[PUISI] Negeri Seribu Akal

Katanya rakyat perlu sabar, karena pembangunan sedang berjalan
Tapi mengapa jalan ke istana lebih dulu diperhalus dan dirapikan
Sementara anak kami melangkah di lantai sekolah yang retak dan berantakan
Mereka bilang ini proses, meski luka rakyat tak kunjung disembuhkan
Pajak dinaikkan perlahan, dari belanja hingga mimpi pun kena beban
Katanya demi negara yang kuat dan mandiri di masa depan
Namun yang cepat bertambah hanya tunjangan dan dana perjalanan
Rakyat cukup diberi janji dan siaran pers yang rapi tertuliskan
Hukum katanya adil, tajam ke atas dan ke bawah sama rata
Tapi yang kecil tersandung remah langsung diminta menyerah
Yang besar bisa berunding di ruang yang tak kasat mata
Keputusan pun berubah secepat arah angin berganti arah
Data ditata, grafik ditinggikan demi klaim kemajuan
Padahal dapur masih berasap karena utang dan cicilan
Anak-anak kenyang makan siang dari anggaran bantuan
Namun ilmu dan ruang belajar mereka masih penuh tantangan
Lulusan muda menunggu giliran dengan kepala penuh harapan
Namun kursi sudah dipesan oleh mereka yang datang lewat jalur kenalan
Kami disuruh bersaing tapi pintu masuknya penuh tanda tanya
Tak apa, mungkin memang belum rezeki atau belum ada yang kenal siapa
Namun kami tetap percaya negeri ini bisa lebih bijaksana
Dengan pemimpin yang mendengar bukan hanya berbicara
Dengan kekayaan yang tak habis hanya untuk segelintir saja
Dan harapan yang tumbuh tak lagi sekadar kata-kata