Mengubur Ambisi Napoleon Bonaparte Menguasai Eropa, Inilah 14 Fakta Pertempuran Waterloo

- Negara-negara Eropa berkoalisi melawan Napoleon
- Napoleon merencanakan serangan kejutan secara sembunyi-sembunyi
- Pasukan Prancis collapse setelah kedatangan pasukan Prusia, membuat Napoleon meletakkan jabatan
“To meet one’s Waterloo” adalah sebuah ungkapan Bahasa Inggris yang menggambarkan sebuah kekalahan setelah serangkaian kemenangan yang bertubi-tubi. Ungkapan ini merujuk pada Sejarah kekalahan Napoleon yang sebelumnya sukses dalam serangkaian pertempuran yang dilakukan. Kekalahan di pertempuran Waterloo mengakhiri karier Napoleon di bidang politik dan militer yang sangat gemilang.
Pertempuran Waterloo ini adalah peristiwa yang sangat penting dan bersejarah. Dengan kekalahan Napoleon Bonaparte di sebuah kota kecil Bernama Waterloo ini arah Sejarah Eropa berubah. Napoleon gagal menguasai Eropa dan dominasi Prancis di benua Eropa berakhir.
Berikut ini adalah fakta-fakta mengenai pertempuran Waterloo yang kamu perlu tahu.
1. Negara-negara di Eropa berkoalisi melawan Napoleon

Akibat kembalinya Napoleon menguasai Prancis setelah terbebas dari pengasingannya, menimbulkan kekhawatiran di seluruh Eropa. Napoleon dianggap mengganggu keseimbangan kekuatan di Eropa, sehingga negara-negara besar di Eropa tidak mau menerima kehadiran Napoleon.
Negara-negara besar yang terdiri dari Kerajaan inggris, Prusia, Belanda, Rusia, Austria dan beberapa negara Germanic berkoalisi untuk melawan Prancis dan menyebut kekuasaan Napoleon Bonaparte atas Perancis sebagai tidak sah. Koalisi tersebut merencanakan untuk memobilisasi 5 kekuatan militer yang terdiri dari 105,000 orang tentara di bawah pimpinan jendral Inggris Arthur Wellesley atau sering disebut sebagai Duke of Wellington, 120,000 tentara kerajaan Prusia dibawah pimpinan Marsekal Gebhard Leberecht Von Blucher, 200,000 orang tentara Kerajaan Austria, 120,000 orang tentara Rusia dan 75,000 orang Austro-Italia.
Tetapi untuk memobilisasi 5 kekuatan militer itu tentu memerlukan waktu yang panjang. Situasi ini dimanfaatkan Napoleon dengan baik dengan menyerang satu persatu kekuatan militer tersebut sebelum mereka dapat dimobilisasi dan menempatkan kekuatannya pada posisi masing-masing untuk mengepung dan menyerang Perancis. Kebetulan waktu itu yang sudah siap berada di posisinya adalah pasukan dari Duke of Wellington yang memimpin pasukan multinasional yang terdiri dari pasukan Inggris yang didukung oleh beberapa negara dan Gebhard Leberecht Von Blucher yang memimpin pasukan Prusia.
Kedua pasukan itu berada di tempat yang berdekatan yaitu di Netherlands bagian Selatan yang sekarang termasuk wilayah negara Belgia. Pasukan Blucher berada di Ligny sedangkan pasukan Wellington ada di Quarter Brass.
Kedua pasukan itulah yang akan menjadi target pertama serangan dari Napoleon Bonaparte di bulan April 1815 dengan harapan Napoleon sudah dapat menaklukkan kedua pasukan itu sebelum pasukan Rusia dan Austria tiba.
2. Napoleon merencanakan serangan kejutan secara sembunyi-sembunyi

