Indra Bekti Didiagnosis Fatty Liver, Penyakit Apa Ini?

- Fatty liver adalah kondisi penumpukan lemak berlebih di dalam sel-sel hati, yang bisa berkembang menjadi peradangan dan merusak hati jika tidak segera ditangani.
- Penyebab fatty liver bisa berasal dari konsumsi alkohol berlebih, obesitas, diabetes tipe 2, resistansi insulin, kadar lemak darah tinggi, serta faktor genetik atau riwayat keluarga.
- Gejala penyakit fatty liver tidak selalu jelas, tetapi beberapa orang mungkin merasa lelah atau mengalami rasa tidak nyaman/nyeri di bagian kanan atas perut.
Indra Bekti didiagnosis mengalami fatty liver atau perlemakan hati/hati berlemak pada April lalu. Dalam sebuah wawancara kepada awak media, ia bahkan mengaku kondisinya ini sempat membuatnya harus bolah-balik ke unit gawat darurat (UGD) hingga harus dirawat inap.
Apa itu fatty liver, apa saja gejala dan penyebabnya, dan bagaimana pengobatannya? Yuk, simak agar kamu waspada!
Apa itu fatty liver dan penyebabnya
Hati atau liver terletak di bagian kanan atas perut dan merupakan organ dalam terbesar. Tugas utamanya adalah menyaring racun dari darah dan mengolah nutrisi dari makanan. Setelah makanan dicerna, darah dari sistem pencernaan akan melewati hati terlebih dahulu sebelum diedarkan ke seluruh tubuh.
Fatty liver, atau steatosis hati, terjadi ketika ada penumpukan lemak berlebih di dalam sel-sel hati. Kondisi ini cukup umum. Sebenarnya, wajar jika hati mengandung sedikit lemak. Namun, jika lemaknya lebih dari 10 persen dari total berat hati, itu artinya kamu mengalami fatty liver, dan kondisi ini bisa berkembang menjadi lebih serius.
Pada beberapa kasus, fatty liver tidak menyebabkan kerusakan. Namun, terkadang penumpukan lemak bisa memicu peradangan pada hati (steatohepatitis), dan ini bisa merusak hati. Jika peradangan ini disebabkan oleh konsumsi alkohol berlebih, namanya steatohepatitis alkoholik, tetapi jika tidak ada kaitan dengan alkohol, ini disebut steatohepatitis nonalkoholik.
Hati yang mengalami peradangan bisa mengeras dan membentuk jaringan parut seiring waktu. Kondisi ini disebut sirosis, dan ini cukup serius karena bisa menyebabkan gagal hati.
Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan penumpukan lemak pada fatty liver. Jika kamu sering mengonsumsi alkohol, ini bisa menyebabkan alcoholic fatty liver disease (AFLD). Beberapa hasil metabolisme ini bisa bercampur dengan asam lemak dan membentuk jenis lemak tertentu yang akhirnya menumpuk di hati. Sementara pada orang yang tidak minum alkohol atau cuma minum sedikit, penyebabnya fatty liver tidak selalu jelas. Bisa jadi tubuh mereka memproduksi terlalu banyak lemak, atau tidak mampu memproses lemak secara efisien.
Faktor-faktor yang bisa berperan pada orang yang tidak banyak minum alkohol namun mengalami fatty liver (dikenal sebagai non-alcoholic fatty liver disease/NAFLD) antara lain:
Obesitas.
Diabetes tipe 2.
Resistansi insulin.
Kadar lemak darah tinggi, terutama trigliserida.
Sindrom metabolik.
Penyebab lainnya bisa termasuk:
Kehamilan.
Efek samping obat-obatan tertentu.
Beberapa infeksi, seperti hepatitis C.
Kondisi genetik langka tertentu.
Faktor risiko utama untuk AFLD adalah konsumsi alkohol dalam jumlah besar. Definisi konsumsi alkohol berlebihan adalah 15 gelas atau lebih per minggu untuk laki-laki dan 8 gelas atau lebih per minggu untuk perempuan.
Penelitian juga menemukan bahwa laki-laki yang mengonsumsi 40–80 gram alkohol per hari dan perempuan yang mengonsumsi 20–40 gram per hari selama 10–12 tahun memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit hati serius akibat alkohol.
