Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa yang Dilakukan Organ Tubuh Manusia saat Sedang Tidur?

pria yang sedang tertidur lelap (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Tidur jadi salah satu bagian paling penting dalam kehidupan manusia. Saking pentingnya, sekitar 1/3 usia kita dihabiskan untuk tidur, dengan asumsi rata-rata waktu tidur selama 8 jam sehari. Sebab, proses alami ini memberi tubuh kita waktu yang cukup untuk memperbaiki sel, membersihkan sisa-sisa kotoran, sampai mengisi ulang energi setelah aktivitas padat seharian. Malahan, kalau sampai manusia kekurangan waktu tidur, berbagai fungsi organ tubuh akan terganggu sampai tidak berfungsi secara optimal.

Berbicara soal organ tubuh saat tidur, sebenarnya seluruh bagian tersebut tidak berhenti berfungsi sama sekali, terutama organ yang vital. Pasalnya, organ tubuh tetap harus dalam mode “siaga” supaya dapat berfungsi dengan cepat ketika kita bangun nantinya. Kalau begitu, apa yang dilakukan organ-organ vital di tubuh kita ketika sedang tidur? Yuk, cari tahu jawabannya sama-sama!

1. Otak masih bekerja, terutama untuk mengirimkan sinyal kepada organ tubuh lainnya

ilustrasi otak manusia (pexels.com/meo)

Sebagai “kapten” dari seluruh organ tubuh kita, otak memainkan peranan sangat penting bagi kehidupan sehari-hari, termasuk saat tidur. Organ yang satu ini berperan untuk mengoordinasikan berbagai fungsi tubuh, rangsangan yang diterima dari luar, melakukan penalaran atau berpikir, sampai memunculkan emosi tertentu bagi manusia. Nah, dari segudang fungsi pentingnya, otak tetap akan sedikit mengurangi aktivitasnya ketika kita tertidur. Menariknya, kinerja otak kita itu akan berbeda-beda, tergantung fase tidur yang sedang dijalani.

Jadi, selama kita tidur, ada 4 tahap yang akan dilalui. Dilansir Sleep Foundation, tidur tahap 1—3 itu masuk dalam fase non-rapid eye movement sleep (NREM), sementara tahap 4 tergolong fase rapid eye movement sleep (REM). Fase NREM sendiri punya karakteristik gelombang otak yang melamban serta penurunan fungsi tubuh lain. Sementara itu, fase REM lebih condong pada peningkatan aktivitas otak, dimana pada fase tidur ini kita dapat merasakan mimpi, memproses emosi, dan menyimpan memori.

Tidur tahap 1—2 yang masih dalam fase NREM jadi tahap transisi dari masa sadar menuju terlelap. Di sini, otak kita masih cukup aktif sampai mudah sekali dibangunkan kalau ada rangsangan tertentu. Setelah itu, tahap 3 atau deep sleep yang juga masih dalam fase NREM, kita mulai mengistirahatkan banyak fungsi tubuh, termasuk otak. Sementara itu, tahap 4 yang sudah masuk dalam fase REM, aktivitas otak mulai meningkat seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Hanya saja, otot di tubuh kita masih beristirahat yang membuat aktivitas mimpi jadi tidak berbahaya.

Oleh karena itu, selama tidur, otak kita bisa dibilang masih cukup sibuk. Pada tahap awal, otak masih mengirimkan sinyal ke berbagai organ tubuh supaya segera mengurangi intensitas aktivitas. Setelah masuk pada deep sleep, kinerja otak memang akan melamban, tetapi itu pun ada proses penyimpanan memori, mengatur emosi, sampai memberikan kita mimpi menjelang fase REM. Malahan, saat masuk fase REM, gelombang otak kita sudah hampir sama persis seperti saat sedang terbangun.

2. Jantung tidak pernah berhenti bekerja, bahkan saat kita terlelap

ilustrasi jantung di dada kiri (pexels.com/Kaboompics)

Tentunya, jantung tak akan berhenti bekerja saat kita tertidur. Hanya saja, fungsi memompa aliran darah akan jadi sedikit berkurang. Dalam penjelasan soal tahapan tidur sebelumnya, terlihat jelas kalau pengurangan aktivitas jantung ini terjadi saat kita tidur dalam fase NREM.

