Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Makanan di Pesawat Rasanya Aneh? Ini Alasannya!

ilustrasi makanan di pesawat (vecteezy.com/Cindhy Ade)
Intinya sih...
  • Suasana pesawat mempengaruhi cara menikmati makanan
  • Waktu penyajian tidak selalu pas dengan jam lapar
  • Ekspektasi tinggi sering tidak sejalan dengan realita

Saat melakukan perjalanan udara, satu hal yang sering mencuri perhatian adalah makanan di pesawat. Baik dalam penerbangan jarak jauh maupun pendek, rasa makanan yang disajikan kerap kali terasa berbeda dibandingkan jika disantap di darat. Padahal, jenis makanan yang disediakan tidak jauh berbeda dengan menu sehari-hari. Namun, begitu masuk ke mulut, rasanya bisa terasa lebih hambar, terlalu asin, atau malah tidak menggugah selera sama sekali.

Fenomena ini bukan sekadar perasaan. Ada berbagai faktor yang memengaruhi cara lidah bekerja di ketinggian, mulai dari kondisi kabin hingga teknis penyimpanan makanan sebelum disajikan. Bukan berarti makanannya buruk atau tidak lezat, tapi memang ada penjelasan ilmiah di balik perbedaan rasanya. Berikut lima alasan kenapa makanan di pesawat rasanya aneh.

1. Suasana pesawat mempengaruhi bagaimana cara kita menikmati makanan

ilustrasi suasana di dalam pesawat (pexels.com/Pew Nguyen)

Begitu kamu duduk di kursi dan pesawat mulai mengudara, suasana langsung berubah total. Suara mesin, kabin yang agak sempit, orang-orang yang lalu lalang, dan posisi makan yang terbatas bikin pengalaman makan jadi gak maksimal. Hal-hal kecil ini ternyata berpengaruh ke cara kamu menikmati makanan.

Makanan enak sebenarnya bukan cuma soal rasa, tapi juga soal momen dan kenyamanan ketika kita menyantapnya. Saat semua hal terasa terburu-buru dan penuh distraksi, makanan seenak apa pun pasti bisa terasa hambar. Itu sebabnya, banyak orang bilang makanan di pesawat itu kurang nikmat, padahal bahan dan resepnya sebenarnya mirip seperti makanan di restoran.

2. Waktu penyajian kadang tidak pas dengan jam lapar

ilustrasi makanan di pesawat (vecteezy.com/Cindhy Ade)

Pernah gak, sih, kamu baru selesai makan di bandara, tapi beberapa menit setelah lepas landas pramugari langsung membagikan makanan? Atau sebaliknya, kamu sudah kelaparan, tapi makanan baru keluar setelah 1 jam terbang. Jadwal makan di pesawat memang gak selalu cocok dengan jam lapar tubuh kita.

Karena gak sesuai waktu, perut belum siap atau justru sudah terlalu kosong. Akibatnya, makanan jadi kurang dinikmati atau malah terasa berat di perut. Rasa enak pun ikut tertutupi karena kondisi tubuh sedang tidak nyaman. Hal sepele seperti ini ternyata cukup berpengaruh terhadap cara lidah menangkap rasa.

3. Ekspektasi tinggi sering tidak sejalan dengan realita

ilustrasi makanan di pesawat (vecteezy.com/Cindhy Ade)

Kadang brosur maskapai atau video promosi menampilkan makanan pesawat, seperti sajian fine dining nasi hangat, ayam lembut, roti empuk, dan dessert cantik. Namun kenyataannya, begitu kotak makan dibuka, tampilannya jauh dari ekspektasi. Hal ini bikin kamu langsung merasa kecewa, sebelum sempat mencicipi rasanya.

Ekspektasi yang terlalu tinggi bikin penilaian terhadap rasa makanan jadi kurang objektif. Meskipun sebenarnya makanannya lumayan, rasa kecewa karena tampilan dan harapan yang tidak sesuai bisa membuat semuanya terasa lebih buruk. Jadi, bukan sepenuhnya soal rasa, tapi soal harapan yang tak terpenuhi.

4. Selera lidah berbeda saat traveling

ilustrasi makanan di pesawat (vecteezy.com/Lucy Liestiyo)

Naik pesawat, apalagi penerbangan jauh, sering bikin tubuh merasa aneh. Kadang pusing, kadang mengantuk, kadang malah gak selera makan sama sekali. Perubahan zona waktu, kondisi tubuh yang kelelahan, dan rutinitas makan yang berubah membuat lidah juga ikut berubah seleranya.

Makanan yang biasanya kamu suka bisa terasa aneh saat makan di tengah perjalanan. Lidah butuh waktu untuk menyesuaikan diri, apalagi kalau kamu baru saja dari bandara dan belum sempat istirahat. Nah, bisa jadi bukan makanannya yang berubah, tapi selera kamu yang lagi gak stabil karena sedang dalam mode “jalan-jalan.”

5. Maskapai menyesuaikan menu dengan selera kebanyakan orang

ilustrasi makanan di pesawat (vecteezy.com/Cindhy Ade)

Setiap maskapai harus menyajikan makanan untuk ratusan penumpang dengan latar belakang budaya dan selera yang berbeda-beda. Karena itu, pihak maskapai cenderung memilih menu yang aman dan netral. Rasanya tidak terlalu tajam, tidak terlalu pedas, dan bumbunya pun dibuat sewajarnya supaya bisa diterima semua lidah.

Sayangnya, pilihan aman ini kadang terasa terlalu biasa. Bagi kamu yang terbiasa makan makanan dengan bumbu kaya dan rasa yang berani, sajian netral terasa membosankan. Namun bagi maskapai, menjaga agar semua orang bisa makan dengan aman lebih penting daripada menyajikan rasa yang menonjol, tapi berisiko tidak disukai sebagian penumpang.

Makanan di pesawat terasa aneh bukan cuma karena masakannya kurang enak, tapi karena banyak faktor yang mempengaruhi suasana dan kondisi saat menyantapnya. Mulai dari tempat, waktu, hingga mood dan harapan yang kita bawa sendiri selama perjalanan. Bukan berarti makanan pesawat harus selalu buruk tapi mungkin, kita memang perlu sedikit menyesuaikan ekspektasi saat menikmati makanan di atas ketinggian.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us