Sebagai perbandingan, 1 gelas alkohol standar mengandung sekitar 14 gram alkohol.
Faktor risiko tambahan untuk AFLD meliputi:
Usia yang lebih tua.
Faktor genetik atau riwayat keluarga.
Obesitas.
Merokok.
Riwayat infeksi seperti hepatitis C.
Faktor risiko utama untuk NAFLD antara lain:
Berat badan berlebih atau obesitas.
Resistansi insulin.
Diabetes tipe 2.
Kolesterol tinggi.
Trigliserida tinggi.
Sindrom metabolik.
Faktor risiko lainnya termasuk:
Usia yang lebih tua.
Riwayat keluarga dengan penyakit hati.
Penggunaan obat tertentu, seperti methotrexate, tamoxifen, dan amiodarone.
Kehamilan.
Riwayat infeksi tertentu, seperti hepatitis C.
PCOS (sindrom ovarium polikistik).
Sleep apnea (gangguan pernapasan saat tidur).
Paparan racun tertentu.
Penurunan berat badan yang terlalu cepat.
Kondisi genetik langka, seperti penyakit Wilson atau hipobetalipoproteinemia.
Memiliki satu atau beberapa faktor risiko tidak berarti kamu pasti akan mengalami penyakit fatty liver. Akan tetapi, risikonya memang lebih tinggi dibanding orang yang tidak memiliki faktor risiko tersebut. Kalau kamu merasa punya risiko, sebaiknya konsultasikan ke dokter untuk mengetahui cara mencegahnya sejak dini.
Gejala fatty liver yang perlu kamu waspadai
Penyakit fatty liver dapat berkembang melalui empat tahap, yaitu:
Fatty liver sederhana (simple fatty liver): Terjadi penumpukan lemak berlebih di hati. Kondisi ini umumnya tidak berbahaya jika tidak berkembang lebih lanjut.
Steatohepatitis: Selain penumpukan lemak, terjadi juga peradangan di hati.
Fibrosis: Peradangan yang berlangsung lama menyebabkan jaringan parut di hati. Meski demikian, hati masih bisa berfungsi secara normal.
Sirosis: Jaringan parut menyebar luas dan mengganggu fungsi hati. Ini adalah tahap paling parah dan bersifat permanen (tidak dapat disembuhkan).
Baik AFLD maupun NAFLD memiliki gejala yang mirip. Namun, dalam banyak kasus, penyakit fatty liver tidak menimbulkan gejala yang jelas. Beberapa orang mungkin merasa lelah atau mengalami rasa tidak nyaman/nyeri di bagian kanan atas perut.
Sebagian orang dengan penyakit fatty liver mengalami komplikasi, termasuk jaringan parut pada hati. Jaringan parut ini disebut fibrosis hati. Jika fibrosis menjadi parah, maka disebut sirosis, yaitu kondisi serius yang berpotensi mengancam nyawa dan dapat menyebabkan gagal hati.
Kerusakan hati akibat sirosis bersifat permanen. Karena itu, sangat penting untuk mencegah agar sirosis tidak berkembang.
Sirosis dapat menimbulkan gejala seperti:
Nyeri perut.
Hilang nafsu makan.
Penurunan berat badan.
Lemah atau mudah lelah.
Mual.
Kulit terasa gatal.
Kulit dan mata menguning.
Mudah memar atau berdarah.
Urine berwarna gelap.
Feses berwarna pucat.
Penumpukan cairan di perut (asites).
Pembengkakan pada kaki (edema).
Pembuluh darah berbentuk seperti jaring laba-laba di bawah kulit.
Pembesaran payudara pada laki-laki.
Kebingungan atau perubahan mental.
Untuk mencegah perkembangan penyakit fatty liver dan komplikasinya, sangat penting untuk mengikuti rencana pengobatan yang direkomendasikan oleh dokter.
Diagnosis dan pengobatan

Karena sering tidak menimbulkan gejala, penyakit fatty liver sulit dikenali. Dokter biasanya mulai curiga saat hasil tes hati kamu menunjukkan angka yang tidak normal, meskipun tes itu awalnya dilakukan untuk alasan lain.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan beberapa langkah:
Pemeriksaan awal
Riwayat kesehatan: Dokter akan bertanya tentang kebiasaan minum alkohol, karena ini membantu membedakan antara AFLD atau NAFLD.
