Ukraina: Korut Mau Bantu Rusia Lagi, Kirim 6 Ribu Tentara!

- Korut akan kirimkan personel militer ke Kursk
- Putin menghubungi Kim Jong-un sebelum KTT di Alaska
- Pekerja asal Korut dipekerjakan seperti budak di Rusia
Jakarta, IDN Times - Kepala Departemen Intelijen Pertahanan Ukraina (HUR), Kyrylo Budanov, pada Kamis (14/8/2025), mengatakan bahwa Korea Utara (Korut) berniat mengirimkan 6 ribu tentara tambahan dan 50-100 perlengkapan militer ke Rusia.
“Kremlin membayar untuk semua peralatan tempur dan tentara Korut. Ini jumlahnya mencapai belasan miliar dolar dan untuk ekonomi Korut, yang termasuk salah satu paling terisolasi, ini adalah uang yang sangat besar,” ujar Budanov.
Dalam setahun terakhir, hubungan Rusia dan Korut semakin erat setelah perjanjian pertahanan kedua negara.
1. Korut akan kirimkan personel militer ke Kursk
Budanov mengatakan bahwa Korut akan mengirimkan personel militer teknis untuk ikut dalam rekonstruksi dan penjinakan ranjau di Kursk Oblast setelah direbut kembali oleh Rusia.
“Kami ragu bahwa mereka akan memiliki satu misi saja ketika diterjunkan ke Kursk Oblast. Mereka kemungkinan akan ditugaskan untuk penjinakan bom dan pembangunan benteng pertahanan,” terangnya, dikutip dari Kyiv Post.
Menurutnya, Korut sudah menyuplai 40 persen dari kebutuhan amunisi 122mm dan 152 mm Rusia. Selain itu, Moskow juga menerima sistem artileri, sistem peluncur roket dan misil dari Pyongyang.
Sejumlah senjata disebut memiliki performa buruk, tapi berhasil dimodifikasi untuk meningkatkan efektifitas Rusia di medan perang. Salah satunya adalah misil KN-23 yang berhasil diperbarui hingga mampu menjangkau 690 km.
2. Putin menghubungi Kim Jong-un sebelum KTT di Alaska
Pada Rabu (13/8/2025), Presiden Rusia Vladimir Putin sudah menghubungi Pemimpin Korut, Kim Jong-un sebelum bertolak untuk menghadiri pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump di Alaska.
Dalam dialog itu, Putin menyampaikan apresiasi kepada personel militer Korut yang berhasil membebaskan Kursk Oblast. Keduanya juga berniat untuk memperkuat kerja sama negara di masa depan.
Sementara, Kim mengatakan bahwa Korut akan mendukung penuh semua kebijakan yang diputuskan oleh Rusia di masa yang akan datang, terutama setelah KTT di Alaska.
3. Pekerja asal Korut dipekerjakan seperti budak di Rusia
Dalam beberapa tahun terakhir, Korut sudah mengirimkan ribuan pekerja ke Rusia untuk mengatasi kelangkaan tenaga kerja. Pengiriman pekerja migran ini menyusul semakin eratnya hubungan kedua negara di tengah perang di Ukraina.
BBC melaporkan bahwa ada sebanyak enam pekerja asal Korut yang berhasil melarikan diri ke Korea Selatan dari Rusia. Mereka mengaku dipekerjakan seperti budak.
“Dunia luar adalah musuh kami. Kami diharuskan bekerja untuk membangun gedung pencakar langit dan saya diwajibkan untuk bekerja lebih dari 18 jam dalam sehari,” tuturnya.
Kini, pemerintah Korut memperketat kontrol dan pengawasan kepada pekerja yang dikirim ke Rusia untuk menghindari adanya pekerja yang melarikan diri.