Menyerang musuh yang sedang lengah atau tidak dalam keadaan siaga tentu memiliki banyak keuntungan. Napoleon menggunakan cara itu untuk menyerang pasukan musuh dengan harapan ketika melancarkan serangan musuh dalam keadaan tidak siap.
Seperti yang diungkapkan oleh Worldhistory.org, pada tanggal 6 juni 1815 Napoleon memusatkan pasukan yang baru dibentuknya secara diam-diam ke utara untuk melancarkan serangan kejutan ke pasukan koalisi. Dengan sangat cepat ia mampu memobilisasi pasukan infantri lebih dari 89,000 personel, pasukan kavaleri berjumlah 22,000, pasukan bersenjata dengan jumlah 11,000 personel dan 36,000 insinyur ke perbatasan Belgia.
3. Rencana Napoleon tercium oleh koalisi
Rencana Napoleon untuk melakukan serangan bukan sesuatu yang tidak disadari oleh pihak koalisi. Konsentrasi pasukan Prancis di perbatasan berhasil dideteksi oleh mata-mata pihak koalisi semalam sebelumnya.
Tentu koalisi segera melakukan persiapan untuk menghadapi serangan Napoleon. Tetapi kemana arah serangan itu akan dilaksanakan masih menjadi teka-teki. Apakah serangan akan diarahkan kepada pasukan Inggris dibawah pimpinan Wellington ataukah ke pasukan Prusia? Jawabannya belum dapat ditebak. Walaupun demikian paling tidak, baik pasukan Prusia maupun pasukan Inggris dapat bersiaga.
4. Pasukan Napoleon memisahkan pasukan Wellington dan Blucher

Mengacaukan koordinasi dan komunikasi adalah hal yang perlu dilakukan untuk menghancurkan musuh. Napoleon dengan cerdik berusaha memisahkan pasukan yang dipimpin Wellington dan pasukan Prusia dibawah pimpinan Blucher sehingga dua pasukan itu kesulitan dalam melakukan koordinasi.
Pasukan Prancis bergerak menuju Charleroi, yang terletak di antara posisi pasukan Inggris dan Prusia sehingga membuat kedua pasukan yang berkoalisi itu terpisah. Awalnya Wellington tidak menyadarinya, tetapi kemudian Wellington mendapat informasi bahwa pasukan Napoleon telah menduduki Charleroi. Tentu itu membuat Wellington terperangah karena taktik cerdik yang dilakukan oleh Napoleon. Dengan menduduki jalan Utama di Quarter Brass membuat pasukan Inggris dan Prusia terpisah.
Napoleon juga membagi pasukannya menjadi tiga bagian. Pada sayap kiri di bawah pimpinan marsekal Michel Ney, sayap kanan dipimpin oleh marsekal Emmanuel De Grouchy, sisanya dipimpin oleh Napoleon sendiri. Michel Ney akan berusaha menduduki Quarter Brass dan akan berhadapan dengan Duke Of Wellinton. Sedangkan Napoleon akan menyerang pasukan Prusia di Ligny dibantu oleh Emmanuel de Grouchy.
5. Duke of Wellington berhasil menahan gempuran pasukan Michel Ney

Pasukan Wellington yang sempat diragukan karena didukung oleh pasukan polyglot yang terdiri dari pasukan Inggris ditambah beberapa negara lain seperti Belanda, belgia, jerman dan lain-lain serta berbicara dalam banyak bahasa yang tak berpengalaman, ternyata mampu menahan serangan Michel Ney. Korban pasukan yang dipimpin Wellington sekitar 4,700 orang sedangkan korban dari pihak pasukan Prancis berjumlah sekitar 4,300 orang.
Michel Ney yang disebut sebagai orang yang sangat pemberani, bergerak dengan waspada menuju ke area pertahanan pasukan yang dipimpin oleh Duke of Wellington di Quarter Brass pada tanggal 16 Juni 1815. Setelah mengawali dengan tembakan Meriam bertubi-tubi kearah pasukan Wellington, Ney memerintahkan serangan. Tetapi pasukan Belanda yang dipimpin oleh Prince of Orange mampu melaksanakan pertahanan yang sangat alot dan menahan serangan pasukan Prancis dalam waktu yang cukup lama sehingga memberikan kesempatan kepada Wellington untuk melaksanakan reinforcement terhadap pasukan itu.
Menjelang sore hari Wellington mampu menempatkan 36,000 pasukannya di Quarter Brass dan serangan balasan yang dilakukan oleh pasukan Wellington pada jam 06:00 PM berhasil memukul mundur pasukan Prancis serta menduduki Kembali banyak area yang sebelumnya telah dikuasai Prancis. Pertempuran di Quarter Brass dianggap sebagai pertempuran yang seimbang.
6. Pasukan Napoleon memukul Mundur Prusia di Ligny