National Hearth, Lung, and Blood Institute melaporkan, detak jantung sekaligus tekanan darah akan menurun dalam fase NREM. Selama waktu itu, ada sistem bernama parasimpatis, yakni sistem saraf otonom yang mengendalikan fungsi tubuh ketika kita tidur. Namun, ketika sudah masuk fase REM, kinerja jantung dan tekanan darah akan meningkat secara bertahap. Pada beberapa orang, peningkatan aktivitas jantung secara tajam justru dapat menyebabkan angina atau nyeri dada dan serangan jantung.

3. Paru-paru akan melamban tergantung pada fase tidur yang kita jalani

dokter memeriksa paru-paru pasien (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Sistem pernafasan kita pun pasti masih berfungsi saat sedang tertidur. Sama seperti jantung, fungsinya jadi melamban, tergantung tahap dan fase tidur yang sedang kita alami. Selama fase NREM, tepatnya saat deep sleep, pernafasan kita jadi lebih lamban dan pola tarikan nafasnya jadi lebih teratur, dilansir WebMD.

Akan tetapi, menjelang dan saat memasuki fase REM, kinerja sistem pernafasan kembali menuju tahapan normal. Malahan, bisa saja tiap tarikan nafas kita jadi lebih cepat dengan pola yang lebih bervariasi selama fase REM ini. Bagi orang-orang dengan riwayat penyakit pernafasan, perubahan pola nafas ini dapat menjadi masalah karena dapat mengganggu kualitas tidur. Oleh sebab itu, orang dengan penyakit asma atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD) kadang merasakan gejala sakit sesaat setelah bangun tidur.

4. Saluran pencernaan turut melamban, tapi ada beberapa tugas yang masih mereka kerjakan

ilustrasi saluran pencernaan manusia (pexels.com/MART PRODUCTION)

Saluran pencernaan atau tepatnya metabolisme tubuh turut melamban sejenak ketika kita tidur. Kalau masih ada sisa makanan yang belum dicerna, perut kita memang masih akan aktif untuk melakukan proses pencernaan. Bahkan, hati masih bertugas untuk memproses lemak yang diperoleh dari saluran pencernaan. Namun, seluruh kinerja organ pencernaan itu jadi lebih lamban, termasuk soal penyerapan nutrisi pada makanan.

Dilansir Heart Foundation, ada dua hormon di saluran pencernaan kita yang dapat terpengaruh kalau kualitas tidur tidak terjaga, yakni ghrelin dan leptin. Dua hormon ini berfungsi untuk mengontrol rasa lapar dan kenyang yang dirasakan perut, baik saat tidur ataupun terjaga. Dengan tidur yang tidak teratur, dua hormon ini akan meningkat drastis sampai-sampai terus membuat kita lapar saat bangun tidur. Kalau terus dibiarkan, peningkatan rasa lapar dan konsumsi makanan (terutama pada makanan tak sehat) berujung pada, obesitas, resistansi insulin, sampai kelelahan berlebih, dilansir Centers for Disease Control and Prevention.

Tidur memang sudah jadi bagian dari kehidupan manusia. Malahan, ada anjuran durasi tidur harian yang diperuntukkan bagi golongan usia tertentu, mulai dari bayi yang baru lahir sampai lansia di atas 65 tahun yang menandakan pentingnya waktu tidur bagi manusia. Dilansir Healthline, kekurangan tidur justru dapat membuat kita merasa cemas, perasaan tak karuan, depresi, susah fokus dan menyimpan memori, lelah, sistem imun melemah, tekanan darah tinggi, masalah pencernaan, sampai penyakit kronis seperti diabetes ataupun penyakit jantung. Jadi, jangan sampai kekurangan atau berlebihan ketika tidur nanti malam, ya!

Referensi

"What Happens When You Sleep?". Sleep Foundation. Diakses Juni 2025.
"Why Is Sleep Important?". National Heart, Lung, and Blood Institute. Diakses Juni 2025.
"What Happens When You Sleep?". WebMD. Diakses Juni 2025.
"4 Essential Jobs Your Body Does While You Sleep". Heart Foundation. Diakses Juni 2025.
"Vital Body Processes Occur During Sleep". Centers for Disease Control and Prevention. Diakses Juni 2025.
"What Is the Purpose of Sleep?". Healthline. Diakses Juni 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us