Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Negeri Seribu Akal

ilustrasi pedagang duduk di pinggir jalan
ilustrasi pedagang duduk di pinggir jalan (pexels.com/Baarast Project)

Katanya rakyat perlu sabar, karena pembangunan sedang berjalan
Tapi mengapa jalan ke istana lebih dulu diperhalus dan dirapikan
Sementara anak kami melangkah di lantai sekolah yang retak dan berantakan
Mereka bilang ini proses, meski luka rakyat tak kunjung disembuhkan

Pajak dinaikkan perlahan, dari belanja hingga mimpi pun kena beban
Katanya demi negara yang kuat dan mandiri di masa depan
Namun yang cepat bertambah hanya tunjangan dan dana perjalanan
Rakyat cukup diberi janji dan siaran pers yang rapi tertuliskan

Hukum katanya adil, tajam ke atas dan ke bawah sama rata
Tapi yang kecil tersandung remah langsung diminta menyerah
Yang besar bisa berunding di ruang yang tak kasat mata
Keputusan pun berubah secepat arah angin berganti arah

Data ditata, grafik ditinggikan demi klaim kemajuan
Padahal dapur masih berasap karena utang dan cicilan
Anak-anak kenyang makan siang dari anggaran bantuan
Namun ilmu dan ruang belajar mereka masih penuh tantangan

Lulusan muda menunggu giliran dengan kepala penuh harapan
Namun kursi sudah dipesan oleh mereka yang datang lewat jalur kenalan
Kami disuruh bersaing tapi pintu masuknya penuh tanda tanya
Tak apa, mungkin memang belum rezeki atau belum ada yang kenal siapa

Namun kami tetap percaya negeri ini bisa lebih bijaksana
Dengan pemimpin yang mendengar bukan hanya berbicara
Dengan kekayaan yang tak habis hanya untuk segelintir saja
Dan harapan yang tumbuh tak lagi sekadar kata-kata

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Atqo Sy
EditorAtqo Sy
Follow Us