3 Manfaat Pendidikan Kesetaraan Gender demi Wujudkan Toleransi

Kesetaraan gender kini bukan hal yang aneh untuk dibicarakan dengan lantang di tengah publik. Zaman semakin maju, masyarakat pun makin mengakui akan pentingnya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan di berbagai aspek. Sadar atau tidak, kesetaraan gender berpengaruh pada banyak hal, termasuk terciptanya masyarakat toleran.
Pada 2021, UNICEF merilis kebijakan gender baru yang menyasar pada beberapa program, mulai dari tempat kerja hingga kehidupan bermasyarakat. Hal itu tertuang dalam Gender Action Plan (2022—2025) yang menargetkan perubahan transformatif dan berkelanjutan bagi anak-anak, remaja, dan perempuan di seluruh dunia. Ini tentu berdampak pada perkembangan kesetaraan gender.
DI tengah dinamika dunia yang makin kompleks, pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang toleran jadi sebuah kebutuhan. Pendidikan sejak dini perlu ditanamkan berbagai nilai, salah satunya kesetaraan gender. Kenapa kesetaraan gender berdampak pada terciptanya masyarakat toleran?
Dengan mendapatkan pemahaman gender equality secara dini, anak-anak bisa memiliki pola pikir adil, setara, dan terbuka terhadap perbedaan. Tak bisa dianggap remeh, pentingnya pendidikan kesetaraan gender sejak dini nyatanya dapat mewujudkan masyarakat toleran. Ini beberapa alasan yang mungkin saja tidak terpikirkan olehmu terkait hubungan kesetaraan gender dan toleransi.
1. Mendorong generasi muda untuk lebih menerima keberagaman

Memasukkan pendidikan kesetaraan gender sejak dini merupakan langkah awal terciptanya toleransi dalam diri individu. Beruntungnya, pemerintah Indonesia menunjukkan dukungannya terhadap pentingnya kesetaraan gender lewat beberapa peraturan, bahkan dalam Undang-Undang. Ini menunjukkan jika mereka peduli pada kesetaraan gender di Indonesia.
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2017, peraturan ini mengatur tentang kesetaraan dan keadilan gender yang menekankan relasi yang setara antara laki-laki dan perempuan. Dalam Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 juga dijelaskan bahwa negara memasukkan kesetaraan gender di seluruh aspek pembangunan nasional. Ada pendidikan, ekonomi, dan kesehatan.
Ketika kesetaraan gender dijunjung tinggi, ini akan melawan stereotipe gender tradisional, yang masih mengotak-ngotakkan individu atau kelompok yang dirasa berbeda. Dengan adanya pendidikan kesetaraan gender sejak dini, masyarakat dapat memiliki pola pikir yang lebih menghargai pandangan, pilihan hidup, dan identitas orang lain, alih-alih mengancam. Mungkin sulit, tetapi tak ada salahnya untuk dicoba.
Beberapa sekolah di Indonesia sudah mulai mengimplementasikan pendidikan kesetaraan gender, baik melalui program khusus atau pendekatan dalam kurikulum dan kegiatan sekolah. Salah satu contohnya dalam dilihat di Sekolah Perempuan Nusantara yang dikembangkan KAPAL Perempuan. Mereka berfokus pada pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender. Selain itu, ada juga Program Sekolah Responsif Gender yang dibuat INSPIRASI, lembaga nonprofit dan independen. Semua itu ditujukan untuk menumbuhkan nilai-nilai peduli kesetaraan gender sejak dini.
2. Menghilangkan potensi diskriminasi dan prasangka buruk dalam bermasyarakat

Pendidikan kesetaraan gender dapat menyelamatkan individu dari perilaku diskriminasi. Dalam kehidupan sehari-hari, diskriminasi merupakan realitas yang harus dihadapi kebanyakan orang. Dilansir American Psychological Association, diskriminasi merupakan perilaku tidak adil atau berprasangka pada orang atau kelompok berdasarkan karakteristik, seperti ras, jenis kelamin, usia, bahkan orientasi seksual.
Guna merealisasikan masyarakat yang inklusif dan toleran, masyarakat perlu menghilangkan akar diskriminasi, mulai dari usia, agama, gender, hingga latar belakangan. Bagaimana caranya? Tentu saja caranya melalui pendidikan kesetaraan gender yang bisa dimulai sejak dini, seperti di kurikulum sekolah, literasi digital, hingga dialog lintas kelompok.
Gen Z menjadi generasi yang mendukung perubahan bagi hak-hak pada perempuan pada 2025. Dilansir UN Women, gen Z mengungkapkan reaksi keras terhadap hak-hak perempuan saat ini. Meski merasa kecewa terhadap situasi geopolitik yang tidak mendukung kesetaraan gender, masih ada anak-anak muda yang ikut mendorong terjadinya perubahan dalam aspek kesetaraan gender.
Pada April 2025, sekelompok anak muda menggelar aksi demo untuk menuntut hak-hak pekerja yang selama ini terabaikan. Mereka menyuarakan pentingnya upah layak dan adil, cuti haid, ruang laktasi, hingga perlakuan kerja yang adil. Ini menandakan jika perkembangan gender equality di Indonesia mulai terlihat.
Memasukkan pendidikan kesetaraan gender sejak dini memungkinkan menumbuhkan pikiran terbuka atas perbedaan kebutuhan antarindividu, tidak hanya sebatas antara laki-laki dan perempuan. Dengan begitu, diskriminasi bisa diminimalkan lebih awal. Tak akan ada lagi prasangka buruk yang terjadi, baik pada laki-laki atau perempuan, dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Menumbuhkan dialog empatik tentang kesetaraan gender sejak dini

Memberlakukan pendidikan kesetaraan gender secara aktif akan memicu percakapan terkait gender equality itu sendiri. Baik di sekolah, tempat kerja, atau komunitas, soal hak, identitas, dan “kehadiran” masing-masing individu bisa lebih dihormati. Dengan begitu, ini akan membantu orang-orang berempati tentang kesetaraan gender.
Menumbuhkan dialog empatik tentang gender equality sangat penting untuk menciptakan pemahaman dan menginspirasi perubahan. Membangun hubungan antarmanusia nyatanya sangat efektif untuk menyebarluaskan pentingnya pendidikan kesetaraan gender. Banyak yang tidak sadar jika empati menjadi salah satu senjata untuk melawan diskriminasi.
Melakukan dialog empatik terkait kesetaraan gender bisa dimulai di lingkungan sekolah, khususnya kelas. Metode empathic listening alias mendengarkan secara empatik dapat membantu siswa merasa diakui dan dihargai sebagai individu utuh, meningkatkan partisipasi, dan kepercayaan diri. Dengan begitu, rasa toleran dalam diri terkait perbedaan akan tumbuh sendirinya, seperti dilansir jurnal “Teaching with Ears Wide Open: The Value of Empathic Listening” dari University of Deusto.
Pendidikan kesetaraan gender sejak dini dapat menumbuhkan sifat toleran pada diri individu. Ini sejalan dengan Asta Cita Nomor 4 yang menyinggung pendidikan dan kesetaraan gender demi pembangunan negara ke arah yang lebih baik. Apakah kamu setuju dengan adanya pendidikan kesetaraan gender?