Di hari yang sama yaitu tanggal 16 Juni 1815, pertempuran yang lebih hebat terjadi di Ligny. Dengan Personel yang lebih sedikit pasukan Napoleon mampu mendesak pasukan Prusia. Walaupun pasukan Blucher berjuang sangat gigih, tetapi tidak mampu menandingi daya tahan tempur pasukan veteran Prancis yang sangat berpengalaman dan memiliki ketrampilan yang tinggi.
Kekacauan yang terjadi akibat munculnya pasukan misterius yang ternyata adalah pasukan Droutes dimanfaatkan oleh Blucher untuk melakukan serangan terhadap pasukan Prancis yang kebingungan, tetapi dapat digagalkan oleh pasukan veteran datesemen Garda Imperial yang dimiliki oleh Napoleon.
Napoleon akhirnya mengetahui bahwa pasukan misterius itu ternyata adalah pasukan Droutes yang bergantian memperkuat pasukan Ney dan Napoleon. Dua jam kemudian Napoleon memutuskan untuk membuat serangan yang lebih intent ke inti pertahanan pasukan Prusia untuk segera memenangkan pertempuran.
Serangan intent dari pasukan Prancis dengan tembakan Meriam bertubi-tubi membuat barisan pertahanan Prusia Roboh. Adolf Baron Van Ludzow yang gagal menghadapi pasukan kavaleri Prancis ditawan oleh pasukan Prancis, sedangkan Blucher terluka dan kudanya ditembak mati tetapi dia berhasil diselamatkan oleh ajudannya dan berhasil lolos melepaskan diri dari gempuran pasukan Prancis.
Walaupun pasukan Prusia mengalami kekalahan tetapi berhasil memperoleh posisi yang bagus dengan mundur ke arah Wavre. Posisi ini menguntungkan karena lebih mendekatkan pasukan Prusia ke posisi pasukan Wellington.
7. Kelambanan Napoleon membuat Wellington punya kesempatan mengambil posisi yang menguntungkan

Pada tanggal 17 Juni 1815 seharusnya Napoleon sudah melancarkan serangan lagi sehingga lawan yang sudah terdesak tidak memiliki kesempatan untuk dapat mempertahankan diri. Tetapi Napoleon telah lambat dalam melakukan aksinya. Di pagi hari ia telah melewatkan waktu untuk melakukan inspeksi pasukan atau mempelajari kondisi medan perang di Ligny.
Baru sekitar jam 11:30 AM Napoleon mulai bertindak untuk memerintahkan Grouchy dengan di dukung oleh 33,000 pasukan untuk melakukan pengejaran terhadap pasukan Prusia. Sementara dia sendiri akan bergabung dengan Ney di Quarter Brass untuk melakukan serangan besar-besaran melawan pasukan Wellington.
Sampai jam 01:00 siang Napoleon baru bisa bergabung dengan pasukan Ney. Sementara itu Wellington sudah memperoleh banyak informasi tentang kekalahan Prusia di Ligny dan pasukan Prusia sudah mundur di Wavre, hanya beberapa mil dari posisinya di Waterloo.
8. Pasukan Napoleon terhambat oleh hujan badai

