5 Tips Ngobrol sama Orang yang Bicaranya Gak Pernah Mau Berhenti

- Tanggapi dengan singkat agar percakapan gak semakin melebar
- Arahkan pembicaraan ke topik yang lebih relevan dan terfokus
- Sisipkan sinyal halus bahwa kamu memiliki keterbatasan waktu
Berinteraksi dengan orang lain adalah bagian penting dari kehidupan sosial, baik di lingkungan kerja, keluarga, maupun pertemanan. Namun, gak semua percakapan berjalan dengan nyaman. Ada kalanya kamu bertemu seseorang yang sangat dominan dalam berbicara, hingga hampir gak memberi ruang untukmu menanggapi atau menyampaikan pendapat. Situasi ini bisa cukup melelahkan, apalagi jika kamu termasuk orang yang lebih suka percakapan seimbang dan saling mendengarkan.
Berhadapan dengan orang yang sulit berhenti bicara bukan berarti kamu harus menghindar atau bersikap gak sopan. Dengan pendekatan yang tepat, kamu tetap bisa menjaga komunikasi berjalan tanpa mengorbankan kenyamanan diri sendiri. Berikut ini beberapa tips agar tetap tenang dan waras saat ngobrol sama orang yang bicaranya gak pernah mau berhenti.
1. Tanggapi dengan singkat agar percakapan gak semakin melebar

Ketika seseorang terlalu banyak berbicara, memberikan tanggapan yang terlalu panjang justru bisa membuat percakapan semakin gak terkendali. Cukup berikan respons yang sopan tapi ringkas, seperti ‘Begitu ya’, ‘Menarik juga’, atau ‘Saya mengerti’. Tanggapan singkat ini menunjukkan bahwa kamu mendengarkan, namun gak memberikan celah bagi mereka untuk memperluas topik lebih jauh.
Kamu juga bisa menghindari memberikan pertanyaan balik atau komentar yang terlalu detail, karena itu bisa menjadi pemicu mereka melanjutkan cerita tanpa henti. Dengan respon yang netral, kamu tetap menjaga kesopanan namun juga secara halus menunjukkan bahwa kamu gak ingin percakapan berlarut-larut. Ini adalah strategi sederhana untuk melindungi energi dan perhatianmu.
2. Arahkan pembicaraan ke topik yang lebih relevan dan terfokus

Salah satu alasan percakapan terasa melelahkan adalah ketika topiknya terus berpindah tanpa arah yang jelas. Dalam situasi ini, kamu bisa mencoba mengarahkan obrolan ke satu topik yang lebih spesifik. Misalnya, jika mereka bercerita panjang lebar tentang berbagai pengalaman, kamu bisa memilih salah satu poin dan menanyakan hal terkait yang lebih padat dan terukur.
Dengan begitu, mereka akan lebih fokus menjawab pertanyaanmu, dan percakapan menjadi lebih terstruktur. Ini bukan hanya membantu kamu mengatur alur obrolan, tetapi juga membuat pembicara merasa didengarkan dengan cara yang bermakna. Pendekatan ini efektif untuk menciptakan percakapan yang lebih seimbang dan gak melebar ke mana-mana.
3. Sisipkan sinyal halus bahwa kamu memiliki keterbatasan waktu

Jika kamu merasa percakapan mulai menyita terlalu banyak waktu dan perhatian, kamu bisa menyampaikan sinyal-sinyal halus agar lawan bicara menyadarinya. Misalnya, kamu bisa melihat jam tangan, membereskan barang di meja, atau menyebutkan bahwa kamu ada kegiatan lain yang harus dilakukan. Pilih kalimat yang sopan seperti, ‘Maaf sebelumnya, saya harus lanjut ke agenda berikutnya’ atau ‘Saya senang mendengarnya, tapi saya perlu menyelesaikan tugas ini dulu.’
Menyampaikan batasan waktu secara halus bukanlah tindakan gak sopan, melainkan bentuk penghargaan terhadap waktu dan prioritas diri sendiri. Orang yang bijak biasanya akan memahami dan menghargai batas tersebut. Dengan begitu, kamu bisa menjaga komunikasi tetap baik tanpa merasa terjebak dalam obrolan yang berkepanjangan.
4. Ciptakan jeda dengan mengalihkan ke aktivitas lain

Kalau kamu berada dalam situasi tatap muka, sesekali kamu bisa mengalihkan suasana dengan mengajak mereka beralih ke aktivitas lain. Misalnya, jika kamu sedang duduk bersama, kamu bisa berdiri untuk mengambil air minum atau mengecek sesuatu di meja. Tindakan ini secara gak langsung menciptakan jeda dalam percakapan tanpa perlu mengatakan bahwa kamu merasa lelah.
Dalam konteks percakapan digital, seperti melalui pesan atau chat, kamu bisa menyisipkan kalimat seperti, ‘Maaf, saya sedang gak bisa lama-lama balas pesan hari ini, nanti saya lanjutkan ya.’ Dengan begitu, kamu tetap menjaga sopan santun namun tetap memberi ruang pribadi. Kadang, tindakan kecil seperti ini cukup efektif untuk memberi batas agar kamu gak kelelahan secara sosial.
5. Jangan ragu untuk menyampaikan batasan secara asertif jika perlu

Jika semua pendekatan halus gak juga membuahkan hasil, gak ada salahnya untuk menyampaikan batasan secara lebih tegas namun tetap sopan. Kamu bisa berkata, ‘Saya senang bisa mendengar cerita kamu, tapi jujur saya mulai kewalahan mengikuti semuanya.’ Kalimat seperti ini menunjukkan bahwa kamu tetap menghargai mereka, namun juga menjaga keseimbangan percakapan.
Komunikasi yang sehat memerlukan keterbukaan dua arah. Menyampaikan batasan bukan berarti kamu gak menghargai orang tersebut, tapi justru menunjukkan bahwa kamu menginginkan hubungan komunikasi yang lebih baik. Sikap asertif bisa menjadi langkah yang penting jika kamu sering berada dalam situasi serupa, dan itu akan membantu kamu merasa lebih nyaman di berbagai interaksi sosial ke depannya.
Berada dalam percakapan dengan seseorang yang sulit berhenti bicara memang bisa menjadi tantangan tersendiri, terutama jika kamu cenderung gak enakan. Tapi kamu tetap bisa menjaga hubungan baik sambil melindungi batas pribadimu. Kuncinya adalah mengenali sinyal-sinyal kelelahan dalam diri, serta mengetahui cara menyampaikannya secara halus dan tepat.
Ingat, menjaga kenyamanan diri sendiri dalam komunikasi bukanlah sikap egois. Justru dengan bersikap jujur dan penuh respek, kamu bisa membangun relasi yang lebih sehat dan gak melelahkan secara emosional. Semoga lima tips saat ngobrol sama orang yang bicaranya gak pernah mau berhenti bisa membantumu menghadapi situasi sosial yang rumit dengan lebih tenang serta percaya diri.