Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Israel Tuduh Iran Tembakkan Rudal Berisi Bom Klaster

misil Iran. (unsplash.com/Moslem Danesh)

Jakarta, IDN Times - Militer Israel (IDF) menuduh Iran telah meluncurkan rudal balistik yang dipersenjatai hulu ledak bom klaster ke wilayah padat penduduk di Israel tengah pada Kamis (19/6/2025). Hulu ledak klaster dinilai berbahaya karena menyebarkan bom-bom kecil ke area yang lebih luas. Serangan ini menandai penggunaan pertama senjata jenis tersebut yang dilaporkan dalam konflik terkini antara kedua negara.

Tidak ada laporan korban jiwa akibat serangan spesifik ini, namun salah satu bom kecil dilaporkan menghantam sebuah rumah di kota Azor dan menyebabkan kerusakan. Israel telah memperingatkan publik mengenai bahaya dari sejumlah bom kecil (submunisi) yang tidak meledak dan kini tersebar luas.

1. Rincian serangan dan bukti di lapangan

Menurut keterangan IDF, hulu ledak rudal tersebut pecah pada ketinggian sekitar 7 kilometer. Mekanisme ini menyebarkan sekitar 20 amunisi yang lebih kecil pada radius 8 kilometer di atas wilayah Israel tengah, dilansir Times of Israel.

Bukti fisik berupa kawah-kawah kecil ditemukan di beberapa lokasi, termasuk trotoar dan area parkir rumah sakit di kota Or Yehuda. The New York Times memverifikasi beberapa foto dan video dari lokasi tersebut yang mendukung klaim Israel.

Pakar juga mengonfirmasi bahwa objek yang ditemukan kemungkinan besar adalah submunisi dari senjata klaster Iran. Rudal jenis Qiam atau Khorramshahr milik Iran diketahui memiliki kemampuan untuk membawa hulu ledak semacam ini.

Komando Front Dalam Negeri Israel dilaporkan telah menemukan dan mengamankan 20 bom. Mereka mengimbau warga untuk tidak mendekati sisa-sisa rudal yang bisa berfungsi seperti ranjau darat dan dapat meledak jika disentuh atau dipindahkan.

2. Penggunaan bom klaster dinilai kontroversial

Bom klaster telah lama menjadi kontroversi global karena sifatnya yang tidak pandang bulu. Senjata ini dirancang untuk menyebarkan banyak bom kecil di area yang luas, sehingga tidak dapat membedakan antara target militer dan warga sipil yang berada di sekitarnya.

Menurut pakar senjata di Human Rights Watch, Bonnie Docherty, senjata semacam ini memiliki bahaya jangka panjang.

"Amunisi klaster tidak dapat membedakan antara tentara dan warga sipil karena mereka menyebarkan submunisi di area yang luas dan meninggalkan submunisi yang tidak meledak yang membahayakan warga sipil, seperti ranjau darat, selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun mendatang," ujarnya.

Konvensi tentang Amunisi Tandan tahun 2008 secara spesifik melarang produksi dan penggunaan senjata ini dan telah diratifikasi oleh lebih dari 100 negara. Namun, baik Iran maupun Israel tidak menandatangani konvensi tersebut.

3. Israel tuduh Iran sengaja targetkan warga sipil

ilustrasi bendera Israel. (unsplash.com/Taylor Brandon)

Israel menuduh Iran sengaja menggunakan senjata ini untuk menimbulkan dampak maksimal terhadap populasi sipil.

"Rezim teror (Iran) berupaya menyakiti warga sipil dan bahkan menggunakan senjata dengan sebaran luas untuk memaksimalkan cakupan kerusakan," kata Juru bicara militer Israel, Effie Defrin, dilansir dari New Arab.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga mengonfirmasi bahwa Israel diserang oleh rudal dengan hulu ledak yang terfragmentasi. Serangan ini terjadi bersamaan dengan rentetan tembakan rudal balistik lain yang membawa hulu ledak konvensional pada hari yang sama.

Insiden ini merupakan bagian dari eskalasi konflik yang telah berlangsung selama sepekan, di mana Iran telah meluncurkan lebih dari 400 rudal ke Israel. Menurut data otoritas lokal, konflik ini telah menewaskan sedikitnya 24 orang di Israel dan 224 orang di Iran.

Hingga berita ini ditulis, perwakilan Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) belum memberikan tanggapan atau komentar resmi terkait tuduhan yang dilayangkan oleh Israel.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us