Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Khamenei Tuduh Trump Berbohong soal Dampak Serangannya ke Iran

Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, saat bertemu dengan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Khamenei. (x.com/@drpezeshkian)
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, saat bertemu dengan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Khamenei. (x.com/@drpezeshkian)

Jakarta, IDN Times – Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyebut Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melebih-lebihkan dampak serangannya ke Iran pada 22 Juni lalu. Khamenei bilang, serangan itu sama sekali tak memberikan dampak signifikan terhadap program nuklir Iran.

"Presiden AS membesar-besarkan peristiwa dengan cara yang tidak biasa, dan ternyata dia membutuhkan pembesar-besaran ini," kata Khamenei dalam sebuah pernyataan di akun X resminya, pada Minggu (29/6/2025), dilansir dari TRT World.

Ia kemudian menuduh Trump berbohong terkait fakta yang terjadi di lapangan. Menurutnya, Trump sengaja membesar-besarkan berita itu untuk menutupi fakta bahwa mereka tak cukup kuat untuk menghancurkan target.

"Siapa pun yang mendengar kata-kata itu memahami bahwa di balik permukaannya, ada kebenaran lain. Mereka tidak dapat berbuat apa-apa dan membesar-besarkannya untuk menutupi dan menyembunyikan kebenaran," imbuhnya.

1. Trump klaim telah hancurkan program nuklir Iran

Presiden AS, Donald Trump. (commons.wikimedia.org/ Ali Shaker/VOA, free license)

Sebelumnya, Trump mengklaim bahwa pasukan AS telah menghancurkan program nuklir Iran. Nuklir Iran tak lagi tersisa usai militer AS melancarkan serangan udara habis-habisan ke fasilitas nuklir Natanz, Fordo, dan Isfahan.  

"Lihat, Anda seorang pria yang beriman besar. Seorang pria yang sangat dihormati di negaranya. Anda harus mengatakan kebenaran. Anda dibom habis-habisan," ungkap Trump kepada Khamenei pada Jumat, dilansir dari PBS.

Seorang pejabat intelijen senior Israel sebelumnya juga mengklaim bahwa serangan AS telah merusak hingga 90 persen situs pengayaan uranium Iran. Ia meyakini bahwa Iran hanya mampu memulihkan nuklirnya dalam waktu yang lama.

2. Badan Atom sebut serangan tak menyebabkan kerusakan total

Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi. (commons.wikimedia.org/IAEA Imagebank)
Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi. (commons.wikimedia.org/IAEA Imagebank)

Sementara itu, Kepala Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, mengklaim bahwa serangan AS sebenarnya tak menyebabkan kehancuran total di pihak Iran. Bahkan ada risiko bahwa Iran memulai kembali pengayaan Uraniumnya ke tingkat yang lebih tinggi dalam waktu beberapa bulan saja.

"Mereka dapat memiliki (waktu) dalam hitungan bulan, menurut saya, beberapa rangkaian sentrifus berputar dan menghasilkan uranium yang diperkaya, atau kurang dari itu," kata Grossi, dilansir dari Anadolu Agency.

Grossi juga mengakui bahwa Iran tak bisa dipandang remeh terkait program nuklir. Sebab, di Iran, pengetahuan dan kapasitas industrinya tersedia.

“Iran adalah negara yang sangat canggih dalam hal teknologi nuklir, seperti yang terlihat jelas. Jadi Anda tidak dapat menghilangkannya,” imbuhnya.

3. Konflik 12 hari telan banyak korban di kedua pihak

Peluncuran Rudal Iran, Qadr, dari peluncur truk dalam Latihan Angkatan Laut Velayat-90. (commons.wikimedia.org/Mohammad Sadegh Heydari)

Konflik 12 hari antara Israel dan Iran meletus pada 13 Juni ketika Israel melancarkan serangan udara terhadap lokasi militer, nuklir, dan sipil Iran. Serangan itu menewaskan sedikitnya 606 orang dan melukai 5.332 orang, menurut Kementerian Kesehatan Iran.

Teheran melancarkan serangan rudal dan pesawat tak berawak balasan terhadap Israel, yang menewaskan sedikitnya 29 orang dan melukai lebih dari 3.400 orang.

Konflik tersebut terhenti setelah disepakatinya gencatan senjata yang didukung AS dan mulai berlaku pada tanggal 24 Juni.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us