah, sekitar 50 dibandingkan dengan desa yang memiliki fasilitas kredit komersial.

"Namun, hasilnya tidak signifikan secara statistik. Kami hanya dapat menyimpulkan ini sebagai hasil indikatif bahwa kredit komersial memang mengungguli KUR dalam memberikan akses pembiayaan," tulis IFG Progress.

3. Anak muda sulit ajukan KUR

ilustrasi kredit (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi kredit (IDN Times/Aditya Pratama)

Dengan menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dari 2014 dan 2023, analisis menunjukkan tingkat keberhasilan KUR mencapai puncaknya pada usia 40-49 tahun, dengan tingkat yang lebih rendah untuk penerima yang lebih muda (20-30 tahun).

Jenjang pendidikan tinggi meningkatkan keberhasilan secara signifikan, meskipun tingkat keberhasilan penerima KUR berpendidikan tinggi turun lebih dari 50 persen pada generasi pertama, menjadi sekitar 40 persen pada generasi kedua.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us