Kelambanan Napoleon diperparah oleh kondisi Alam yang tidak bersahabat. Hujan dan badai yang terjadi pada tanggal 17 Juni 1815 menyebabkan ia tidak mampu untuk malancarkan serangan dengan cepat. Tanah yang becek dan berlumpur membuat pasukan Prancis kesulitan untuk bergerak melewati area tersebut.
Kondisi tanah berlumpur tidak menguntungkan bagi Napoleon yang mengandalkan serangan cepat. Dan senjata Meriam yang diandalkan oleh Napoleon kurang memiliki daya rusak seperti halnya di tanah kering. Karena di tanah berlumpur peluru Meriam akan ambles ke dalam tanah dan tidak memantul seperti di tanah kering, sehingga daya rusaknya akan sangat kurang.
Ketika pasukan Napoleon sampai di posisi berhadapan dengan pasukan Wellington hari sudah mulai gelap dan akhirnya pertempuran harus ditunda sampai besok dan menunggu tanah kering.
9. Lambatnya Napoleon memberi kesempatan pasukan Wellington dan Prusia mempersiapkan diri dengan lebih baik

Hambatan alam yang tidak bersahabat membuat pasukan Napoleon bergerak lambat. Dan itu memberikan banyak kesempatan kepada pasukan Prusia dan Wellington untuk mencari posisi terbaik untuk bertahan. Pasukan Welington dan Blucher juga dapat saling berhubungan dan berkoordinasi dengan baik.
Informasi bahwa Blucher telah mengalami kekalahan membuat Wellington menarik mundur pasukannya. Dia membuat posisi baru yang memperkuat pertahanannya di sekitar punggung bukit Mount-Saint-Jean Selatan. Sedangkan pasukan Prusia mundur ke arah Wavre yang letaknya semakin dekat dengan posisi Wellington.
Hubungan komunikasi yang dilakukan antara Wellington dan Blucher berjalan lebih baik dibandingkan pasukan Prancis. Janji tentara Prusia untuk memberikan sokongan penuh pada Wellington memberikan kekuatan moral yang besar pada pasukan Wellington.
10. Pertempuran pengalihan yang dilakukan Prancis berubah menjadi pertempuran yang menguras tenaga

Napoleon mengawali pertempuran Waterloo dengan serangan untuk mengalihkan perhatian pada pukul 11:35. Serangan yang terlambat yang disebabkan oleh tanah berlumpur karena hujan itu diawali dengan tembakan Meriam oleh divisi altileri dibawah pimpinan Marsekal Honore Charles Reille. Tetapi pertempuran pengalihan tidak sesuai dengan yang direncanakan.
Pertempuran yang dimaksudkan untuk memancing pasukan Wellington untuk mengalirkan pasukan ke arah Hugoumon dengan tujuan supaya target serangan utama Prancis menjadi lemah akhirnya menjadi pertempuran sengit yang menguras energi pasukan Prancis sendiri karena ternyata kegigihan pasukan Wellington tidak mudah untuk dikuasai, yang membuat pasukan Prancis sendiri terpancing untuk mengerahkan kekuatannya.
Strategi yang gagal yang dilakukan oleh Prancis ini adalah kesalahan fatal yang menjadi bumerang yang menguras energi dan melemahkan pasukan Prancis sendiri.
11. Napoleon menengarai pergerakan pasukan Prusia mendekat medan pertempuran

Ketika pasukan Prancis sedang berusaha keras untuk mengatasi pertempuran sengit di Hougomount, Napoleon melihat sebuah pergerakan pasukan dengan jumlah besar muncul dari hutan Champele Saint-Lambert berjarak kira-kira 10 km dari pertempuran. Dan pasukan itu ternyata adalah pasukan korp IV Frederich Wilhelm berkekuatan 30,000 orang yang diikuti oleh Kumpulan besar pasukan Prusia.
Blucher membagi pasukannya menjadi beberapa bagian. Korp III di bawah pimpinan Johann Adolf Tielman diperintahkan untuk mempertahankan Wavre melawan Grouchy. Sementara yang lainnya secara diam-diam tanpa diketahui pasukan Prancis meninggalkan arena pertempuran di Wavre untuk bergabung dengan Wellington di Waterloo.
Mengetahui situasi yang gawat itu Napoleon dengan buru-buru memerintahkan pasukan Grouchy untuk bergabung dengan pasukan utama Prancis yang sedang bertempur dengan pasukan Wellington di Waterloo. Tetapi usaha itu sudah terlambat karena pesan yang disampaikan pada Grouchy baru diterima sekitar jam 05:00 sore. Dan Grouchy pada waktu itu justru sedang terjebak dengan pertempuran di Wavre dan sulit untuk meloloskan diri dari tempat itu. Bahkan apabila Grouchy dapat dengan bebas meninggalkan Wavre dia baru bisa sampai di pasukan utamanya pada saat malam tiba.
12. Kedatangan pasukan Prusia membalikkan kondisi pertempuran

