Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Suleiman Al-Obeid, Pele Palestina yang Tewas Ditembak Tentara Israel

potret aksi bela Palestina
potret aksi bela Palestina (unsplash.com/@sophiepopp)
Intinya sih...
  • Suleiman Al-Obeid, "Pele Palestina" membantu Palestina lolos ke Piala Asia 2015 dengan talenta dan dedikasinya di lapangan.
  • Al-Obeid menjadi atlet nasional ketiga yang tewas oleh tentara Israel, menunjukkan kekejaman konflik yang merenggut nyawa warga sipil.
  • Kematian Al-Obeid harus menjadi seruan keadilan dunia untuk menghentikan kekerasan terhadap atlet Palestina dan rakyat Gaza.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Mantan kapten Timnas Palestina, Suleiman Al-Obeid, secara tragis kehilangan nyawanya akibat ditembak tentara Israel saat mengantre bantuan makanan di Rafah, Gaza Selatan. Ia menjadi simbol baru dari penderitaan warga sipil Gaza yang terus menghadapi kekerasan tanpa henti. Kematian Al-Obeid menggugah empati dunia internasional, terlebih saat legenda Manchester United, Eric Cantona, mengungkapkan belasungkawanya melalui unggahan di akun Instagram pribadinya.

Al-Obeid, yang dikenal sebagai Pele Palestina, telah memberi warna dalam dunia sepak bola negaranya. Perjalanan kariernya yang penuh dedikasi dan semangat menjadi inspirasi bagi generasi muda yang tumbuh di tengah keterbatasan. Kini, kisah hidupnya menjadi cermin luka dan harapan bagi rakyat Palestina.

1. Suleiman Al-Obeid turut membantu Palestina lolos ke Piala Asia 2015

Suleiman Ahmed Zaid Al-Obeid lahir di Gaza pada 24 Maret 1984. Ia adalah salah satu talenta terbaik yang pernah dimiliki Palestina. Dikenal luas sebagai Pele Palestina karena kemampuannya mencetak gol dan mengatur permainan, ia bermain di berbagai posisi seperti gelandang serang, sayap kanan, dan penyerang tengah. Sejak usia muda, Al-Obeid sendiri mampu menunjukkan bakat luar biasa di lapangan yang akhirnya membawanya ke pentas nasional.

Karier profesionalnya dimulai di Khadamat Al-Shati, klub lokal dari kamp pengungsi tempat ia tumbuh. Ia kemudian berkesempatan bermain di Al-Amari Youth Center di Tepi Barat serta di Gaza SC. Perjalanan klubnya menunjukkan komitmen tinggi untuk terus bermain di level tertinggi meskipun berada di wilayah konflik.

Lebih dari seratus gol berhasil ia koleksi sepanjang kariernya, menjadikannya salah satu penyerang paling subur di Palestina. Keberhasilannya meraih tiga Golden Boot secara berturut-turut di Liga Gaza pada 2015–2018 sekaligus menegaskan konsistensinya di lapangan. Di level internasional, Al-Obeid mengoleksi 24 caps dan 2 gol penting untuk tim nasional, termasuk saat melawan Yaman dan Indonesia. Ia juga memainkan peran krusial dalam perjalanan Palestina lolos ke Piala Asia AFC 2015 lewat partisipasinya di Kualifikasi Challenge Cup 2013.

2. Suleiman Al-Obeid menjadi atlet nasional ketiga yang tewas oleh tentara Israel

Pada 5 Agustus 2025, Suleiman Al-Obeid gugur dalam serangan Israel saat mengantre bantuan kemanusiaan di Rafah. Peristiwa ini terjadi di tengah situasi kemanusiaan yang memburuk akibat blokade berkepanjangan dan serangan militer yang tak kunjung usai. Ia menjadi satu dari puluhan ribu warga sipil yang tewas akibat agresi Israel yang telah berlangsung hampir 2 tahun.

Menurut pernyataan Federasi Sepak Bola Palestina (PFA), Al-Obeid menjadi atlet nasional ketiga yang dibunuh oleh pasukan Israel sejak genosida dimulai, setelah Mouyin Al-Maghribi dan Mohammed Barakat yang gugur pada 2024. Secara keseluruhan, konflik ini telah merenggut nyawa lebih dari 800 tokoh olahraga Palestina, termasuk pemain, pelatih, wasit, dan relawan. Kekejaman yang menimpa Al-Obeid membuktikan tidak ada hak istimewa bagi tokoh masyarakat dan atlet nasional.

Kematian Suleiman Al-Obeid menjadi bukti betapa nyawa rakyat Palestina tidak pernah aman, bahkan ketika mereka dilanda kelaparan. Kisah tragis ini menggambarkan realitas kehidupan di Gaza, saat kematian bisa datang di tengah perjuangan untuk bertahan hidup. Dunia harus mengingat sosok seperti Al-Obeid tidak hanya angka dalam laporan korban kebrutalan Israel, tetapi juga jiwa yang pernah memberi harapan dan kebanggaan bagi bangsanya.

3. Kematian Suleiman Al-Obeid harus menjadi seruan keadilan dunia

Selain dikenang karena prestasinya di lapangan, Suleiman Al-Obeid juga dikenal karena jiwa kepemimpinannya yang teguh dan semangat membela tanah airnya. Hingga usia 39 tahun, ia masih bermain aktif dan bahkan memimpin klubnya, Khadamat Al-Shati, untuk promosi kembali ke divisi utama setelah sempat terdegradasi. Konsistensinya membuktikan dedikasi luar biasa dan cinta mendalam terhadap sepak bola.

Kematian Suleiman Al-Obeid menjadi pukulan besar bagi dunia olahraga Palestina yang kehilangan sosok penting dan inspiratif. Ungkapan duka datang dari berbagai penjuru dunia, termasuk legenda Manchester United, Eric Cantona, yang melalui akun Instagramnya mengecam genosida di Gaza dan mempertanyakan sampai kapan kekejaman ini akan terus terjadi. Tindakan brutal terhadap atlet Palestina ini mendorong semakin banyak suara yang mendesak langkah nyata dari komunitas olahraga internasional untuk menghentikan kekerasan tersebut.

Desakan makin kuat ditujukan kepada FIFA agar menangguhkan keanggotaan Asosiasi Sepak Bola Israel. Banyak pihak menyatakan, keberadaan klub-klub Israel di pemukiman ilegal dan keterlibatan militer mereka dalam membunuh atlet Palestina melanggar prinsip-prinsip dasar olahraga dan kemanusiaan. Al-Obeid kini menjadi katalis perjuangan, tidak hanya bagi Palestina, tetapi juga bagi dunia yang masih percaya sepak bola seharusnya menjadi sarana untuk membangun perdamaian, bukan dijadikan alat demi ambisi kelompok tertentu.

Suleiman Al-Obeid memang telah tiada. Namun, warisannya akan terus hidup di hati rakyat Palestina. Ia adalah bukti semangat dan keberanian dalam bertahan di tengah kecamuk perang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us