Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Fakta Ilmiah Terkait Molting pada Hewan, Menarik!

ilustrasi ulat (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi ulat (pexels.com/Pixabay)
Intinya sih...
  • Molting diperlukan agar hewan dapat tumbuh, terutama pada hewan dengan eksoskeleton seperti kepiting dan serangga.
  • Molting diatur oleh hormon khusus, seperti ecdysone dan hormon juvenial, yang mengatur perkembangan tubuh secara spesifik.
  • Molting bisa terjadi berkali-kali sepanjang hidup hewan, bahkan menjadi indikator kesehatan hewan jika terjadi secara lancar.

Molting atau pergantian kulit merupakan proses biologis yang kerap dialami oleh berbagai jenis hewan, seperti reptil, serangga, hingga crustacea. Proses ini memang merupakan bagian penting untuk mendukung pertumbuhan, memperbaiki kerusakan tubuh, hingga sebagai strategi bertahan hidup dari serangan predator.

Molting bukan hanya sekedar fenomena visual, namun juga melibatkan perubahan fisiologis dan hormonal yang sangat kompleks pada hewan. Pahamilah beberapa fakta ilmiah berikut ini terkait proses molting yang ternyata bisa memberikan wawasan secara mendalam terkait cara hewan untuk bertahan hidup.

1. Molting diperlukan agar hewan dapat tumbuh

ilustrasi laba-laba (pexels.com/Pixabay)

Pada hewan yang memiliki eksoskeleton, seperti kepiting dan serangga ternyata proses molting menjadi satu-satunya cara agar mereka bisa tumbuh lebih besar. Eksoskeleton yang keras tidak dapat meregang dengan sempurna, sehingga memang harus dilepaskan dan diganti dengan struktur baru yang lebih besar.

Setelah molting, maka tubuh hewan tersebut nantinya akan terlihat lebih lunak dan rentan selama beberapa waktu hingga lapisan baru mengeras secara otomatis. Selama fase tersebut biasanya mereka akan cenderung bersembunyi untuk menghindari serangan predator karena memang belum bisa memproteksi diri secara optimal.

2. Molting diatur oleh hormon khusus

ilustrasi ulat (unsplash.com/Pixabay)
ilustrasi ulat (unsplash.com/Pixabay)

Proses molting dipicu oleh hormon ecdysone yang dilepaskan oleh kelenjar endorfin pada hewan, khususnya pada jenis serangga. Hormon ini dapat memicu berbagai reaksi biokimia yang dapat menimbulkan pelepasan lapisan luar tubuh, sehingga membentuk adanya lapisan baru di bagian bawahnya.

Bukan hanya ecdysone, namun keberadaan hormon juvenial berperan penting dalam menentukan apakah memang molting tersebut nantinya dapat membentuk larva baru atau transisi ke fase dewasa. Perpaduan dari kedua hormon tersebut dapat mengatur waktu dan bentuk perkembangan tubuh melalui cara yang sangat spesifik.

3. Molting bisa terjadi berkali-kali sepanjang hidup

ilustrasi kepiting (unsplash.com/Pauline)
ilustrasi kepiting (unsplash.com/Pauline)

Ada beberapa hewan yang mengalami molting berkali-kali selama siklus hidup mereka khususnya pada tahap larva hingga dewasa. Contohnya ulat biasa saja mengalami molting hingga lima kali sebelum pada akhirnya bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang terlihat cantik.

Pada spesies tertentu ternyata molting tetap terjadi bahkan setelah dewasa, seperti pada beberapa jenis laba-laba yang mengganti eksoskeleton, meski memang tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hal ini sering terjadi untuk memperbaiki kerusakan atau membersihkan jaringan yang telah rusak.

4. Molting dapat menjadi indikator kesehatan hewan

ilustrasi laba-laba (pexels.com/Alessandro Bonfiglio)

Frekuensi dan keberhasilan molting sebetulnya dapat menunjukkan apakah memang seekor hewan berada pada kondisi yang benar-benar sehat atau justru mengalami stress lingkungan. Apabila molting terjadi secara tidak sempurna atau bahkan tertunda, maka hal ini menandakan kekurangan nutrisi atau paparan zat yang berbahaya.

Di sisi lain proses molting yang lancar tentu menunjukkan sistem metabolisme hormonal dan lingkungan yang mendukung. Tidak heran apabila para peneliti dan pemelihara hewan sering kali menggunakan molting sebagai parameter biologis dalam menilai kondisi hewan secara keseluruhan.

Molting bukan hanya proses fisik yang terlihat dari luar, namun juga mencerminkan sistem kerja tubuh yang sangat teratur dan sensitif terhadap berbagai kondisi lingkungan. Memahami proses ini dapat membantu manusia untuk mengamati, merawat, dan mempelajari siklus hidup hewan secara bijak. Ternyata ada berbagai hal menarik terkait molting pada hewan!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us