China: Isu Dalai Lama Jadi Duri bagi Hubungan dengan India

Jakarta, IDN Times- Kedutaan Besar China di New Delhi menyebut isu penerus Dalai Lama sebagai "duri" yang mengganggu hubungan dengan India. Pernyataan ini dikeluarkan pada Minggu (13/7/2025), menjelang kunjungan Menteri Luar Negeri India, S. Jaishankar, ke China pada 14-15 Juli.
Ini akan menjadi lawatan pertama Jaishankar sejak bentrokan perbatasan pada 2020 yang memperburuk hubungan kedua negara. Sebelumnya, Dalai Lama telah menegaskan bahwa Beijing tidak memiliki peran dalam menentukan penggantinya di masa depan, dilansir Al Jazeera.
1. China klaim suksesi Dalai Lama adalah urusannya
Juru bicara Kedutaan China, Yu Jing, menyatakan suksesi Dalai Lama adalah urusan dalam negeri yang tidak bisa dicampuri pihak luar. Ia juga mengkritik pernyataan dari beberapa kalangan strategis dan akademis India terkait isu tersebut.
Yu Jing mengatakan isu terkait Xizang, nama China untuk Tibet, telah menjadi beban bagi India. Beijing juga mengingatkan untuk tidak memanfaatkan isu ini demi kepentingan politik.
Pemerintah China mengklaim India telah berkomitmen mengakui Xizang sebagai bagian dari wilayahnya. Komitmen itu juga termasuk melarang aktivitas politik anti-China oleh warga Tibet di India.
"Sebagai profesional di bidang politik luar negeri, mereka harus paham betul sensitivitas isu terkait Xizang. Reinkarnasi dan suksesi Dalai Lama adalah murni urusan dalam negeri China, dan tidak ada tempat untuk campur tangan kekuatan eksternal," ujar Yu Jing, dikutip dari Mint.
2. Dalai Lama sebut Beijing tidak berhak ikut campur
Reaksi China ini dipicu oleh perayaan ulang tahun ke-90 Dalai Lama pada awal Juli lalu. Perayaan yang diadakan di India tersebut turut dihadiri oleh Menteri Urusan Minoritas pemerintah India, Kiren Rijiju.
Pada acara tersebut, pemimpin spiritual Tibet itu kembali menyatakan bahwa China tidak memiliki wewenang dalam proses penentuan penggantinya. Umat Buddha Tibet percaya bahwa jiwa Dalai Lama akan bereinkarnasi setelah wafat.
Sikap Dalai Lama bertentangan dengan posisi pemerintah China. Beijing bersikeras bahwa setiap proses suksesi harus mendapatkan persetujuan resmi dari mereka.
Dalai Lama sendiri telah tinggal dalam pengasingan di Dharamshala, India, sejak 1959. Ia melarikan diri dari Tibet setelah terjadi pemberontakan yang gagal melawan pemerintahan China di wilayah tersebut.
3. India bersikap netral
Pemerintah India berusaha bersikap netral dalam sengketa ini. Kementerian Luar Negeri India pada 4 Juli menyatakan bahwa New Delhi tidak mengambil posisi dalam urusan yang menyangkut keyakinan dan praktik keagamaan, dilansir dari Strait Times.
Namun, Menteri Kiren Rijiju menyuarakan pandangan berbeda atas nama keyakinan pribadinya. Sebagai seorang penganut Buddha, ia menilai hanya pihak Dalai Lama yang berhak memutuskan masalah suksesi ini.
"Dalai Lama adalah pemimpin spiritual utama bagi umat Buddha. Keputusan soal reinkarnasinya harus mengikuti tradisi dan hanya bisa dibuat oleh beliau sendiri, tidak ada pihak lain yang berhak," kata Rijiju, dilansir The Times of India.
Di tengah ketegangan ini, lawatan Menlu S. Jaishankar ke Tianjin untuk pertemuan Shanghai Cooperation Organisation (SCO) akan menjadi sorotan. Ia dijadwalkan mengadakan pembicaraan bilateral dengan mitranya dari China, Wang Yi, di sela-sela acara tersebut.