Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Gaya Parenting yang Membuat Anak Cepat Berkembang, Pahami!

ilustrasi parenting (unsplash.com/CDC)
ilustrasi parenting (unsplash.com/CDC)
Intinya sih...
  • Parenting otoratif: Konsistensi, keterlibatan, dan aturan yang masuk akal.
  • Parenting permisif: Kasih sayang dengan batasan yang ringan.
  • Parenting otoriter: Aturan mutlak dengan minim diskusi.

Cara orang tua membesarkan anak punya pengaruh besar terhadap kepribadian, prestasi, dan kemampuan emosional si kecil. Dalam artikel ini, kita bakal bahas lima gaya parenting yang terbukti bikin anak cepat belajar dan berkembang.

Gaya-gaya ini bukan cuma teori, tapi didukung riset dan bisa langsung dicoba dalam kehidupan parenting sehari-hari. Penasaran apa aja sih gaya parenting yang bisa diterapkan? Yuk, simak!

1. Parenting otoratif: Dukungan yang punya aturan

ilustrasi parenting (unsplash.com/Priscilla Du Preez 🇨🇦)
ilustrasi parenting (unsplash.com/Priscilla Du Preez 🇨🇦)

Gaya ini seimbang, orang tua tegas tapi tetap hangat. Anak dikasih batasan, tapi juga dijelasin alasannya. Mereka boleh berpendapat, dan orang tua mendengarkan. Suasana rumah jadi tenang, nyaman, dan penuh kepercayaan. Anak yang dibesarkan dengan cara ini biasanya punya prestasi bagus di sekolah, tahu cara ngontrol emosi, dan gampang bersosialisasi.

Gaya ini kasih pengaruh positif yang stabil ke perkembangan anak. Kuncinya ada di konsistensi, rutinitas jelas, aturan masuk akal, dan anak diajak ikut mikir. Misalnya, bukannya bilang “pokoknya jam 9 tidur,” orang tua bisa bilang, “Kalau tidur jam 9, kamu bisa bangun lebih segar buat sekolah.” Ini mengajarkan anak disiplin tanpa bikin mereka takut.

2. Parenting permisif: Penuh kasih tapi kurang batasan

ilustrasi parenting (unsplash.com/Juliane Liebermann)
ilustrasi parenting (unsplash.com/Juliane Liebermann)

Gaya permisif itu penuh cinta, tapi longgar dalam hal aturan. Orang tua lebih sering nurutin kemauan anak karena gak tega. Mungkin kelihatannya nyaman, tapi ternyata bisa bikin anak jadi susah mengatur diri. Anak-anak ini sering tumbuh jadi kurang sabar, gampang frustrasi, dan susah disiplin.

Anak dengan orang tua permisif cenderung kurang punya kontrol diri. Solusinya? Tetap hangat, tapi mulai kasih batasan ringan. Contohnya, "Kamu boleh main, tapi selesaikan PR dulu ya." Jadi, anak tetap merasa disayang tapi tahu ada aturan yang harus dihormati.

3. Parenting otoriter: Serba aturan, minim diskusi

ilustrasi diskusi keluarga (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi diskusi keluarga (pexels.com/cottonbro studio)

Kalau otoritatif itu seimbang, otoriter lebih ke arah semua harus nurut. Anak gak dikasih ruang buat berpendapat, dan aturannya mutlak. Gaya ini sering bikin anak jadi patuh, tapi dengan rasa takut. Mereka jadi gak percaya diri dan gampang cemas.

Dalam jangka panjang, anak jadi gak terbiasa berpikir sendiri karena terlalu sering dikontrol. Kalau kamu cenderung otoriter, cobalah mulai terbuka sedikit. Jelaskan kenapa aturan itu penting, dan ajak anak diskusi. Misalnya, “Menurutmu jam berapa paling masuk akal buat tidur malam?” Dengan begitu, anak tetap nurut tapi merasa dihargai.

4. Parenting acuh tak acuh: Minim perhatian dan keterlibatan

ilustrasi diskusi keluarga (pexels.com/Kaboompics.com)
ilustrasi diskusi keluarga (pexels.com/Kaboompics.com)

Ini gaya parenting yang paling bahaya. Orang tua jarang terlibat, baik secara emosional maupun dalam kehidupan sehari-hari anak. Mereka mungkin sibuk atau lelah, tapi akhirnya anak tumbuh tanpa arahan dan kasih sayang yang cukup. Anak yang dibesarkan tanpa perhatian cenderung punya masalah akademis, emosional, dan sosial.

Mereka bisa merasa gak penting, gak disayang, dan jadi sulit membentuk hubungan sehat. Mulai dari hal kecil. Gak harus selalu ngobrol panjang, cukup tanya, “Hari ini di sekolah gimana?” atau baca buku bareng sebelum tidur. Anak yang merasa diperhatikan akan tumbuh lebih percaya diri dan mandiri.

5. Parenting reflektif: Peka sama perasaan anak

ilustrasi diskusi keluarga (pexels.com/Annushka Ahuja)
ilustrasi diskusi keluarga (pexels.com/Annushka Ahuja)

Parenting reflektif fokus pada empati dan pemahaman. Orang tua mencoba mengerti perasaan anak, bantu mereka mengenali emosi, dan mengajari cara menyelesaikan masalah dengan tenang. Anak yang tumbuh di lingkungan ini biasanya punya kecerdasan emosional tinggi. Mereka lebih bisa ngatur diri, gampang bergaul, dan tahu cara menghadapi stres.

Gaya ini kasih efek positif jangka panjang buat kesehatan mental anak. Caranya sederhana, waktu anak marah, jangan langsung nyuruh diam. Coba bilang, “Kamu lagi kesel ya? Cerita dong kenapa.” Dari situ, bantu mereka kenali emosinya, "Berarti kamu ngerasa kecewa karena...", dan cari solusi bareng.

Gaya parenting yang paling efektif buat perkembangan anak adalah yang seimbang antara kasih sayang dan aturan, alias otoritatif dan reflektif. Dua gaya ini mengajarkan anak buat mandiri, percaya diri, dan punya kontrol diri yang baik.

Sebaliknya, gaya permisif, otoriter, dan apalagi yang acuh, bisa bikin anak kesulitan dalam banyak hal, baik di rumah, sekolah, maupun dalam pergaulan. Yuk mulai ubah cara parenting kita sedikit demi sedikit. Coba satu hal saja dulu, misalnya ajak anak diskusi soal aturan baru atau bantu mereka mengerti perasaan mereka sendiri. Hal-hal kecil kayak gini bisa bikin perubahan besar buat masa depan mereka.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us