Obat-obatan: Dokter juga akan menanyakan obat yang kamu konsumsi, karena beberapa jenis obat bisa memicu NAFLD.
Pemeriksaan fisik
Dokter akan memeriksa tubuh kamu, termasuk berat dan tinggi badan.
Mencari tanda-tanda penyakit fatty liver, seperti: pembesaran hati, kulit dan mata menguning (jaundice).
Tes tambahan
Tes darah: Untuk melihat fungsi hati dan jumlah sel darah.
Tes pencitraan: Untuk melihat apakah ada lemak di hati dan apakah hati terasa "kaku" (kekakuan bisa berarti ada jaringan parut atau fibrosis).
Biopsi hati (jika diperlukan): Dokter mengambil sampel kecil dari hati untuk diperiksa lebih lanjut. Tujuannya untuk memastikan diagnosis dan melihat seberapa parah kerusakannya.
Tidak ada obat khusus untuk penyakit fatty liver. Sebagai gantinya, dokter akan membantu kamu mengelola faktor risiko yang memperburuk kondisi ini, terutama lewat perubahan gaya hidup yang bisa meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Langkah-langkah yang mungkin disarankan dokter:
Hindari alkohol: Bahkan jika penyakit hati kamu bukan karena alkohol, tetap disarankan untuk tidak mengonsumsinya.
Turunkan berat badan: Ini bisa dilakukan dengan olahraga, mengubah pola makan dan minum dengan bimbingan ahli gizi, serta menggunakan obat penurun berat badan seperti GLP1RA. Dalam beberapa kasus, kamu mungkin memenuhi syarat untuk operasi bariatrik (operasi penurunan berat badan).
Minum obat untuk kondisi metabolik: Jika punya diabetes, kolesterol tinggi, atau trigliserida tinggi, dokter akan meresepkan obat untuk mengelolanya. Dalam kondisi tertentu, kamu juga mungkin perlu mengonsumsi vitamin E atau obat diabetes golongan thiazolidinedione.
Vaksinasi hepatitis A dan B: Infeksi hepatitis bisa berbahaya jika kamu sudah memiliki penyakit hati. Vaksinasi membantu melindungi hati dari kerusakan lebih lanjut.
Tinjau ulang obat yang dikonsumsi: Jika ada obat yang menyebabkan lemak menumpuk di hati, dokter mungkin akan menggantinya.
Untuk mencegah fatty liver dan komplikasinya, penting untuk menjalani gaya hidup sehat mulai hari ini. Tips pencegahan umum meliputi:
Tidak minum alkohol.
Mengelola berat badan dengan baik, turunkan berat badan jika kelebihan berat badan.
Konsumsi makanan bergizi seimbang. Pilih makanan yang rendah lemak jenuh, lemak trans, dan karbohidrat olahan.
Jaga kadar gula darah, trigliserida, dan kolesterol.
Ikuti pengobatan diabetes sesuai anjuran dokter, jika kamu hidup dengan diabetes.
Usahakan olahraga minimal 30 menit, hampir setiap hari.
Melakukan langkah-langkah di atas tidak hanya membantu mencegah penyakit fatty liver, tetapi juga meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Referensi
Osna NA, Donohue TM Jr, Kharbanda KK. "Alcoholic Liver Disease: Pathogenesis and Current Management." Alcohol Res. 2017;38(2):147-161. PMID: 28988570; PMCID: PMC5513682.
Antunes C, Azadfard M, Hoilat GJ, et al. Fatty Liver. [Updated 2023 Jan 1]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441992/.
"What Is A Standard Drink?" National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism. Diakses Agustus 2025.
"Everything to Know About Fatty Liver Disease." Healthline. Diakses Agustus 2025.
"Non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD)." NHS. Diakses Agustus 2025.
"Cirrhosis." National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Diakses Agustus 2025.
"Steatotic (Fatty) Liver Disease." Cleveland Clinic. Diakses Agustus 2025.
"Liver - fatty liver disease." Better Health Channel. Diakses Agustus 2025.
"Fatty Liver Disease." MedlinePlus. Diakses Agustus 2025.