Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

China Punya Visa Khusus Peneliti dan Inovator Muda per Oktober

ilustrasi visa (pexels.com/Natalia Vaitkevich)
ilustrasi visa (pexels.com/Natalia Vaitkevich)
Intinya sih...
  • Visa K menawarkan fleksibilitas dan keunggulan dibandingkan dengan jenis visa lain, termasuk izin masuk, masa berlaku, dan durasi tinggal yang lebih longgar.
  • Kebijakan ini merupakan strategi China untuk menarik talenta global dalam bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM) demi mendukung ambisi menjadi kekuatan teknologi dunia pada 2035.
  • China memerlukan kontribusi talenta dari berbagai negara dan Visa K menjadi bagian dari upaya China menyederhanakan aturan visa serta mendorong pertukaran internasional.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – China akan memperkenalkan kategori visa baru bernama Visa K untuk profesional muda di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM) mulai 1 Oktober 2025. Kebijakan ini diumumkan pada Kamis (14/8/2025) setelah Perdana Menteri Li Qiang menandatangani dekret Dewan Negara yang mengubah aturan keluar-masuk warga asing. Langkah ini menjadi bagian dari dorongan nasional untuk inovasi teknologi dan kemandirian.

Dilansir dari China Daily, Visa K diperuntukkan bagi lulusan sarjana atau lebih tinggi dari universitas atau lembaga riset ternama, atau mereka yang terlibat dalam pendidikan maupun penelitian di institusi tersebut.

Persyaratan meliputi batas usia, latar pendidikan, dan pengalaman kerja yang ditetapkan otoritas China. Tidak seperti jenis visa lain, pemohon tidak memerlukan pemberi kerja atau pihak pengundang di dalam negeri, sehingga proses aplikasi menjadi lebih ringkas.

1. Fleksibilitas dan keunggulan yang ditawarkan Visa K

Dibandingkan dengan 12 jenis visa biasa yang ada, seperti Visa L untuk wisata, Visa D untuk tinggal tetap, dan Visa G untuk transit, Visa K menawarkan kemudahan lebih besar. Fasilitas itu meliputi jumlah izin masuk, masa berlaku, dan durasi tinggal yang lebih longgar. Pemegang Visa K juga bisa terlibat dalam kegiatan pendidikan, sains dan teknologi, pertukaran budaya, hingga usaha dan bisnis terkait setelah tiba di China.

Proses pengajuan Visa K akan didukung Kementerian Luar Negeri, Kementerian Keamanan Publik, serta kedutaan dan konsulat China. Mereka akan membantu penerbitan, perpanjangan, pembaruan, dan penggantian visa. Persyaratan detail akan dipublikasikan di situs web resmi kedutaan dan konsulat agar mudah diakses pemohon.

2. Strategi China menarik talenta global

ilustrasi perakitan chip China (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi perakitan chip China (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Dilansir dari SCMP, kebijakan ini selaras dengan ambisi China menjadi kekuatan teknologi dunia pada 2035, dengan menekankan peran penting talenta global. Program seperti Talented Young Scientist Programme yang menargetkan peneliti dari Asia dan Afrika di bawah usia 45 tahun, serta Outstanding Young Scientists (Overseas) Fund Project untuk ilmuwan dan insinyur top di bawah 40 tahun, mencerminkan strategi tersebut.

Universitas ternama di China juga menawarkan gaji dan bonus kompetitif demi memikat peneliti asing. Sementara itu, di Amerika Serikat (AS), peneliti menghadapi penurunan pendanaan federal. Kekhawatiran akan kebangkitan kembali China Initiative yang diluncurkan pada 2018 di masa jabatan pertama Donald Trump, dan dikritik karena dianggap menargetkan peneliti keturunan China secara tidak adil, telah membuat sebagian peneliti memilih hengkang dari AS.

3. China perlu talenta dari luar negeri

ilustrasi antrean di bandara (pexels.com/Connor Danylenko)
ilustrasi antrean di bandara (pexels.com/Connor Danylenko)

Dilansir dari Xinhua, pejabat dalam konferensi pers pada Kamis (14/8/2025) menyebut bahwa perkembangan China memerlukan kontribusi talenta dari berbagai negara, dan pada saat yang sama memberikan peluang bagi mereka. Visa K menjadi bagian dari upaya China menyederhanakan aturan visa dan mendorong pertukaran internasional. Hingga Juli 2025, negara itu memiliki kesepakatan bebas visa atau pembebasan visa timbal balik dengan 75 negara.

Badan Administrasi Imigrasi Nasional mencatat 38,05 juta perjalanan warga negara asing masuk atau keluar China dalam enam bulan pertama 2025, meningkat 30,2 persen dibanding tahun sebelumnya. Dari jumlah itu, 13,64 juta merupakan kunjungan bebas visa, naik 53,9 persen dari tahun sebelumnya. Angka ini menunjukkan dampak nyata dari kebijakan visa yang lebih longgar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us