Ukraina Klaim Sukses Tembak Drone Jarak Jauh ke Rusia

- Ukraina akan lanjutkan strategi perusakan mesin perang Rusia.
- Ukraina bangun sistem pengadang drone Shahed Ukraina.
- Ukraina temukan korupsi di dalam kontrak pengadaan drone.
Jakarta, IDN Times - Ukraina menyatakan berhasil meluncurkan serangan drone satu arah terjauh ke dalam teritori Rusia. Serangan tersebut mencapai jarak 1.800 km dari perbatasan Rusia-Ukraina.
“Ini adalah rekor bersejarah, Ukraina mampu melancarkan serangan drone yang mencapai 1.800 km untuk menyasar stasiun radar Voronezh-M yang terletak di Orsk, Orenburg. Drone kemungkinan dapat mencapai sasaran yang lebih jauh,” ungkapnya, dikutip dari United24, Sabtu (9/8/2025).
Sebelumnya, Ukraina sudah melancarkan Operasi Spiderweb yang disebut menjadi serangan terbesar di dalam teritori Rusia. Serangan ini disebut berhasil menghancurkan puluhan pesawat tempur Rusia.
1. Ukraina akan lanjutkan strategi perusakan mesin perang Rusia
.jpg)
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa strategi penggunaan senjata jarak jauh di dalam teritori Rusia efektif untuk merusak mesin perang Rusia.
“Penting bahwa investasi Ukraina di berbagai tipe senjata jarak jauh dan hasilnya sudah terlihat sangat baik. Logistik dan militer Rusia yang digunakan membom teritori kami dan elemen ekonomi untuk perang sudah mengalami kerusakan dan kerugian besar,” ujarnya, dilansir dari TVP World.
Sementara, Ukraina sudah menerapkan strategi serangan di dalam teritori Rusia sejak awal dimulainya invasi pada Februari 2022. Pada 2024, Kiev mulai mengintensifkan serangan dengan berbagai rudal dan drone jarak jauh ke fasilitas militer dan kilang minyak Rusia.
2. Ukraina bangun sistem pengadang drone Shahed
Kepala Radio Technologies Center, Serhii Beskrestnov mengatakan rencana meningkatkan pertahanan udara Ukraina dengan membangun sistem pengadang drone.
“Skuad pertahanan udara bergerak kami mulai kehilangan efisiensi karena Shahed mampu terbang lebih tinggi. Kami juga tidak bisa hanya mengandalkan senjata bantuan dari Barat. Kami memiliki akan menciptakan alat yang lebih murah yakni senjata pengadang drone,” terangnya, dikutip dari Politico.
Senjata tersebut rencananya akan dilengkapi dengan sistem komunikasi digital yang mampu naik hingga ketinggian lebih tinggi. Selain itu, mampu mengakselerasi kecepatan hingga 330 km per jam.
3. Ukraina temukan korupsi di dalam kontrak pengadaan drone
Pekan lalu, Badan Anti-Korupsi Ukraina (NABU) mengungkapkan kasus korupsi dalam kontrak pengadaan drone militer dan alat pengganggu sinyal yang harganya dinaikkan dari harga pasaran.
“Kasus korupsi ini terkait kontrak dengan perusahaan penyuplai drone yang harganya sengaja digelembungkan. Terduga pelaku mendapatkan suap sebesar 30 persen dari kontrak ini. Empat orang sudah ditangkap dalam kasus ini,” tandasnya, dilansir CNN.
Menanggapi kasus ini, Zelenskyy mengatakan tidak bisa menoleransi segala bentuk korupsi di Ukraina. Menurutnya, siapapun yang terlibat dalam kasus korupsi ini harus mendapat hukuman.