Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Eks Pemain Sepak Bola Palestina Tewas Ditembak Israel saat Antre Bantuan

ilustrasi bendera Palestina. (unsplash.com/Moslem Danesh)
ilustrasi bendera Palestina. (unsplash.com/Moslem Danesh)

Jakarta, IDN Times - Pemain sepak bola legendaris Palestina, Suleiman al-Obeid, tewas dalam serangan Israel di Gaza selatan pada hari Rabu (6/8/2025). Pria berusia 41 tahun itu terbunuh saat sedang mengantre bantuan kemanusiaan bersama warga sipil lainnya.

"Mantan pemain tim nasional dan bintang tim Khadamat al-Shati, Suleiman Al-Obeid, menjadi martir setelah pasukan pendudukan [Israel] menargetkan mereka yang sedang menunggu bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza selatan pada hari Rabu," tulis Asosiasi Sepak Bola Palestina (PFA), dikutip dari Al Jazeera.

1. Dijuluki sebagai Pele dari Palestina

Suleiman al-Obeid mendapat julukan "Pele dari Palestina" sebagai pengakuan atas bakat dan kontribusinya di lapangan hijau. Sepanjang kariernya, ia berhasil mencetak lebih dari 100 gol, yang menjadikannya salah satu bintang sepak bola paling bersinar di Palestina.

Di level internasional, al-Obeid tercatat telah bermain sebanyak 24 kali untuk tim nasional Palestina yang dijuluki Al-Fida’i. Ia berhasil menyumbangkan dua gol selama masa pengabdiannya membela negara di berbagai ajang.

Salah satu golnya yang paling dikenang publik adalah tendangan salto spektakuler ke gawang timnas Yaman. Momen ikonik tersebut terjadi dalam Kejuaraan Federasi Sepak Bola Asia Barat pada tahun 2010 silam.

Di luar lapangan, al-Obeid juga seorang kepala keluarga. Ia meninggalkan seorang istri dan lima orang anak yang kini harus melanjutkan hidup tanpanya.

2. Dunia olahraga Palestina luluh lantak akibat perang

Kematian al-Obeid menambah daftar panjang korban jiwa dari komunitas olahraga Palestina. Menurut data PFA, total 662 atlet beserta anggota keluarga mereka telah tewas sejak konflik dimulai pada Oktober 2023.

Komunitas sepak bola menjadi salah satu yang paling terdampak dengan 421 korban jiwa, baik yang tewas akibat serangan maupun kelaparan. Angka tersebut mencakup 103 pemain sepak bola anak-anak.

Infrastruktur olahraga juga tidak luput dari kehancuran akibat serangan yang terus berlangsung di wilayah tersebut. Sekitar 90 persen infrastruktur olahraga di Gaza hancur, dengan total 288 fasilitas di Gaza dan Tepi Barat rusak.

Sebagian besar fasilitas yang hancur, yaitu sebanyak 268 bangunan, berada di Gaza. Kehancuran tersebut bahkan menimpa kantor pusat Asosiasi Sepak Bola Palestina (PFA) yang turut menjadi sasaran serangan udara Israel.

3. Al-Obeid pernah dilarang bertanding ke luar negeri oleh Israel

Belasan tahun lalu, al-Obeid pernah menyuarakan harapannya untuk bisa hidup dan bepergian dengan normal sebagai seorang atlet. Saat itu, Israel melarang al-Obeid dan lima rekannya dari Gaza untuk melakukan perjalanan ke luar negeri pada 2010.

"Ketika saya mendengar bahwa kami akan dilarang bepergian, saya sangat kesal, karena setiap atlet bermimpi mengenakan seragam nasionalnya di forum internasional. Kami ingin bisa bepergian dengan bebas bersama keluarga, sama seperti atlet di belahan dunia lain," ujarnya saat itu kepada AFP, dikutip dari France24.

Al-Obeid menjadi salah satu dari ribuan korban tewas di lokasi distribusi bantuan Gaza. Setidaknya 1.300 warga Palestina telah tewas dalam insiden serupa saat berusaha mendapatkan makanan sejak akhir Mei.

Insiden ini terjadi di tengah krisis kemanusiaan dan kelaparan yang parah akibat blokade dan pembatasan ketat Israel terhadap pasokan bantuan. Kementerian Kesehatan Gaza mencatat sedikitnya 197 orang, termasuk 96 anak-anak, telah meninggal dunia akibat kekurangan gizi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us