Yang sangat urgent bagi Prancis adalah mengalahkan secepatnya pasukan Wellington sebelum bantuan dari tentara Prusia tiba. Serangan intent Prancis berakibat pasukan Wellington kehabisan tenaga, korban banyak berjatuhan dan terjadi banyak desersi. Waktunya bagi Prancis untuk melancarkan serangan yang menentukan untuk kemenangan Prancis.
Tetapi korp dari Hans Ernst Karl Von Zieten tiba. Munculnya Zieten dapat mengamankan sisi kiri pertahanan Inggris dari serangan Prancis. Wellington berusaha membersihkan tentara Prancis yang kelelahan dari atas punggung bukit sebelum mendapatkan bantuan dari Garda Imperial dan membungkam baterai artileri Prancis di La Haye Sainte yang terus-menerus membombardir pasukan sekutu.
13. Pasukan Prancis collapse

Munculnya Zieten yang tiba-tiba dari sisi kiri Inggris dengan demikian menghantam sayap kanan Prancis membuat pasukan Prancis kebingungan dan mengalihkan pasukan yang menyerang Wellington ke sisi kanan menghadapi Zieten, Hal ini membuat pertahanan Prancis menjadi lemah dalam menghadapi Wellington.
Pasukan Bullow yang kemudian datang menyerang sebelah kanan Prancis di desa Placenoit memperparah posisi Prancis. Serangan dari arah depan melawan Wellington dan Zeiten ditambah serangan dari sisi kanan oleh Bullow membuat pasukan Prancis kocar-kacir dan kehilangan konsentrasi.
Banyaknya pasukan Prancis yang melarikan diri memberi pertanda bagi pasukan yang berada di posisi belakang bahwa mereka telah kalah dan terjadilah gerakan mundur besar-besaran di pihak Prancis. Pada pukul 18:15 sekitar 15 menit setelah berhasil melumpuhkan Garda Imperial, Wellington memerintahkan pasukannya untuk maju.
Terjadilah kekacauan dan kebingungan di area sekitar La Belle Alliance di tempat sejumlah besar pasukan Prancis terkepung oleh bertemunya pasukan Prusia dan Inggris yang menggempur mereka. Pada jam 19:15 Blucher dan Wellington bertemu dan saling memberikan salam dan mereka telah keluar sebagai pemenang.
14. Napoleon Bonaparte meletakkan jabatan

Dengan kekalahan yang dialami, Napoleon melarikan diri meninggalkan pasukannya yang telah hancur oleh kekalahan yang menyedihkan. Napoleon sampai di kota Paris pada tanggal 7 Juli 1815 dan sehari kemudian ia meletakkan jabatan.
Kekalahan Napoleon di Waterloo adalah akhir dari karier Napoleon untuk selama-lamanya. Dia mengakhiri hidupnya di pengasingan di St Helena, sebuah pulau kecil di Atlantik Selatan dan meninggal setelah enam tahun di pengasingan.
Begitulah fakta dari perang Waterloo yang menjadi akhir dari karier Napoleon Bonaparte dan mengubur ambisinya untuk menguasai Eropa. Perang Waterloo telah mengubah Sejarah Eropa dan mengakhiri dominasi Prancis di Benua Eropa.