Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Arti Apostolik dalam Gereja Katolik, Sebagai Warisan Iman

pexels-regan-dsouza-1315522347-32979177.jpg
Ilustrasi gereja Katolik (pexels.com/Photo by Regan Dsouza)

Dalam ajaran gereja Katolik, istilah apostolik memiliki makna yang mendalam dan penting. Kata ini berasal dari kata "apostolos" dalam bahasa Yunani yang berarti yang diutus. Gereja Katolik meyakini bahwa sifat apostolik menunjukkan bahwa gereja didirikan di atas dasar para rasul.

Sifat apostolik juga berarti bahwa ajaran dan misi Gereja diteruskan dari para rasul melalui suksesi apostolik, yaitu pewarisan jabatan para uskup secara berkesinambungan. Untuk lebih jelasnya, berikut arti apostolik dalam gereja Katolik.

1. Arti apostolik dalam gereja Katolik

ilustrasi gereja katolik di jogja dekat malioboro (unsplash.com/@steve228uk)
ilustrasi gereja katolik di jogja dekat malioboro (unsplash.com/@steve228uk)

Mengutip Iman Katolik, apostolik atau rasuli berarti bahwa gereja berasal dari para rasul dan tetap berpegang teguh pada kesaksian iman mereka. Gereja dibangun atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Yesus Kristus sebagai batu penjuru.

Sebagaimana juga yang dikutip dari Katolisitas, Katekismus Gereja Katolik (KGK) 857, menjelaskan bahwa gereja itu apostolik, karena didirikan atas para rasul dalam tiga macam arti, yaitu sebagai berikut:

Gereja “dibangun atas dasar para rasul dan para nabi” (Ef 2:20, Bdk. Why 21:14), atas saksi-saksi yang dipilih dan diutus oleh Kristus sendiri (Bdk. misalnya Mat 28:16-20; Kis 1:8, 1 Kor 9:1; 15:7-8; Gal 1:1);

Dengan bantuan roh yang tinggal di dalamnya, gereja menjaga ajaran-Nya (Bdk. Kis 2:42), warisan iman, serta pedoman-pedoman sehat para rasul dan meneruskannya (Bdk. 2 Tim 1:13-14).

Gereja diajarkan, dikuduskan, dan dibimbing oleh para rasul sampai pada saat kedatangan kembali Kristus, dan oleh mereka yang mengganti para rasul dalam tugasnya sebagai gembala, yakni dewan para uskup, “yang dibantu para imam, dalam kesatuan dengan pengganti Petrus, gembala tertinggi gereja” (AG 5).

Hubungan historis itu tidak boleh dilihat sebagai 'estafet', yang di dalamnya bagaikan sebuah tongkat dari rasul-rasul tertentu diteruskan sampai kepada para uskup sekarang. Tapi disebut apostolik bukanlah para uskup, melainkan gereja itu sendiri.

2. Memahami apa itu gereja Katolik

Ilustrasi Gereja (pexels.com/Marcelo Chagas)
Ilustrasi Gereja (pexels.com/Marcelo Chagas)

Dalam KGK 865, gereja adalah satu, kudus, Katolik, dan apostolik dalam identitasnya yang dalam dan terakhir, karena di dalamnya sudah ada kerajaan surga, Kerajaan Allah (Bdk. Why 19:6). Dalam KGK 869, gereja adalah apostolik, karena dibangun atas dasar kuat, kedua belas Rasul Anak Domba (Why 21:14).

Gereja tidak dapat dirobohkan (Bdk. Mat 16:18), gereja tidak dapat salah dalam menyampaikan kebenaran. Kristus membimbingnya melalui Petrus dan para rasul yang lain, yakni pengganti-penggantinya, seperti paus dan dewan para uskup.

3. Sifat apostolik dalam gereja Katolik

pexels-regan-dsouza-1315522347-32979177.jpg
Ilustrasi gereja Katolik (pexels.com/Photo by Regan Dsouza)

Sifat apostolik tidak berarti bahwa gereja hanya mengulangi apa yang sejak dulu sudah diajarkan dan dilakukan di dalam gereja. Tetapi, keapostolikan berarti bahwa dalam perkembangan hidup, tergerak roh kudus, gereja senantiasa berpegang pada gereja para rasul sebagai norma imannya.

Bukan mengulangi, tetapi merumuskan dan mengungkapkan kembali apa yang menjadi inti hidup iman. Lantaran seluruh gereja bersifat apostolik, maka seluruh gereja dan setiap anggotanya, perlu mengetahui apa yang menjadi dasar hidupnya.

Sifat apostolik (yang betul-betul dihayati secara nyata) harus mencegah gereja dari segala rutinisme yang bersifat ‘ikut-ikutan’. Keapostolikan berarti bahwa seluruh gereja dan setiap anggotanya tidak hanya bertanggungjawab atas ajaran gereja, tetapi juga pelayanannya.

Sifat keapostolikan gereja tidak pernah selesai, karena merupakan tuntutan dan tantangan. Gereja senantiasa harus mengembangkan dan menemukan kembali kesatuan, kekatolikan, keapostolikan, dan terutama kekudusannya. Sifat-sifat gereja ini diimani, berarti harus dihayati oleh gereja seluruhnya dan oleh masing-masing anggotanya.

Dengan memahami sifat apostolik Gereja, umat Katolik diajak untuk semakin menghargai warisan iman yang telah dijaga dan diteruskan sejak zaman para rasul. Kesetiaan gereja terhadap ajaran Kristus dan pewarisannya kepada para pemimpin gereja masa kini menunjukkan bahwa gereja tidak berdiri sendiri, melainkan tetap terhubung dengan akar sejarah yang kudus.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us