Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Korut Tutup Pintu Dialog Damai dengan Korsel

Bendera Korea Utara. (unsplash.com/Micha Brändli)
Bendera Korea Utara. (unsplash.com/Micha Brändli)
Intinya sih...
  • Korut menolak upaya damai dari Korsel.
  • Korut anggap pemerintahan Lee sama dengan pendahulunya.
  • Korsel akan tetap upayakan perdamaian.

Jakarta, IDN Times - Korea Utara (Korut) menyatakan menutup pintu dialog dengan pemerintahan baru Korea Selatan (Korsel) pimpinan Presiden Lee Jae-myung. Melalui pernyataan resmi pada Senin (28/7/2025), Kim Yo Jong, adik dari pemimpin Korut Kim Jong Un, menolak upaya damai dari Seoul.

"Kami memperjelas sekali lagi bahwa apa pun kebijakan yang diadopsi dan proposal yang dibuat Seoul, kami tidak tertarik. Tidak ada alasan untuk bertemu maupun isu untuk dibahas dengan Republik Korea (Korsel)," ujar Kim Yo Jong, dilansir Al Jazeera.

Penolakan ini merespons berbagai upaya rekonsiliasi yang diinisiasi Presiden Lee. Kim menilai prospek perdamaian dengan Korsel hanyalah angan-angan belaka.

1. Korut anggap pemerintahan Lee sama saja dengan pendahulunya

Kim memandang pemerintahan Lee tidak ada bedanya dengan pendahulunya, Yoon Suk-yeol. Korut mengkritik bagaimana Korsel masih menjalin aliansi militer dengan AS.

"Pemerintahan Lee membuat pernyataan manis untuk meredakan ketegangan di Semenanjung Korea. Namun, hubungan Korsel dengan AS membuktikan bahwa pemerintahan Lee tidak ada bedanya dengan pendahulunya," ujar Kim.

Latihan militer gabungan antara Korsel dan AS memang kerap menjadi sumber ketegangan kedua negara. Pyongyang menganggap latihan semacam itu sebagai persiapan invasi dan sebuah tindakan provokasi.

Sebelumnya, pada 2023, Korut secara resmi membuang tujuan reunifikasi dan mendefinisikan hubungan antar-Korea sebagai dua negara yang saling bermusuhan, dilansir The Korea Herald.

2. Korut anggap upaya damai Korsel sia-sia

Dibawah pemerintahan Lee, Seoul semakin aktif berupaya meredakan ketegangan. Korsel telah menghentikan siaran propaganda via pengeras suara di perbatasan dan memulangkan enam nelayan Korut yang terdampar.

Selain itu, Lee telah meminta warganya untuk berhenti mengirim balon berisi selebaran anti-Korut. Namun, Kim menyebut niat baik Seoul tidak akan mengubah pandangan mereka terhadap Korsel.

"Tidap peduli betapa gigihnya pemerintahan Lee berpura-pura melakukan hal yang benar demi menarik perhatian kami dan dunia, hal itu tidak akan mengubah pandangan kami terhadap musuh. Mereka juga tidak akan bisa memutar kembali jarum jam sejarah yang telah mengubah drastis hubungan antara DPRK (Korut) dan ROK (Korsel)," kata Kim, dilansir Japan Times.

Menteri Unifikasi Korsel, Chung Dong-young, juga sempat berencana mengundang Kim Jong Un ke KTT APEC. Namun, Korut menyebut rencana itu sebagai sebuah delusi.

3. Korsel akan tetap upayakan perdamaian

Menanggapi penolakan ini, kantor kepresidenan Korsel menyatakan akan tetap tenang dan melanjutkan upaya membangun perdamaian.

"Pemerintah tidak akan goyah oleh setiap reaksi dari Korea Utara. Kami akan dengan tenang dan konsisten mengejar upaya untuk membangun rekonsiliasi dan kerja sama antar-Korea, serta mewujudkan perdamaian bersama di Semenanjung Korea," kata juru bicara Kementerian Unifikasi Koo Byoung-sam, dilansir CNN.

Kementerian Unifikasi mengakui adanya ketidakpercayaan yang sangat tinggi di antara kedua negara. Namun, mereka juga melihat pernyataan Korut sebagai sinyal bahwa Pyongyang sedang mengamati kebijakan Seoul dengan saksama.

Selanjutnya, Chung Dong-young berencana mengusulkan penyesuaian pada jadwal dan skala latihan militer gabungan dengan AS. Usulan ini akan menjadi agenda dalam pertemuan Dewan Keamanan Nasional Korea Selatan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us